Thursday, 3 September 2009
Paradoks Sejarah PD II
"Orang-orang yahudi itu, saya melihatnya sangat egois. Selama mereka mendapatkan perlakuan khusus, mereka tidak peduli berapapun jumlah warga etnis lain yang menjadi korban perang. Dan setelah mereka kuat kembali, tidak ada yang bisa menandingin mereka dalam hal kekejaman, tidak juga Hitler dan Stalin, dalam memperlakukan musuhnya."(Presiden Amerika Truman dalam satu catatan hariannya).
Sejarah adalah apa yang ditulis oleh penguasa. Kalimat tersebut sangat bijaksana karena memaparkan kenyataan sembari memberi kita ruang untuk belajar dari fakta-fakta sejarah secara fair untuk menjalani kehidupan dunia yang lebih baik di masa mendatang.
Kalimat itu juga sangat tepat untuk menggambarkan mitos perang dunia kedua yang ditulis di buku-buku sejarah dan ditayangkan dalam film-film fiksi maupun dokumenter, sebagai sebuah kebenaran. Sementara fakta yang sebenarnya justru berkebalikan.
Dari pelajaran sejarah yang kita terima kita mendapat gambaran bahwa:
* Tentara dan rakyat Jerman adalah kejam dan tidak berperikemanusiaan.
* Jerman berperang atas dasar chauvanisme (kebanggaan negara/ras yang berlebihan).
* Tentara sekutu memperlakukan musuhnya dengan baik.
* Amerika dan sekutu berperang untuk membela kebebasan bangsa-bangsa di dunia.
* Yahudi adalah golongan etnis yang paling menderita karena perang.
Namun kebusukan dan kejahatan tidak mungkin dapat disembunyikan selamanya. Gambaran-gambaran tersebut di atas adalah sangat bertolak belakang dengan kenyataan. Namun karena Amerika dan sekutunya adalah pemenang perang dan menjadi penguasa, maka sejarah ditulis menurut versi mereka.
Saya akan paparkan dua hal yang bertentangan dengan apa yang ditulis oleh buku-buku sejarah:
"Amerika, Inggris dan Perancis, dua tahun setelah berakhirnya perang, terus-menerus melanggar perjanjian Palang Merah Internasional dengan perlakuan mereka yang di luar peri kemanusiaan terhadap para tawanan perang" (Palang Merah Internasional)
"Tentara Jerman, bahkan di saat-saat menegangkan menjelang kekalahan mereka, memperlakukan para tawanan perang dengan baik sesuai dengan Konvensi Jenewa." (Lieutenant Newton L. Marguiles, U.S Assistant Judge Advocate)
Selama puluhan tahun tak terhitung film telah dibuat mengenai perang dunia II, Nazi Jerman dan holocoust. Sebut saja beberapa film terakhir: “The Reader,” “Valkyrie,” “Defiance” dan “The Boy in the Striped Pajamas”. Baru-baru ini juga telah beredar film populer dengan tema yang sama berjudul “Inglorious Basterds” yang disutradarai oleh Quentin Tarantino ---saya pernah menyukai filmnya "Pulp Fiction" yang dibintangi Uma Thurman dan John Travolta.
Film ini membongkar kebohongan seputar mitos perang dunia II. Bercerita tentang sekelompok tentara yahudi Amerika yang dipimpin oleh seorang letnan (diperankan oleh aktor Brad Pitt) yang membalas dendam kepada orang-orang Jerman di wilayah Perancis dalam perang dunia II. Dalam aksinya mereka melakukan tindakan-tindakan keji kepada para korbannya.
Aktor yahudi (dan seperti biasanya juga homosek, bisa dilihat dari bentuk mulutnya pada gambar di atas yang lebar seperti karet) Eli Roth menjadi aktor utama dalam film ini, memberikan komentarnya tentang film ini, "ide tentang balas dendam adalah seperti orgasme yang didapatkan dengan memukuli anggota Nazi hingga mati. Peran utama saya memukuli nazi hingga mati. Itu adalah hal yang menyenangkan bagi saya. Orang tua saya sangat kuat mendidik saya tentang holocoust."
Sementara itu sang produser, Lawrence Bender kepada Tarantino mengatakan, "sebagai produser, saya berterima kasih kepada Anda. Dan sebagai orang yahudi, saya berterima kasih, "motherf–ker" (istilah kotor yang dipopulerkan oleh orang yahudi), karena film ini adalah film "f–king" impian yahudi.”
Sementara itu ADL (Anti Defamation League, LSM yahudi paling berpengaruh di Amerika) dalam statemennya mengatakan, "film ini adalah penggambaran yang tepat mengenai kebaikan dan kejahatan dan juga merupakan suatu upaya tanpa henti untuk mengalahkan kejahatan yang dalam hal ini diperankan oleh Hitler dan para pendukungnya."
John Sack dan Solomon Morel
“Inglorious Basterds” adalah fiksi, namun buku "An Eye for an Eye: The Untold Story of Jewish Revenge Agaist German" adalah fakta. Buku karangan John Sack itu menceritakan bagaimana orang-orang yahudi melakukan pembalasan kepada orang-orang Jerman, baik tentaranya maupun warga sipilnya.
Orang-orang yahudi melakukan aksi balas dendamnya dengan berbagai cara, termasuk pemerkosaan sistematis terhadap para wanita dan anak-anak Jerman. Sack memperkirakan korban yang tewas karena aksi balas dendam tersebut mencapai 60.000 hingga 80.000 orang.
Sack, kebetulan seorang yahudi juga, mewancarai seorang wanita yahudi yang selamat dalam perang dunia II bernama Lola. Menurut Lola kaumnya, orang-orang yahudi memperlakukan orang-orang Jerman jauh lebih kejam dibandingkan perlakuan tentara Jerman terhadap orang yahudi.
"Terima kasih Tuhan, tidak ada yang mencoba memperkosa kami. Orang-orang Jerman melarang hal itu. Namun hal itu justru dialami oleh para wanita Jerman di penjara tempat saya ditahan di Gleiwitz”.
Segera setelah terbitnya buku "An eye for an eye ...", pemerintah Polandia, negeri di mana testimoni Lola terjadi, melakukan penyidikan. Seorang yahudi yang diduga kuat terlibat dalam aksi balas dendam yang keji bernama
Solomon Morel, melarikan diri ke Israel. Israel menolak mengekstradisi Morel ke Polandia untuk menghadapi pengadilan.
Penerbit-penerbit besar menolak menerbitkan buku Sack, dan media-media massa besar menolak untuk mereview buku tersebut setelah dipublikasikan oleh sebuah penerbit independen. John Sack pun langsung dikucilkan oleh komunistas yahudi dan dicap sebagai anti-semit.
Media massa, penerbit dan organisasi-organisasi yahudi menentang buku karangan Sack karena telah memperlihatkan sisi gelap yahudi yang memungkinkan munculnya kesadaran massa anti-yahudi yang berujung pada aksi-aksi penumpasan terhadap yahudi sebagaimana pernah terjadi di masa lalu. Sebaliknya mereka dengan semangat mendukung film fiksi buatan Tarantino.
Buku karangan Sack tentu saja tidak dimaksudkan untuk memicu anti-semitisme karena ia sendiri orang yahudi. Ia hanya ingin memperlihatkan bahwa yahudi bukan golongan manusia istimewa yang bebas dari kejahatan terhadap manusia lain.
Eli Roth, yahudi homosek yang tampak jelas dari bentuk mulutnya yang melebar seperti karet, dalam gambar promosi film "Inglourious Basterds" tampak membawa pemukul baseball yang digunakannya untuk memukul kepala para tawanan Jerman hingga pecah. Dengan bangga Eli Roth memuji film yang mempromosikan tindakan kekerasan itu sebagai “pornografi yahudi” dan “orgiastic.” Dua film terdahulu Roth, "Cabin Fever" dan "Hostel" juga mempromosikan kekerasan terhadap manusia, termasuk adegan pemotongan alat kelamin.
Ironisnya, orang Jerman yang dituduh keji, tidak pernah memproduksi film yang mengkampenyekan kekerasan sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yahudi. Jadi siapa sebenarnya yang sakit jiwa? Nazi Jerman atau yahudi?
John Sack telah membuka tabir kekejian yahudi terhadap orang-orang Jerman paska perang dunia II. Tabir lebih besar telah tersusun sepanjang jaman, tentang kekejian orang-orang yahudi. Bagaimana dengan puluhan juta orang kristen Rusia, Polandia dan Ukraina yang dibantai oleh regim komunis yahudi Uni Sovyet? Bagaimana dengan ribuan orang Palestina yang dibantai oleh regim yahudi Israel? Bagaimana dengan pengakuan jaksa Edward Van Roden dalam pengadilan terhadap para prajurit Jerman yang dituduh sebagai penjahat perang, di Dachau tahun 1949?
Jaksa Amerika anggota Komisi Simpson U.S. Army itu mengungkapkan bahwa dari 139 prajurit Jerman yang menjadi tertuduh, sebanyak 137 orang telah mengalami penyiksaan keji sebagai tawanan perang berupa perusakan organ seksual mereka sehingga mengalami cacat permanan yang tidak bisa disembuhkan.
Charles F. Wenersturm, seorang hakim Amerika yang menjadi hakim dalam pengadilan Nuremberg yang mengadili para penjahat perang Jerman, mengundurkan diri setelah melihat fakta-fakta kekejian orang yahudi terhadap orang Jerman paska perang yang oleh media massa Amerika dan barat justru dipuji sebagai "keadilan".
Lalu bagaimana dengan 6.000 warga Palestina yang disiksa tentara Israel setiap tahun? Pembunuhan massal atas warga Palestina di Sabra dan Shatilla, Qana, Jenin, Gaza dan pembersihan etnis di Tepi Barat?
Film sadis, jorok dan keji ini telah mendapatkan promosi dan pujian besar-besaran media massa (genggaman yahudi) di seluruh dunia. Hal itu membuktikan betapa kuatnya pengaruh yahudi atas dunia. Membuka tabir di balik film ini juga akan membuka tabir kejahatan mereka yang menebarkan kerusakan di seluruh penjuru dunia, terutama di Palestina, Irak, Afghanistan, Somalia dan kini tengah mempersiapkan kerusakan lainnya dengan menyerang Iran.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
wow..
hbat.
fkrn sy trbka.
trnyta 'nazi' sebnarny adlah israel brengsek.
Post a Comment