Wednesday, 31 October 2012

DUKUNG SUDAN, IRAN KIRIM KAPAL PERANG

Menunjukkan dukungannya kepada Sudan yang baru saja mendapat serangan udara Israel, Iran mengirimkan 2 kapal perangnya ke Sudan. Kedua kapal perang tersebut, sebuah destroyer dan kapal pengangkut helikopter, kini bersandar di pelabuhan Sudan setelah tiba pada hari Senin (29/10).

Kapal-kapal yang merupakan bagian dari Armada ke-22 AL Iran itu sebenarnya telah berangkat dari Iran sejak akhir September lalu untuk berlayar ke Djibouti dan Selat Bab el-Mandeb sebagai misi damai melawan terorisme dan bajak laut. Para komandan dan perwira kedua kapal dijadwalkan akan bertemu para perwira AL Sudan.

AL Iran telah meningkatkan kehadirannya di perairan internasional sejak tahun lalu, membentang dari Samudra Hindia hingga Laut Mediterania. Pada bulan Februari tahun lalu untuk pertama kalinya Iran mengirimkan kapal-kapal perangnya ke perairan Laut Tengah melewati Terusan Suez dan perairan lepas pantai Israel. AL Iran juga telah melakukan patroli anti bajak laut di Teluk Aden sejak tahun 2008, terutama untuk melindungi kapal-kapal tanker minyak Iran.

Namun kehadiran kapal-kapal perang Iran di Sudan hanya beberapa hari setelah Sudan mendapatkan serangan udara Israel, bisa dipandang serius sebagai bentuk dukungan Iran terhadap Sudan dalam menghadapi musuh-musuhnya.

Dukungan Iran terhadap Sudan juga ditunjukkan dengan pernyataan politik Iran terkait insiden serangan udara Israel atas sebuah pabrik senjata di Yarmouk, Khartoum, hari Rabu (24/10). Iran mengecam keras aksi tersebut dan mengajak masyarakat internasional untuk melakukan aksi terhadap Israel.

"Kami mengecam keras agresi terhadap Sudan dan menuntut PBB dan Dewan Keamanan untuk melakukan tindakan nyata atas pelanggaran ini," kata jubir kemenlu Iran Ramin Mehmanparast dalam pernyataan pers yang diadakan di kantor kemenlu Iran, hari Selasa (30/10). Dalam kesempatan itu Ramin juga membantah rumor tentang adanya keterlibatan Iran dalam pabrik pembuatan senjata yang diserang.

Pada hari Rabu (24/10) menteri informasi Sudan Ahmed Belal Osman mengatakan bahwa empat pesawat tempur Israel telah menyerang kompleks pabrik senjata di Yarmouk, Khartoum, menewaskan 2 orang warga Sudan.

Sudan sudah melayangkan surat ke Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk Israel atas serangan tersebut namun hingga saat ini belum ada reaksi apapun. Israel sendiri bungkam atas aksi serangan tersebut, tidak mengakui namun juga tidak membantahnya.



SERANGAN ISRAEL

Dengan bantuan sekutu-sekutunya di Sudan Selatan Israel telah berulangkali melakukan aksi serangan terhadap Sudan, salah satu negara Islam Arab Afrika terbesar yang masih "terbebas" dari pengaruh zionis internasional. Pada bulan Januari 2009 Israel melakukan serangan udara atas sebuah konvoi dekat Port Sudan yang menewaskan 43 orang dan menghancurkan 17 kendaraan. Sebulan kemudian serangan serupa terulang lagi dengan korban mencapai 45 orang dan 14 kendaraan hancur. Kemudian pada tahun 2011 terjadi serangan rudal atas kendaraan yang menewaskan seorang tokoh Hamas di dekat Port Sudan.

Adapun serangan terakhir tgl 24 Oktober lalu dilakukan 4 pesawat bomber F-151 buatan Amerika. Mengatasi jarak jauh yang mencapai 2400 mil, pesawat-pesawat itu melakukan pengisian bahan bakar di udara di atas Laut Merah dengan menggunakan kapal tanker KC-135, pesawat modifikasi Boeing 707.

Dalam operasinya keempat pembom tersebut dibantu oleh sebuah pesawat pengacau elektronik yang dimodifikasi dari pesawat jet pribadi Gulfstream, yang terbang paralel dengan keempat pembom. Pesawat itu bertugas mengacaukan radar-radar pertahanan udara Sudan yang dilewati. Sebuah kapal penolong juga telah disiapkan di Laut Merah untuk mengantisipasi jatuhnya bomber-bomber tersebut.

Menurut berbagai sumber inteligen Israel membom pabrik senjata di Yarmouk, Khartoum, karena percaya bahwa pabrik itu membuat senjata-senjata yang dikirimkan kepada milisi Hamas di Jalur Gaza. Israel juga percaya bahwa Iran terlibat dalam proyek pembuatan senjata-senjata tersebut.

Koran Sudan "Al-Intiba" melaporkan bahwa direktur Central Intelligence Agency (CIA) David Petraeus telah menelepon wakil kepala dinas inteligen Sudan Saleh A-Tayeb untuk meyakinkan bahwa Amerika tidak terlibat dalam serangan Israel tersebut.

Dalam aksi-aksinya di Sudan, Israel diyakini mendapatkan bantuan informasi inteligen dari beberapa kelompok pro-Israel di beberapa negara Afrika seperti Kenya, Ethiopia, Eritrea, dan Libya. Ada juga kemungkinan Israel mendapat dukungan dari kelompok pemberontak Sudan Justice and Equality Movement (JEM) yang menuduh pabrik senjata tersebut menyediakan senjata yang digunakan pemerintah Sudan untuk memerangi mereka di selatan Kordofan, Darfur, dan wilayah timur Sudan. Namun bantuan paling signifikan tentu saja berasal dari Sudan Selatan yang telah menjadi negara baru sekutu Israel.

Sebagaimana Syria Sudan dianggap sebagai sekutu dekat Iran. Dengan Syria yang kini tengah kerepotan oleh aksi pemberontakan kelompok-kelompok ekstremis salafi-wahabi yang didukung barat, Turki, Saudi dan Qatar, Israel kini memiliki kesempatan untuk mengatasi Sudan.

Sejumlah pejabat militer dan inteligen Israel sering menyatakan secara terbuka bahwa saat orang-orang Arab atau muslim saling berbunuhan, maka Israel mengalami kejayaan. Hanya beberapa saat setelah serangan Israel di Yarmouk, pemberontak Sudan juga melakukan serangan atas pangkalan udara Al-Fasher.

Pada bulan Januari 2009 kemenlu Amerika mengirim kawat ke kedubes-kedubes Amerika di Abu Dhabi, Khartoum, Muscat, Riyadh, dan Sanaa, mengingatkan tentang adanya pengiriman senjata Iran untuk gerilyawan Hamas di Gaza. Kawat tersebut sengaja dibocorkan kepada Wikileaks untuk menjadi "senjata" diplomatik (Wikileaks adalah asset CIA-Mossad). Selanjutnya Wikileaks membocorkannya ke publik dan isu itu dijadikan alasan Amerika/Israel untuk melakukan tindakan lebih lanjut.

Pada saat isu beredar menlu Sudan Deng Alor secara terang-terangan mengatakan bahwa "Sudan sangat percaya" dengan kabar tersebut. Tidak lama kemudian Sudan pecah mejadi dua, Sudan dan Sudan Selatan. Yang kedua itu adalah sekutu Israel, dan Deng Alor menjadi wakil presidennya. Sudan Selatan-lah yang sering memberikan informasi inteligen penting tentang Sudan yang selanjutnya menjadi dasar tindakan Israel atas Sudan.

Informasi-informasi inteligen itu pula yang menjadi dasar serangan-serangan Israel atas Sudan.

Di dunia inteligen terdapat kelas-kelas informasi, dari yang valid (Sensitive Compartmented Information atau SCI) hingga informasi mentah (For Official Use Only atau FOUO). Tindakan baru akan dilakukan setelah sebuah informasi memiliki kualifikasi SCI yang telah melalui pendalaman analisis. Namun bagi Israel, informasi sampah-pun akan dijadikan sebagai dasar tindakan selama informasi itu tentang sesuatu yang membahayakan kepentingan Israel. Kecenderungan itu semakin kuat saat Israel dipimpin oleh penguasa garis keras seperti Benjamin Netanyahu. Apalagi jika Netanyahu jadi bergabung dengan sesama maniak perang lainnya, yaitu Avigdor Lieberman, dunia bakal menyaksikan Israel yang semakin menggila.




REF:
"Iran Naval Fleets Dock at Sudan Port"; almanar.com.lb; 30 Oktober 2012

"Regional countries must shut their airspace to Israeli regime: Iran"; Press TV; 30 Oktober 2012

"Sudan raid bears all hallmarks of Israel"; Wayne Madsen; Press TV; 30 Oktober 2012

No comments: