PM Turki Erdogan dikabarkan telah menyetujui penyelesaian krisis Syria tanpa harus menjatuhkan pemerintahan Bashar al Assad sebagaimana selama ini ia dan mitra-mitra barat dan Arab-nya tuntut. Persetujuan itu dihasilkan dalam pembicaraan antara Erdogan dengan Presiden Iran Ahmadinejad di sela-sela pertemuan Economic Cooperation Organization di Baku, Selasa (16/10). Kabar tersebut muncul dari laporan harian Lebanon "Al Akhbar", Sabtu (20/10). Menurut "Al Akhbar" keputusan Erdogan bukan disebabkan oleh "kecintaan" Erdogan pada Bashar, melainkan karena "tidak ada pilihan lain".
Menurut laporan itu Erdogan akan mengumumkan usulan penyelesaian krisis Syria yang disepakatinya itu segera setelah pelaksanaan pemilu di Amerika.
Latar belakang keputusan Erdogan adalah fakta bahwa pemberontak Syria yang didukungnya selama hampir 2 tahun bersama barat dan beberapa negara Arab, gagal menjalankan misinya menjungkalkan Bashar al Assad. Selain itu dukungan Rusia, Cina dan Iran terhadap Bashar juga manjadi pertimbangan utama. Namun pemicu terjadinya titik balik pada kebijakan politik Erdogan itu adalah "muncul"-nya Irak yang tiba-tiba saja "mendeklarasikan diri" sebagai sekutu Syria yang serius.
Sebagaimana diberitakan dalam blog ini beberapa waktu lalu, dalam kunjungannya di Rusia minggu lalu PM Irak Nour Maliki mengecam keras sikap Turki atas Syria sebagai sikap yang "berlebihan". Ditambah kesepakatan kerjasama militer Irak dan Rusia yang ditandai dengan penjualan senjata Rusia kepada Irak dengan nilai transaksi miliaran dolar, serta pembiaran Irak atas penerbangan misi pengiriman senjata Iran kepada regim Bashar al Assad melalui udara Irak mengindikasikan Irak telah bergabung dengan blok Iran-Syria-Rusia. Ditambah lagi dengan sikap teguhnya Rusia dalam mendukung Bashar al Assad.
Dalam pertemuan dengan pejabat Uni Eropa menlu Rusia Sergei Lavrov menegaskan bahwa "Bashar al Assad tidak akan pergi!"
Menurut laporan itu perubahan sikap Erdogan merupakan keberhasilan diplomasi Iran.
"EXIT STRATEGY" YANG AMAN BAGI TURKI
Meski belum mendapat konfirmasi langsung dari pejabat Iran dan Turki, keputusan Erdogan tersebut di atas dianggap sebagai cara aman Turki untuk keluar dari krisis Syria tanpa banyak kehilangan muka.
"Seluruh rencana mereka mengalami kegagalan dan mereka mengalami jalan buntu dalam petualangan militernya di Syria, sehingga mereka berusaha mencari jalan keluar yang tidak mencoreng muka mereka dari bencana yang mereka ciptakan sendiri," demikian pernyataan ketua Komisi Keamanan dan Politik Luar Negeri parlemen Iran, Alaeddin Boroujerdi, Sabtu (20/10). Pernyataan tersebut seolah mengkonfirmasi laporan dari "Al Akhbar".
Menurut Aleeddin, Erdogan telah salah perhitungan atas strateginya di Syria. Sumber-sumber diplomatik dan inteligen menyebutkan, Erdogan terbujuk oleh rayuan presiden Barack Obama untuk turut melibatkan diri dalam petualangan di Syria bersama Saudi dan Qatar. Obama menjanjikan Bashar al Assad tidak akan bertahan lebih dari 6 bulan, dan setelahnya Erdogan akan dielu-elukan sebagai pahlawan. Namun seiring berjalannya waktu, dukungan Amerika dan NATO ternyata melemah dan Bashar al Assad tetap kukuh berkuasa. Erdogan pun tidak ingin menanggung beban kesalahan petualangan di Syria sendirian. Apalagi jika Turki sampai terlibat dalam peperangan melawan Syria, ia akan dicap sebagai orang "maniak perang" dan menjalani sisa hidupnya sebagai penjahat perang.
Menurut "Al Akhbar" dengan mengutip seorang pejabat Iran yang tidak disebut namanya, "Turki khawatir bahwa pada akhirnya ia akan berdiri sendirian dalam peperangan, khususnya jika terjadi peperangan antara Turki melawan Syria. Baik Amerika maupun NATO tidak akan memberikan dukungan sepenuhnya kepada Turki."
Masih menurut laporan tersebut, Erdogan secara realistis mengakui bahwa proposal Iran atas penyelesaian krisis Syria adalah yang terbaik. Tidak saja didukung Rusia dan Cina, proposal Iran juga didukung oleh Mesir. Proposal itu mengusulkan perundingan antara pihak-pihak yang terlibat pertikaian di Syria dengan mengecualikan kelompok-kelompok bersenjata.
Akhirnya dalam pertemuan di Baku itu disebut-sebut Erdogan mengusulkan kepada Ahmadinejad untuk membentuk komisi bersama yang akan menjadi broker perundingan perdamaian di Syria. Komisi itu terdiri dari tiga negara, yaitu Iran, Turki dan Rusia, atau Iran, Turki dan Mesir.
REF:
"Turkey Agrees on Syrian Solution that Assad Is Part of"; almanar.com.lb; 21 Oktober 2012
"Turkey seeking face-saving exit out of Syria quagmire: Iranian MP", Press TV; 21 Oktober 2012
No comments:
Post a Comment