*Cina juga terlibat
Indonesian Free Press -- Sebuah dokumen resmi menunjukkan bahwa virus Covid 19 diteliti oleh Amerika sejak tahun 2006 dan berhasil menjadi senjata biologi pada tahun 2015 setelah diujicoba oleh University of North Carolina, Harvard dan laboratorium milik Food and Drug Administration di Arkansas. Demikian seperti dilaporkan Veterans Today (VT) hari ini (24 Maret).
Dokumen yang dimaksud VT adalah sebuah penelitian berjudul "A SARS-like cluster of circulating bat coronaviruses shows potential for human emergence" yang dilakukan oleh University of North Carolina dan didanai oleh USAID/CIA. Salah satu hal yang menarik dalam penelitian itu adalah bahwa Cina juga terlibat dalam pengembangan senjata biologi Covid 19.
"Key Laboratory of Special Pathogens and Biosafety, Wuhan Institute of Virology, Chinese Academy of Sciences, Wuhan, China telah menyediakan virus kelelawar Wuhan yang kemudian digunakan dalam penelitian di Amerika," tulis VT.
Menurut VT COVID 19 adalah senjata biologi milik US Army yang dibuat untuk memproduksi penyakit pneumonia yang sulit untuk disembuhkan pada penderita berusia di atas 40 tahun. Dari data-data empiris merebaknya wabah saat ini, tampaknya virus ini tidak seperti direncanakan karena ternyata hanya membuat kritis pasien di atas usia 60-an dan berpenyakitan bawaan. Meski demikian, penyebaran yang cepat dan massif membuat virus ini berhasil menciptakan ketakutan massal di dunia.
Dalam penelitian tersebut digunakan kelelawar karena binatang ini adalah incubator bagi coronaviruses. Namun demikian kelelawar tidak bisa menularkan virus ke manusia karena mereka tidak bisa berinteraksi dengan sel-sel tubuh manusia karena adanya ACE2 receptors. Untuk itu peneliti kemudian mengkopi coronavirus dan menginveksikannya ke tikus. Hasilnya adalah virus baru yang bisa menginveksi manusia dengan ACE2 receptors dan berkembang biak di dalam sel-sel sistem pernafasan manusia.
Di sisi lain, kelelawar juga membawa satu strain SARS coronavirus yang bisa ditularkan ke manusia yang kemudian diberi nama virus SHC014-CoV.
Dan di bawah ini adalah abstract dari penelitian tersebut di atas.
Abstract
The emergence of severe acute respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV) and Middle East respiratory syndrome (MERS)-CoV underscores the threat of cross-species transmission events leading to outbreaks in humans. Here we examine the disease potential of a SARS-like virus, SHC014-CoV, which is currently circulating in Chinese horseshoe bat populations1. Using the SARS-CoV reverse genetics system2, we generated and characterized a chimeric virus expressing the spike of bat coronavirus SHC014 in a mouse-adapted SARS-CoV backbone. The results indicate that group 2b viruses encoding the SHC014 spike in a wild-type backbone can efficiently use multiple orthologs of the SARS receptor human angiotensin converting enzyme II (ACE2), replicate efficiently in primary human airway cells and achieve in vitro titers equivalent to epidemic strains of SARS-CoV. Additionally, in vivo experiments demonstrate replication of the chimeric virus in mouse lung with notable pathogenesis. Evaluation of available SARS-based immune-therapeutic and prophylactic modalities revealed poor efficacy; both monoclonal antibody and vaccine approaches failed to neutralize and protect from infection with CoVs using the novel spike protein. On the basis of these findings, we synthetically re-derived an infectious full-length SHC014 recombinant virus and demonstrate robust viral replication both in vitro and in vivo. Our work suggests a potential risk of SARS-CoV re-emergence from viruses currently circulating in bat populations.
1 comment:
Sesuai dugaan, Amerika lah yang paling berpengalaman membuat virus di era modern..
Post a Comment