Apa yang dilakukan PM Irak Nouri al-Maliki di Moskow baru-baru ini merupakan satu tanda dari sebuah konstelasi politik baru yang sangat serius di kawasan Timur Tengah. Menandatangani sebuah kontrak pembelian senjata senilai $4,3 miliar dengan Rusia sembari "mendamprat" Turki atas aksinya terhadap Syria menunjukkan bahwa sebuah koalisi baru tengah mengerucut, yaitu Iran-Irak-Syria-Rusia dan menjadi ancaman serius bagi dominasi Amerika-Israel dan sekutu-sekutunya.
Menurut pernyataan pers bersama yang dikeluarkan Selasa (9/10) di Moskow antara PM Rusia Dmitry Medvedev dan PM Irak Nouri al-Maliki, kedua negara telah menandatangani kontrak penjualan senjata senilai $4,3 miliar tahun ini.
Penandatanganan kontrak tersebut merupakan salah satu agenda kunjungan al-Maliki di Rusia yang dimulai hari Senin (8/10) untuk mengkonsolidasikan hubungan politik, ekonomi dan pertahanan. Selain itu kedua negara juga mendiskusikan krisis yang tengah terjadi di Syria. Di antara senjata-senjata yang dibeli Irak dari Rusia adalah 30 heli tempur Mi-28 serta 42 sistem pertahanan udara Pantsir-S1. Senjata-senjata lain yang diincar Irak adalah pesawat tempur MiG-29 dan senjata-senjata lapis baja.
Dalam pertemuannya dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov di kediaman Lavrov, Senin (8/10), Maliki mengatakan Irak membutuhkan dukungan Rusia untuk meningkatkan pertahanan Irak demi "mempertahankan diri dari dari ancaman terorisme".
Dengan membawa delegasi pejabat-pejabat tertinggi Irak, kunjungan Maliki kali ini merupakan kali pertama selama 3,5 tahun terakhir. Kunjungan ini merupakan undangan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Di sela-sela kunjungan tersebut Maliki mengeluarkan pernyataan keras terkait krisis Syria. Ia mengkritik Turki sebagai telah membesar-besarkan ancaman Syria. Ia juga mengkritik PM Turki Erdogan sebagai telah bersikap "over-acting" seolah-olah lebih peduli dengan kepentingan Syria dibanding rakyat Syria sendiri. Sebelumnya hubungan Turki-Irak telah diliputi ketidak harmonisan setelah kunjungan menlu Turki ke wilayah otonomi Kurdi di Irak tanpa memberitahu pemerintah Irak di Baghdad. Kunjungan itu dimaksudkan untuk membujuk pemeritahan otonomi Kurdi Irak menghentikan dukungan terhadap pemberontak Kurdi Turki.
Tidak lama setelah kecaman Maliki di Moskow, terjadi insiden "pembajakan" pesawat sipil Syria yang terbang dari Rusia oleh pesawat-pesawat tempur Turki. Insiden tersebut mendapat kecaman keras dari pemerintah Rusia hingga rencana kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Turki tgl 15 Oktober, dibatalkan.
Amerika memang patut kecewa berat dalam petualangannya di Irak. Menghabiskan lebih dari $3 triliun dan kehilangan 5.000 pasukannya untuk menyingkirkan regim Saddam Hussein, Amerika harus menyaksikan dirinya didepak oleh pemerintahan Maliki yang justru menjalin hubungan dekat dengan Iran. Maliki bahkan bersekutu dengan milisi Tentara Mahdi dukungan Iran yang paling intens memerangi Amerika di Irak. Dan kini Amerika menyaksikan Irak juga merapat ke Rusia. Sebelumnya Amerika juga berang dengan Irak yang dianggapnya telah "membiarkan" wilayah udaranya digunakan Iran untuk mensuplai senjata ke Syria dan Hizbollah.
Koalisi Irak-Syria-Irak-Rusia pun terbentuk.
Ref:
"Russia, Iraq seal USD 4.2 bn in arms contracts"; Press TV; 9 Oktober 2012
No comments:
Post a Comment