Thursday, 19 July 2012

DI BALIK TIRAI "OPOSISI SYRIA" (1)

Ketika saya hendak menulis artikel ini saya sempat melihat tayangan acara "Damai Indonesiaku" di TVOne yang berisi ceramah agama dari beberapa ulama. Pada bagian akhir kotbahnya salah seorang ulama penceramah itu "mengutuki kekejaman regim Shiah Syria (Presiden Bashar al Assad) yang telah membantai rakyatnya sendiri yang muslim dengan bantuan orang-orang komunis (Rusia dan Cina)".

Saya sangat sedih melihat bagaimana orang-orang bisa melakukan kebohongan dan fitnah yang begitu besar seperti itu. Akibat orang-orang seperti inilah kini di Syria terjadi pertikaian berdarah-darah yang menelan ribuan nyawa tak berdosa. Yang lebih mengkhawatirkan lagi kotbah seperti itu bisa memicu terjadinya kerusuhan-kerusuhan antar pengikut Islam (Sunni-Shiah) di Indonesia dan tempat-tempat lain di dunia. Apakah memang kerusakan seperti itu yang mereka harapkan? Sedang Allah mengecam keras orang-orang yang suka berbuat kerusakan dengan ancaman hukuman yang sangat keras: potong tangan dan kaki secara menyilang dan mengusirnya ke luar negeri.

Presiden Bashar al Assad bukan seorang penganut Shiah fanatik yang memaksa semua orang untuk menjadi Shiah. Ia seorang sekuler sejati yang beristrikan wanita liberal asal Inggris dan mengangkat seorang kristen Ortodok sebagai penglima perangnya. Ia berasal dari golongan Alawi, salah satu sekte Islam Sunni yang memiliki kedekatan dengan Shiah dalam hal memuliakan saudara dan menantu Rosulullah, Ali bin Abi Thalib, semata karena keilmuannya (berdasar hadits mutawatir: "Aku (Rosul) adalah gerbang kota ilmu dan Ali adalah kuncinya). Selain itu golongan ini lebih dekat ke Sunni, termasuk dalam cara beribadahnya.

Sementara itu Rusia yang menjadi pembeli Syria dari konspirasi zionis internasional yang tengah melanda negeri itu juga bukan negara komunis. Mayoritas rakyat Rusia, termasuk Presiden Putin dan PM Medvedev, adalah penganut Katholik. Komunisme hanya partai oposisi yang anggotanya tidak pernah mencapai angka 50.000 orang di antara lebih dari 200 juta penduduk Rusia.

Sampai 2 tahun yg lalu Syria adalah negeri yang aman, damai dan makmur. Pemerintahan yang sekuler melindungi semua sekte dan kelompok agama yang ada: Islam Sunni, Shiah, Kristen orthodok, dan Druze (sekte penganut keyakinan yang merupakan campuran antara Islam dan Kristen). Negara memberi jaminan kesehatan dan pendidikan sepenuhnya kepada semua penduduknya. Dengan kata lain semua biaya pendidikan dan pengobatan ditanggung seluruhnya oleh pemerintah. Presiden Bashar al Assad yang berasal dari golongan Alawi dan beristrikan wanita Inggris dengan rambut pirangnya yang tergerai, biasa ditemukan makan di warung makan pinggir jalan, di tengah-tengah rakyatnya, tanpa jarak. Meski berkuasa relatif mutlak, presiden Syria adalah seorang pemimpin yang maju. Ia mengangkat seorang wanita sebagai salah seorang penasihatnya, sementara sebagian negara Arab badui hingga saat ini masih melarang wanita mengemudikan mobil.

Tapi dalam setahun terakhir ini keadaan telah berubah drastis. Peperangan menghancur leburkan semuanya. Semuanya hanya karena Bashar adalah satu-satunya pemimpin Arab yang masih berani berkata "tidak" pada Israel dan Amerika. Dan di balik peperangan berdarah yang tengah melanda Syria, ada satu cerita yang tidak kalah penting dan menarik. Ini adalah cerita tentang orang-orang di balik kabar tentang Syria yang kata-katanya menjadi sumber berita di media-media massa internasional. Mereka adalah para “pakar tentang Syria”, “aktifis demokrasi”, orang-orang yang “mendesak”, “memperingatkan” dan “menyerukan tindakan”. Mereka adalah tokoh-tokoh penting oposisi Syria dan koneksinya dengan bisnis oposisi ciptaan zionis internasional.

Media-media massa barat biasanya akan bersikap pasif saat mengutip sumber-sumber Syria dengan menyebutnya sebagai "jubir resmi", atau "penggiat demokrasi” tanpa memeriksa kevaliditasan pernyataan mereka, latar belakang dan kaitan politiknya. Adalah penting untuk ditekankah di sini bahwa untuk menginvestigasi latar belakang hanyalah diperlukan sikap perlawanannya terhadap regim Bashar al Assad. Namun tentu saja kebencian kepada regim menjadikan independensi diabaikan. Dan yang sebenarnya adalah tokoh-tokoh kunci oposisi Syria adalah para pelarian yang mendapatkan bantuan pemerintah Amerika untuk melemahkan regim Assad jauh sebelum revolusi Arab terjadi.

Meski hingga kini sikap resmi Amerika belum sampai tahap melengserkan kekuasaan Assad dengan senjata, para tokoh oposisi itu terus-menerus menyerukan dilakukannya intervensi militer atas Syria sekaligus memberi amunisi bagi tokoh-tokoh neo-konservatif Amerika untuk mendesak Presiden Obama melakukan intervensi. Dan akan kita lihat nanti bahwa beberapa tokoh oposisi ini telah mendapatkan banyak dukungan tidak saja di Amerika, juga di Eropa, dalam seruannya untuk dilakukan intervensi.

"Pasir telah hampir habis dalam jam pasir yang terus berjalan," kata menlu Amerika Hillary Clington beberapa waktu lalu. Dan semakin tinggi ketegangan terjadi di Syria dengan Rusia dan Iran telah bersiap-siap terlibat dalam konflik senjata membela Assad, menjadi penting untuk mengetahui lebih dekat tokoh-tokoh oposisi yang mengaku sebagai wakil syah "rakyat Syria".


SYRIAN NATIONAL COUNCIL

Adalah kelompok paling penting oposisi Syria. "BBC" menyebutnya sebagai “koalisi paling penting oposisi Syria". "Washington Times" menyebutnya sebagai “organisasi payung dari kelompok-kelompok oposisi yang berbasis di luar negeri". Tentu saja SNC adalah kelompok yang paling dekat hubungannya dengan kekuatan-kekuatan barat dan sejak awal terus menerus menyerukan barat untuk melakukan intervensi.

Dalam konperensi "Friends of Syria" yang diadakan di Tunisia bulan Februari lalu, menlu Inggris mengatakan kepada wartawan: "Saya akan bertemu dengan para pemimpin Syrian National Council selama beberapa menit. Kami telah sepakat dengan negara-negara lain untuk mengakui dan memperlakukan mereka sebagai wakil yang shah dari rakyat Syria."

Dan inilah profil tokoh-tokoh terpenting SNC.


BASSMA KODMANI

Para penggemar "teori konspirasi" tentu telah mengetahui tentang sebuah organisasi rahasia bernama "Bilderberger Group" yang bekerja untuk mendominasi dunia demi kepentingan sekelompok kecil penguasa global di balik layar. Bassma Kodmani adalah salah seorang anggotanya. Bassma diketahui menghadiri pertemuan terakhir kelompok mason itu di Chantilly, Virginia, Amerika, juga pertemuan tahun 2008. Itu semua membuktikan besarnya kedudukan dalam konstelasi politik internasional apalagi di dalam sebuah organisasi kecil bernama Syrian National Council.

Dalam SNC Bassma menduduki jabatan sebagai anggota "Biro Eksekutif" dan "kepala urusan luar negeri". Ia berada di pusat kekuasaan SNC dan menjadi salah seorang juru bicara utamanya.

"Tidak ada dialog yang memungkinkan untuk dilakuan dengan regim penguasa. Kami hanya akan berdialog tentang bagaimana menjalankan sistem politik yang berbeda," katanya suatu ketika.

Dan inilah pernyataan terakhirnya tentang resolusi PBB terakhir (ketiga) tentang Syria yang kembali diveto Rusia dan Cina pekan ini. "Langkah selanjutnya yang perlu adalah resolusi penerapan Chapter VII, yang memungkinkan penggunaan segala upaya termasuk embargo senjata sebagaimana juga penggunaan kekuatan militer untuk memaksa regim penguasa mematuhi."

Pernyataan ini langsung mendapat respos gegap gempita media-media massa barat. "Rakyat Syria mendesak dikirimkannya pasukan penjaga perdamaian" tulis media-media barat. Semestinya isi berita itu adalah: "SNC menyerukan pengiriman pasukan penjaga perdamaian." Atau bahkan lebih detil lagi: "Bassma Kodmani menyerukan pengiriman pasukan penjaga perdamaian."

Pada tahun 2005 Bassma bekerja untuk Ford Foundation di Kairo dimana ia menjadi direktur program kerjasama pemerintahan dan internasional. Ford Foundation adalah "yayasan" internasional berbasis di Amerika yang terlibat dalam berbagai konspirasi global terutama di bidang sosial ekonomi.

Pada tahun itu hubungan Amerika dan Syria mengalami keruntuhan dan Presiden Bush menarik dubesnya di Damaskus. Sejak itu berbagai proyek "oposisi" mulai bermunculan dengan gelontoran dana dari Amerika. “The US money for Syrian opposition figures began flowing under President George W Bush after he effectively froze political ties with Damascus in 2005,” tulis "Washington Post" beberapa waktu lalu.

Pada periode itulah, Setember 2005, Bassma Kodmani diangkat menjadi "executive director" dari Arab Reform Initiative (ARI), sebuah lembaga kajian milik kelompok lobi politik internasional paling berpengaruh di Amerika, Council on Foreign Relations (CFR). Sebagai proyeknya CFR dikendalikan oleh sekelompok kecil anggota CFR yang berpengaruh yang membentuk “US/Middle East Project“, sebuah kelompok lobi dan kajian politik yang beranggotakan diplomat dan perwira senior serta eksekutif lembaga-lembaga keuangan internasional yang bertujuan: "melakukan kajian politik regional demi mencegah konflik serta mendorong stabilitas kawasan".

Dalam tingkat lebih tinggi "US/Middle East Project" dikendalikan oleh "Dewan Pengawas Internasional" yang dipimpin oleh Jendral (purn) Brent Scowcroft, mantan pejabat penasihat keamanan presiden Amerika yang menggantikan posisi Henry Kissinger. Anggota dewan lainnya adalah Zbigniew Brzezinski (juga mantan penasihat kemanan presiden) dan Peter Sutherland (Presdir Goldman Sachs International).

Jadi pada tahun 2005, kita melihat sekelompok "kepentingan inteligen dan perbankan barat" mengangkat Bassma sebagai eksekutif lembaga kajian Timur Tengah mereka.

(bersambung)

4 comments:

Sangkakala group said...

terus terang mas adi, utk krisis syria secara pribadi kebingungan hrs memihak yg mana, berita begitu gencar menghujat bashar al asad. saya org yg selama ini tdk terlalu mempedulikan antara syiah sunni krn saat ini ada musuh yg lebih urgent utk dihadapi yaitu zionis dan amerika. bila teman2 spt hizbut tahrir ato fpi selalu melihat bashar al asad lah penjahat perangnya tp kalo memihak pejuang oposisi disitu ada amerika n israel dibelakangnya

didik prihantoro said...

saya rasa ini hal ini terjadi akibat konspirasi zionist israel. posisi mereka semakin terpuruk pasca dikalahkan oleh hizbullah dalam perang 33hari,disamping mental pasukan mereka semakin jatuh,mereka sendiri digereogoti cacing didlam tubuh mereka sendiri( perebutan kekuasaan dan korupsi ). seringlah baca situs berita syria (sana.sy) supa kita tahu benar kondisi yang terjadi disana. tapi saya yakin, israel dan hegemoninya aka segera terberangus dimuka bumi ini, seperti tumor yang harus diangkat dan dilenyapkan dari dunia ini.

cahyono adi said...

TO SANGKAKALA GROUP
Tolong tanyakan pada FPI dan HTI, lebih baik mana, Bashar atau zionis Israel? Kalau jawabannya Bashar berarti mereka telah menjadi enteknya zionis. Kalau jawabannya zionis, maka lebih baik mereka memperhatikan rakyat Palestina, atau orang-orang Rohingya yg tengah menderita pembantaian di Myanmar.

Yudie Bernafas said...

Konspirasi yahudi dibalik kerusuhan disyiria, israel lah dibalik layar, diantara negara didunia ini munculah kekuatan islam yg sebenarnya, yaitu IRAN (PERSIA), ialah negara independent, satu satunya negara yg berani menentang & bahkan melawan kekuatan kekeuatan dunia saat ini (america, israel, nato), saya pribadi suatu saat iran lah yg akan jadi kekuatan dunia, dan tentunya kekuatan utama negara islam.