Indonesian Free Press -- Bakal Capres AS Senator Bernie Sanders menyebut Saudi Arabia dipimpin oleh para ‘Murderous Thugs’. Hal itu disampaikan Sanders dalam kampanyenya di University of Nevada, Las Vegas, 18 Februari llu. Demikian seperti dilaporkan Press TV Rabu (19 Feb).
"Selama bertahun-tahun kita menyukai Saudi Arabia, sekutu kita yang baik. Masalah satu-satunya adalah orang-orang yang memerintah negara itu adalah para 'bajiangan pembunuh'," kata Sanders seperti dikutip dari MIDDLE EAST EYE.
Lebih jauh senator asal Vermont itu menyebut Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) sebagai 'diktator milioner'.
Pernyataan tersebut diduga kuat berkaitan dengan keterlibatan MBS dalam pembunuhan wartawan New York Times Jamal Khasoggi yang dibunuh di Konjen Saudi di Istanbul, Turki tahun lalu. Jamal dan medianya bekerja dikenal kuat sebagai pendukung
Partai Demokrat (partainya Senator Sanders) dan pengkritik keras Presiden Donald Trump, sekutu kuat Jamal Khasoggi.Tidak hanya itu, Sanders juga mengecam rejim ekstrem 'kanan' Israel yang dipimpin Benjamin Netanyahu berkaitan dengan masalah Palestina. Ia menyebutnya sebagai pemerintahan sayap kanan yang rasis yang menimbulkan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.
Sanders pernah membuat pernyataan serupa dalam acara debat presidensial akhir tahun lalu ketika ia menyebut PM Benjamin Netanyahu seorang “rasis” dan kebijakan AS tidak boleh hanya 'pro-Israel' tapi juga harus “pro-Palestina”.
Seperti diketahui dalam pemerintahan Partai Demokrat di bawah Presiden Obama antara tahun 2009-2017 kebijakan politik AS lebih anti-Israel dan pro-Palestina dimana Amerika menentang pembangunan pemukiman ilegal Yahudi di Jalur Gaza dan menolak Jerussalem sebagai ibukota Israel serta membela 'hak kembali' bagi para pengungsi Palestina. Hal-hal itu kini telah dilanggar oleh Presiden Donald Trump dari Partai Republik.
Bernie Sanders adalah kandidat Capres dari Partai Demokrat yang paling populer dengan tingkat popularitas mencapai 12%. Pesaing dekatnya, mantan Wapres Joe Biden hanya meraih 11%. Demikian hasil jajak pendapat NBC News/Wall Street Journal yang dirilis hari Selasa lalu (18 Feb).(ca)
No comments:
Post a Comment