Sunday 22 October 2017

Sisakan Sedikit Ruang untuk Tidak Percaya pada Anies-Sandi

Indonesian Free Press -- Kemenangan pasangan Anies-Sandi dalam perebutan kursi Gubernur DKI seolah menjadi momentum sangat berharga bagi kaum Muslim-Nasionalis di tengah-tengah kecemasan tentang dominasi kelompok minoritas proksi aseng-asing yang semakin kuat yang telah memarginalkan mereka.

Dan momentum itu semakin kuat tatkala Anies Baswedan dalam pidato pertamanya usai dilantik sebagai Gubernur DKI menyulut semangat mereka kaum Muslim-Nasionalis dengan menyinggung kata 'pribumi'. Mereka seolah memperoleh energi baru untuk berteriak lebih keras menuntut keadilan.

Saya (blogger) termasuk yang merasakan semangat baru itu, dan aktif mendukung aspirasi kaum pribumi (Muslim-Nasionalis) di berbagai forum media sosial. Namun, pada akhirnya saya harus realistis bahwa Anies-Sandi juga manusia yang memiliki banyak kelemahan dan kekurangan. Apalagi, track record mereka berdua belum bisa menunjukkan komitmen mereka pada perubahan revolusioner bagi kepentingan kaum pribumi (Muslim-Nasionalis).


Di sisi lain, dunia sudah terlalu banyak menunjukkan fenomena 'deception' atau tipu daya oleh kelompok kepentingan besar mapan (established) dengan menggunakan oknum-oknum politisi dan aktifis sosial-agama. Presiden Amerika Donald Trump adalah contoh mutakhir dari aksi 'deception' itu. Menunggangi sentimen sebagian besar rakyat Amerika yang sudah muak dengan model kepemimpinan neo-liberal, Donald Trump mengusung jargon-jargon yang dirindukan rakyat Amerika: 'America First!', 'Make America Great Again', 'anti intervensi', 'anti perang', 'anti Israel', dan sebagainya. Namun, setelah terpilih dan menjadi Presiden, Trump menunjukkan jati dirinya yang pro-Israel, intervensionis, dan neo-liberalis.

Kembali ke Anies-Sandi, beberapa waktu lalu beredar foto yang menunjukkan kedekatan Sandiana Uno dengan boss Lippo Group, James Riyadi. Mereka berdua, bersama 'tokoh ekonomi Syariah' Antonio Syafe'i, tampak akrab di atas kapal pesiar milik James. Hanya orang-orang terdekat James yang bisa berada di atas kapal pribadinya, dan itu termasuk Sandi dan Syafei.

Lalu, bisakah kita berharap Sandi akan benar-benar bersikap pro-pribumi jika ternyata ia adalah teman dekat (atau bahkan mungkin proksinya) James Riyadi, sebagaimana Syafe'i, yang konon pesantrennya di Sentul-Bogor adalah sumbangan James?

Selanjutnya, marilah kita ingat kembali keberpihakan Anies Baswedan dalam pilpres 2014 lalu. Kala itu, ia berada di kubu Jokowi dan rela membully Prabowo Subiyanto demi menjungkirkan Prabowo dan mendongkrak Jokowi. Namun, dalam Pilkada DKI lalu, tanpa malu ia meminta restu Prabowo untuk maju pemilihan gubernur. Saya bahkan khawatir, kata 'pribumi' yang disampaikannya dalam pidatonya yang kontroversial tempo hari, ditujukan sebagai trigger untuk membungkam aspirasi warga Indonesia asli (pribumi). Paska kontroversi itu regim, media massa, LSM, dan para tokoh dan pakar bayaran ramai-ramai mengkampanyekan gerakan membuat tabu istilah 'pribumi'. Dan setelah itu, setiap aspirasi 'pribumi' pun dicap rasis sehingga secara efektif para pribumi pun mati atau harus rela hidup terjajah.

Mudah-mudahan Anies-Sandi jujur dengan janji-janjinya selama kampanye lalu. Namun, kalau pun ternyata mereka hanya bermain-main 'deception' seperti Donald Trump, kita harus siap untuk menerimanya. Jadi, Sisakan Sedikit Ruang untuk Tidak Percaya pada Anies-Sandi. Seperti kata orang-orang bijak, janganlah mencintai seseorang sepenuhnya dan jangan membenci seseorang sepenuhnya.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Yup.. tetap kritis n waspada. Sejak Sandiaga Uno menghadiri acara Rotary International, kewaspadaan itu kian memupuk..