Indonesian Free Press -- Iran, Iraq dan Turki mengirim pasukan ke perbatasan Kurdistan-Irak dalam satu langkah yang disebut Kurdi sebagai 'eskalasi berbahaya'
Belasan tank yang diperkuat dengan senjata-senjata artileri Iran dilaporkan telah berada di wilayah Parviz Khan dan bisa dilihat dari wilayah Kurdistan-Irak. Pasukan tersebut merupakan bagian dari latihan militer gabungan Irak-Iran yang berlangsung hari Minggu (1 Oktober). Demikian kantor berita Reuters melaporkan, Selasa (3 Oktober).
Media Iran Mehr News Agency menyebut dengan jelas bahwa keberadaan militer Iran tersebut merupakan respons atas referendum kemerdekaan Kurdistan-Irak yang berlangsung pekan lalu.
Pemerintah Irak menuntut pemerintah otonomi Kurdistan-Irak untuk membatalkan referendum tersebut yang mayoritas menghendaki pemisahan dari Irak. Jika tidak Kurdisan-Irak akan menghadapi sanksi-sanksi, isolasi internasional hingga intervensi militer.
Tuntutan tersebut didukung oleh Iran. Seorang pejabat senior Iran mengatakan kepada Reuters: "Kami selalu menghormati perbatasan kami dengan negara-negara tetangga dan setiap pergerakan militer akan berkoordinasi dengan Baghdad dan sekutu-sekutu kami.”
Dukungan juga diberikan oleh Turki yang tidak menghendaki berdirinya negara Kurdistan karena dianggap bisa mengancam keamanan nasionalnya. Baik Turki maupun Iran, sebagian wilayahnya merupakan bagian dari Kurdistan yang dihuni oleh orang-orang Kurdi. Turki dan Irak juga menggelar latihan militer di perbatasan Turki-Kurdistan Irak.
Panglima Militer Iran Jendral Mohammad Baqeri mengatakan: "Iran dan Turki memiliki sikap yang sama terkait dengan referendum di wilayah Kurdistan Irak dan kami menghormati kedaulatan Irak."
Mohammad Baqeri bertemu dengan Kepala Staff Gabungan Turki Hulusi Akar di Teheran hari Senin (2 Oktober).
Pemerintahan Kurdistan Irak (KRG) mengatakan ingin menggunakan referendum tersebut sebagai jalan dilakukannya pemisahan secara damai wilayah Kurdisan dari Baghdad. Presiden Kurdistan Irak Masoud Barzani mengatakan adalah sah untuk menggelar referendum di wilayah Kurdistan, termasuk kota multientik Kirkuk yang juga diklaim sebagai wilayah Irak.
Namun Baghdad menolak merundingkan pemisahan Kurdistan dari Irak. Irak juga meminta KRG menanggalkan kontrolnya atas perbatasannya dengan Turki, Iran dan Syria. Menhan Irak mengatakan hari Jumat bahwa Irak akan mengambil alih kontrol perbatasan Kurdistan Irak melalui koordinasi dengan Iran dan Turki.
Televisi nasional Iran mengutip pejabat militer Iran yang menyebutkan bahwa Iran dan Iraq telah sapakat untuk mengukuhkan keamanan perbatasan dan menerima pasukan perbatasan Irak yang ditempatkan di post-post perbatasn.
Erdogan Ancam Intervensi Militer
Sebelumnya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam referendum tersebut dan mengancam akan melakukan intervensi militer untuk menggagalkan pembentukan negara Kurdistan.
"Angkatan bersenjata kami telah berada di perbatasan Kurdistan-Irak dan siap melaksanakan tugas yang diperintahkan," kata Erdogan sembari mengancam akan memblokir ekspor minyak Kurdish Regional Government (KRG).
"Kami tidak akan membiarkan siapapun dan apapun untuk pergi dari Turki ke Iraq. Minggu ini akan akan menjalankan berbagai langkah. Kami akan menutup perbatasn. Tidak ada yang boleh melintasi perbatasan," kata Erdogan.
Ekspor minyak Kurdistan Irak melalui Turki khususnya pelabuhan Ceyhan di selatan Turki.
Erdogan menganggap referendum Kurdistan Irak sebagai ilegal.
Minggu lalu militer Turki melakukan latihan militer di dekat perbatasan Kurdistan di kota Silopi, melibatkan lebih dari 100 kendaraan militer. Erdogan mengingatkan KRG dengan operasi militer lintas perbatasan seperti dilakukan Turki di Suriah untuk menghancurkan kelompok ISIS dan Kurdi.(ca)
1 comment:
Gagal di Suriah, kini Barat mulai memantik api di Kurdistan..
Post a Comment