Ada satu lagu kuno yang dinyanyikan oleh Phil Ochs, bercerita tentang kekalahan perang yang telah terjadi ketika perang belum dimulai. Phil Ochs bernyanyi tentang Perang Vietnam, namun hal yang sama kini juga terjadi dalam Perang Afghanistan.
Sekjen NATO Jendral Anders Fogh Rasmussen mengatakan baru-baru ini bahwa insiden "serangan hijau atas biru" (serangan tentara Afghanistan yg berseragam hijau terhadap tentara NATO yang berseragam biru) telah menghancurkan ke-salingpercayaan antara aparat keamanan Afghanistan dengan tentara sekutu pimpinan Amerika.
Meski Amerika dan sekutunya telah meningkatkan keamanan dan kewaspadaan, serangan-serangan tersebut semakin meningkat tajam selama tahun 2012 ini. Hal ini membuat marah para pejabat militer Amerika dan NATO dan semakin membuat petualangan Amerika dan sekutu-sekutunya di Afghanistan tidak populer di mata rakyat mereka sendiri. Padahal personil militer Amerika dan sekutu-sekutunya telah menjalin hubungan yang cukup lama, hampir 10 tahun, dengan mitra mereka aparat keamanan Afghanistan dalam menjaga keamanan dari serangan Taliban dan Al Qaida.
Menurut pendapat Phyllis Bennis, pakar politik dari Institute for Policy Studies, Washington, hal itu menunjukkan kebencian rakyat Afghanistan terhadap keberadaan pasukan pendudukan asing. Hal yang sama juga akan terjadi di negara-negara lain.
"Anak-anak muda di Afghanistan, atau Amerika dan Iran, bergabung dalam militer karena membutuhkan pekerjaan. Dan setelah mereka menjadi anggota militer, tidak berarti sikap politik mereka berubah. Dalam kasus Afghanistan, anak-anak muda yang bergabung dalam militer tidak kehilangan kebenciannya kepada pasukan Amerika yang menduduki negaranya," kata Bennis dalam wawancaranya dengan media Iran, Press TV baru-baru ini.
Amerika dan sekutu-sekutunya telah berupaya "menyembunykan" fenomena ini dengan menyebutkan bahwa 25% dari insiden itu dilakukan oleh Al Qaida yang menyusup ke tengah-tengah personil militer, dan 75% sisanya mereka menyebut sebagai insiden yang tidak diketahui penyebabnya atau persoalan pribadi. Namun bahkan upaya menyebutkan insiden disebabkan oleh persoalan pribadi cukup menggambarkan adanya tingkat kebencian yang tinggi di antara personil militer Afghanistan terhadap mitranya dari Amerika.
Kebencian personil militer Afghanistan tidak bisa dipisahkan dengan tindakan-tindakan militer Amerika terhadap masyarakat sipil Afghanistan yang jauh dari simpatik. Korban sipil rakyat Afghanistan akibat aksi militer Amerika terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut laporan Congressional Research Service sejak tahun 2007 hingga saat ini terdapat 13.000 rakyat sipil Afghanistan yang tewas. Ini belum termasuk kematian yang terjadi sejak dimulainya penyerbuan Amerika sejak tahun 2001 hingga 2006.
JENDRAL AS NYARIS GILA
Menanggapi insiden-insiden serangan personil militer Afghanistan terhadap personil militer Amerika dan sekutunya, komandan tentara sekutu di Afghanistan asal Amerika Jendral John Allen, menyatakan kegusarannya.
"Saya hampir gila karenanya, jujur saja," katanya kepada wartawan, Sabtu (29/9).
"Kami rela berkorban untuk perang ini, namun kami tidak ingin terbunuh dengan cara seperti itu," tambahnya.
Meski demikian ia berupaya meredam kehebohan yang timbul akibat pemberitaan tentang insiden-insiden tersebut. Menurutnya sebagian besar rakyat Afghanistan mendukung keberadaan pasukan Amerika.
Insiden "serangan hijau atas biru" terakhir terjadi hari Minggu (30/9) yang menewaskan dua tentara Amerika. Menurut data pasukan koalisi sebanyak 50 tentara koalisi, separoh di antaranya dari Amerika, tewas dalam insiden "serangan hijau atas biru" tahun ini.
Ref:
"United States lost war in Afghanistan before it begun"; Press TV; 2 Oktober 2012
"US general 'mad as hell' about Afghan insider attacks"; ForceSun; 30 September 2012
No comments:
Post a Comment