Tuesday 9 October 2012

ERDOGAN YANG TERTIPU

"Jika Erdogan membiarkan Obama dan Cameron (PM Inggris) mengelabuhinya hingga berfikir bahwa ia akan menjadi pemimpin besar dengan menghancurkan negara tetangganya (Syria), negaranya sendiri akan mengalami perang saudara. Bagi barat ini memecahkan 2 masalah sekaligus: menghancurkan Syria dan pada saat yang sama, ketika Turki meledak akibat perang saudara, barat akan membersihkan tangannya dari Turki dengan menolaknya menjadi anggota Uni Eropa." (Randy Short, "Dignity, Human Rights and Peace Organization")


Saya tidak akan berandai-andai tentang apakah Turki akan melakukan invasi atas Syria, atau tentang bagaimana akhir dari konflik Syria yang hampir pasti tidak akan selesai dalam 5 tahun mendatang bahkan jika Turki dan seluruh negara barat menyerang Syria, jika pihak-pihak yang terlibat tidak mau duduk di meja perundingan. Yang akan saya tulis adalah analisis tentang masa depan Turki secara keseluruhan dan PM Erdogan secara pribadi.

Namun perlu saya sampaikan tentang kecurigaan saya bahwa insiden serangan mortir Syria terhadap Turki adalah sebuah operasi "false flag" (menyerang diri sendiri untuk ditimpakan kesalahannya pada lawan) ternyata mendapatkan pembenaran. Sebagaimana diberitakan "Global Research" tgl 5 Oktober lalu televisi pemerintah Jerman "Channel ZDF" pada tgl 4 Oktober melaporkan bahwa pemberontak Syria telah melakukan serangan terhadap Turki. Serangan inilah yang kemudian dituduhkan dilakukan pasukan Syria. Televisi tersebut bahkan menayangkan pernyataan seorang warga Turki yang khawatir dengan aksi pemberontak Syria yang akan menyeret Turki ke dalam perang.

Aslinya laporan tersebut adalah sbb:

"Raketen- und Granatfeuer. Die Türkei übt Vergeltung für einen Angriff von syrischer Seite. Gestern Nachmittag hatten syrische Rebellen einen türkischen Ort in Grenznähe beschossen. Seit Wochen schon warnt Ankara davor, die Türkei zu provozieren. Inzwischen haben sich die syrischen Rebellen ganz offiziell zu der Provokation bekannt.“

yang terjemahannya adalah sbb:
“Tembakan roket dan mortar. Turki melakukan aksi balasan setelah adanya sebuah serangan dari wilayah Syria. Kemarin siang pemberontak Syria menembaki sebuah desa Turki yang terletak di perbatasan. Selama berminggu-minggu Turki telah memeringatkan untuk tidak memprovokasi Turki. Sementara para pemberontak Syria secara resmi mengaku bertanggungjawab atas aksi provokasi tersebut."

Tiga jam kemudian siaran yang sama kembali diulang. Tidak hanya itu, juga ditampilkan pengakuan seorang warga Turki yang tinggal di perbatasan:

"Para pemberontak Syria telah berusaha menyeret kita ke dalam konflik. Kita harus berhati-hati atas hal itu," kata seorang warga Turki.

Banyak analisa yang menyebutkan alasan Erdogan menerjunkan Turki dalam konflik bersenjata dengan Syria. Termasuk alasan ambisi pribadi untuk mendapat pengakuan sebagai seorang "pemimpin besar". Analisa saya (blogger) adalah Erdogan tengah dilanda kepanikan karena terancam kehilangan muka di mata masyarakat internasional setelah keterlibatannya atas konflik Syria yang begitu telanjang selama ini mengalami kegagalan untuk menjatuhkan regim Syria.

Namun meski Erdogan sudah mengantongi "cek kosong" yang diberikan parlemen untuk melakukan apapun terhadap Syria, ia masih menghadapi dilema: apakah melakukan aksi militer terbatas atau invasi besar-besaran. Keduanya memiliki dampak yang tidak mengenakkan baginya. Jika pilihan pertama yang dipilih, ia hanya mengulur-ngulur waktu dari kehilangan muka dan sama sekali tidak menyelesaikan apapun kecuali kerugian yang diderita rakyat Turki. Dan jika pilihan kedua yang dipilih, ia menghadapi resiko luar biasa besar. Jika Turki menang, ia mungkin akan menjadi "pahlawan". Sebaliknya jika kalah, ia akan dicaci maki seluruh rakyat Turki bahkan dunia.

Dan sayangnya harapan Turki untuk menang perang melawan Syria tampaknya sangat suram. Seolah Erdogan tidak belajar dari Amerika dan sekutunya yang kalah perang di Vietnam, Irak dan Afghanistan meski memiliki keunggulan militer mutlak. Apalagi yang dihadapi Turki adalah salah satu angkatan perang terkuat di Timur Tengah yang mendapat dukungan kuat dari Iran, Lebanon, Irak, Rusia dan Cina.

Di dalam negeri sendiri Erdogan menghadapi oposisi yang tidak ringan. Selain para perwira militer yang umumnya tidak menyukai Erdogan dan partai Keadilannya, 25% rakyat Turki adalah orang-orang Alawi yang se-mazhab dengan penguasa Syria. Sebagian dari mereka inilah yang ikut aksi demonstrasi besar-besaran menentang keputusan parlemen Turki mengijinkan pemerintah memerangi Syria tgl 4 Oktober lalu. Namun itu belum semua, ada orang-orang Kurdi dan Armenia yang juga tidak menyukai Erdogan dan partainya. Dengan kondisi seperti itu tampaknya Erdogan tidak akan bisa tahan lama memerangi Syria sembari mengundang penderitaan bagi rakyatnya.

Turki adalah bagian dari masyarakat Eropa modern yang aman dan damai. Selama puluhan tahun rakyat Turki tidak pernah mengalami penderitaan akibat perang. Maka keputusan Erdogan untuk memerangi Syria adalah sebuah keputusan "bunuh diri". Ia tidak saja bakal ditinggalkan rakyatnya sendiri, namun juga rakyat Eropa dan negara-negara muslim.



Ref:
"United Nations may be after no-fly zone in Syria: Expert"; Press TV; 6 Oktober 2012

"German state TV reports: Syrian rebels claim responsibility for attack on Turkey"; R. Teichmann; Global Research; 5 Oktober 2012

3 comments:

Unknown said...

Erdogan menjual negara dan bangsa turki demi kepentingan pribadi,dengan mengaminkan program barat pada suriah erdogan berharap mendapat kekebalan dari barat untuk mendukung kediktatorannya beberapa tahun ke depan..semacam konpensasilah,seperti Sadam dulu pada iran dan pada habis masanya ditumbangkan juga oleh mereka yg dulu menyuruh dan mendukung dia pada perang irak-iran,tapi setelah di rasa tak terpakai lagi dan mulai bersebrangan dengan barat maka barat menumpasnya..sekali teken kontrak maka selamanya harus patuh,kira2 begitu..dan pada kasus ini erdogan akan berusaha agar perang turki-suriah harus terjadi karna ini satu2nya cara yg mereka pikir bisa melengserkan rezim assad setelah beberapa cara terkendala,tentara bayaran mulai lemah dan resolusi tuk msknya pasukan asing di veto rusia dan cina.jadi dengan cara menembak diri sendiri menjadi alasan untuk masuk langsung ke kancah peperangan dengan suriah dan tentu turki membawa semua sekutunya dlm nato dan tak perlu pengesahan dewan keamanan pbb lagi..padahal anak kecil pun tau bahwa yg menembak dari pihak suriah bisa siapa saja karna memang kurangnya kontrol dlm suriah karna situasi perang dan 2 pihak yg berperang sama2 pegang senjata berat.tapi rezim suriah tak gampang terumpani akal busuk barat makanya secepatnya mereka menarik tentaranya dari daerah konflik dan tdk meladeninya bahkan meminta maaf dan melakukan penyelidikan terkait insiden ini,namun turki juga tak mungkin dengan mudah membiarkan buruannya lolos dari perangkap mereka..karna agenda2 yg lain telah di persiapkan dari jauh hari dan harus berhasil. Nyatanya setelah insiden tampah bepikir 2 kali parlemen langsung mengesahkan izin menggelar pasukan di luar perbatasan negara...itu baru yg kelihatan,banyak yg telah di persiapkan yg blm kelihatan di permukaan dan sejauh ini suriah masih berpikir jernih untuk tdk menanggapinya..klu pun terjadi perang antar kedua negara,di pastikan bangsa turki akan di kalahkan oleh pasukan panji hitam dari khurasan dan suriah pun tdk mungkin sendiri,blm saatnya sekutu2nya menampilkan diri..dan ketika saat itu tiba maka dengan sendirinya pasukan nato mundur teratur membiarkan turki bertempur sendiri karna sejujurnya mereka bukanlah teman sejati turki yg harus di bela mati2an oleh mereka,saat ini mereka mengakui turki adalah teman karna bisa diambil manfaat saat ini,tapi saat yg lain mereka akan meninggalkannya dan mungkin bahkan tampah segan2 mereka akan menghancurkannya dengan tangan mereka sendiri..wahai turki..lihatlah siapa sebenarnya kawan sejati dan siapa lawan sejati anda,janganlah anda tidur berteman ular,suatu saat pasti akan menggigit anda juga..

cahyono adi said...

Kabar terbaru: media massa turki mengkonfirmasi bahwa senjata yg ditembakkan dari Syria adalah senjata standar NATO yang dikirimkan kepada pemberontak Syria via Turki.

cahyono adi said...

Kabar terbaru: media massa turki mengkonfirmasi bahwa senjata yg ditembakkan dari Syria adalah senjata standar NATO yang dikirimkan kepada pemberontak Syria via Turki.