Thursday, 11 October 2012

MALIKI DAN CHAVEZ: NATO, TURKI, MENYINGKIR DARI SYRIA

Analisis yang menyebutkan bahwa Iran adalah pemenang dari Perang Teluk II antara sekutu melawan regim Saddam Hussein di Irak kembali terbukti. Regim pemerintahan Irak yang ditinggalkan Amerika lebih "condong" ke Iran daripada Amerika, dan itu terbukti dengan sikap Irak yang mendukung regim Bashar al Assad di Syria.

Meski secara resmi kebijakan politik Irak atas krisis di Syria adalah netral, para analis politik tahu benar bahwa Irak mendukung Syria. Tahun lalu PM Irak Nouri al Maliki menyatakan bahwa regim Bashar al Assad tidak akan jatuh. "Mengapa harus jatuh?" tanyanya balik kepada wartawan yang mewawancarinya menyusul pernyataan para pemimpin Amerika dan sekutu-sekutunya yang menyebut "Bassar al Assad pasti jatuh".

Kini dukungan Irak terhadap Syria kembali ditunjukkan oleh Nouri Nur Maliki yang pemerintahannya berkoalisi dengan kelompok militan Shiah Tentara Mahdi. Baru-baru ini Maliki "mendamprat" Turki atas sikapnya terhadap Syria. Maliki menuduh Turki berupaya menyeret NATO ke dalam medan perang di Syria dan mengingatkan barat untuk tidak melakukan intervensi atas Syria.

"Cerita-cerita tentang pesawat-pesawat tempur Syria membom wilayah Turki adalah cerita berlebih-lebihan yang keterlaluan. Tidak ada urgensinya menyulut perang dan menyeret seluruh organisasi seperti NATO untuk membela Turki. Tidak ada negara yang mengancam Turki," kata Maliki di sela-sela kunjungan ke Rusia, Rabu (10/10).

Maliki selanjutnya mengkritik Turki sebagai telah "bertindak seolah-olah lebih bertanggungjawab atas nasib rakyat Syria daripada orang-orang Syria sendiri."
Pernyataan Maliki sebagai tanggapan atas pernyataan sekjen NATO Andres Fogh Rasmussen yang mengatakan bahwa NATO siap membela Turki melawan ancaman Syria.

Hubungan Syria-Turki tengah dalam kondisi mendidih menyusul insiden penembakan mortir di kota Akcakale tgl 3 Oktober lalu yang menewaskan 5 warga sipil Turki. Turki menuduh Syria sebagai pelaku penembakan dan telah melakukan serangan terhadap pos-pos perbatasan Syria selama 6 hari berturut-turut. Tidak hanya itu, Turki juga telah memaksa pesawat sipil Syria untuk mendarat di Turki guna menjalani pemeriksaan.


CHAVEZ DUKUNG ASSAD

Dukungan terhadap pemerintah Syria juga datang dari presiden Venezuela yang baru terpilih kembali, Huga Chavez. Hanya 2 hari setelah dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden untuk periode 2013-2019, pada hari Selasa (9/10) Chavez menyatakan dukungannya pada pemerintahan Bashar al Assad di Syria.

"Bagaimana saya tidak mendukung pemerintahan Bashar al Assad jika itu adalah pemerintah Syria yang shah?" kata Chavez kepada wartawan. Ia bahkan menuduh para pemberontak Syria sebagai teroris. "Siapa yang akan saya dukung, para teroris yang membunuhi orang-orang tak bersalah di kanan kiri?"

Chavez menuduh Amerika sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas terjadinya krisis di Syria, selain juga negara-negara Eropa.

"Sekarang Tuan Obama, jika Anda kembali terpilih, duduklah dan introspeksi. Demikian juga dengan pemerintahan negara-negara Eropa harus melakukan hal yang sama," kata Chavez.

Sebaliknya Chavez memuji perang Rusia dan Cina yang telah memveto resolusi DK PBB yang anti pemerintah Syria.




REF:
"NATO should stay out of Syria conflict: Iraq PM"; Press TV; 10 Oktober 2012
"Chavez backs Assad, blames US for Syrian crisis"; Press TV; 10 Oktober 2012

No comments: