Monday 23 March 2020

Trump Tunjuk Jendral untuk Ambil Alih Negara Jika Krisis Covid 19 Tak Terkendali

Indonesian Free Press -- Presiden AS Donald Trump dikabarkan telah menunjuk seorang jendral bintang empat untuk mengambil alih negara jika situasi tidak terkendali akibat krisis Covid 19 (Coronavirus).

Seperti dilaporkan Newsweek dan sejumlah media terkemuka Amerika kemarin (22 Maret), Jendral Terrence O’Shaughnessy (56 tahun),mantan pilot penerbang pesawat tempur, telah ditetapkan sebagai “combatant commander" untuk menjalankan 'sejumlah rencana kontingensi' dalam situasi darurat. Belum ada komentar atau keterangan resmi dari pemerintahan Donald Trump atas kabar ini.

Saat ini ia adalah komandan US Northern Command (Northcom), otoritas militer yang membawahi wilayah domestik Amerika di bawah rencana kontingensi Continuity of Government Commission (Komisi Keberlanjutan Pemerintahan). Selain itu ia juga masih menjabat sebagai komandan satuan North American Aerospace Defence Command, yang berpengalaman dalam penanganan pengungsi Mexico. Ialah yang memimpin operasi besar-besaran 'Operation Faithful Patriot' di perbatasan Mexico antara bulan Oktober-November 2018.


Sebelumnya sang jendral adalah Wakil Komandan pasukan PBB di Korea sekaligus menjadi panglima US Pacific Air Forces Command, being in charge of joint operations in a region encompassing over half of the globe and as many as 36 nations.
The senior general is a fighter pilot with 3,000 hours of flight time, including 168 combat hours in the F-16 Fighting Falcon.

Di antara rencana kontingensi yang bakal diembannya itu adalah evakuasi pemerintahan sipil dan keluarganya ke lokasi aman yang dirahasiakan. Meski hal ini tidak sesuai dengan skema yang ditetapkan konstitusi Amerika tentang pemindahan kekuasaan.

Menhan Mark Esper dikabarkan telah menandatangani keputusan ini pada tanggal 1 Februari, memerintahkan Northcom untuk melaksanakan rencana tersebut saat terjadi krisis wabah penyakit meski hal ini belum diumumkan pemerintah, kemudian memerintahkan unit-unit militer di pantai timur untuka 'bersiap siaga bagi pengerahan misi luar biasa' tanpa mengabaikan sama sekali untuk menerapkan hukum darurat militer.

Selain keluarga Presiden, keluarga wakil presiden, menteri pertahanan dan pejabat-pejabat tinggi keamanan nasional, anggota Congress dan Mahkamah Agung juga harus diselamatkan ke tempat aman.

Setelah para pejabat itu berhasil diselamatkan, pemerintahan kemudian dijalankan dari sebuah bunker di negara bagian Maryland. Rencana lainnya yang diberi kode Granite Shadow, mengatur semua operasi militer yang menggunakan senjata-senjata pemusnah massal.

Menurut sumber militer Amerika kepada Newsweek kondisi darurat militer akan langsung diberlakukan ketika sebuah kota atau wilayah region mengalami kehancuran. Dan berkaitan dengan wabah Covid 19 yang telah berdampak nasional sumber tersebut hanya mengucap 'kita beada pada situasi yang tidak pernah terjadi sebelumnya".

Saat ini Amerika menjadi negara ketiga terbesar yang terkena dampak Covig 19 dengan jumlah orang tertular mencapai 34.717. Meski demikian Amerika termasuk negara dengan tingkat rasio kematian paling rendah dengan jumlah kematian 452 orang.(ca)

No comments: