Monday, 23 March 2020

Bill Gates, Covid 19 dan Negara Polisi Amerika

Indonesian Free Press -- Hanya beberapa minggu sebelum munculnya wabah Coronavirus di akhir tahun lalu, boss Microsoft Bill Gates dan sejumlah eksekutif industri farmasi dan lembaga kesehatan terkemuka Amerika, sejumlah pejabat CIA dan lembaga-lembaga pemerintah yang berhubungan dengan makanan, kesehatan, dan keamanan sipil diketahui menggelar simulasi penanganan wabah coronavirus yang diperkirakan menelan korban jutaan orang. Dengan munculnya wabah coronavirus akhir tahun lalu, Bill Gates pun menjadi sorotan publik sebagai salah seorang yang diyakini mengetahui hal ikhwal wabah ini meski ia dan teman-temannya yang terlibat dalam simulasi tersebut membantah. 

Namun kecurigaan publik tidak akan hilang, termasuk otoritas Cina dan Iran yang menuntut transparansi otoritas Amerika atas munculnya wabah Coronavirus. Terakhir, mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menyurati Sekjend PBB untuk menggelar penyelidikan atas keterlibatan Amerika dan industri farmasi (Big Pharma) atas munculnya wabah tersebut.


Dan kecurigaan itu semakin jelas setelah tgl 13 Maret lalu Presiden Donald Trump meluncurkan program 'Public-Private Partnership' untuk penanganan wabah Coronavirus dengan anggaran $50 miliar atau lebih dari 700 triliun rupiah. Trump menunjuk sendiri perusahaan-perusahaan swasta yang terlibat dalam proyek senilai ribuan triliunan itu. Namun, selain aspek keadilan proyek ini patut disorot karena faktor keamanan bagi warga negara karena dikhawatirkan akan melahirkan lembaga baru yang otoritarian dan mengubah Amerika menjadi negara polisi dengan pemilik modal sebagai pengendalinya.

"Perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga pemerintahan ini yang diijinkan bekerjasama dalam penanganan kondisi darurat nasional harus diawasi dengan ketat atas peran mereka dalam situasi 'total lock-down' di Amerika. Kehancuran ekonomi tepat berada di depan kita, dengan menkambinghitamkan “virus” yang mungkin adalah sebuah simulasi," tulis Stephanie Sledge dalam artikel berjudul 'Look Who Gets to Make Billions off the Coronavirus' di situs Veterans Today, Sabtu (21 Maret).

"Kita akan melihat 'shutdown' atas seluruh wilayah negara, busnis ditutup paksa, orang-orang panik, kebebasan dicopoti. Kasus apapun yang terjadi kita mungkin akan melihat pengambil-alihan secara total Konstitusi Amerikan," tambahnya.

Di saat yang sama, kontrol produksi dan konsumsi berjalan seiring secara sempurna, yang merupakan bentuk totaliterisme. Sebuah kudeta terhadap Amerika telah dimulai, tambahnya lagi.

Beberapa perusahaan swasta yang terlibat dalam program ini adalah Google, Walmart, Roche Pharma, Becton-Dickinson, Quest Diagnostics, Signify Health, LabCorp, LHC Group, dan Thermo-Fisher.(ca)

No comments: