Friday, 31 March 2017

Rudal Jelajah Hipersonik Rusia Ancam Barat

Indonesian Free Press -- Di awal Perang Pasifik yang menjadi bagian dari Perang Dunia II, Inggris sangat percaya diri untuk bisa menghentikan offensif Jepang ke negara-negara Asia-Pasifik dengan mengirim dua kapal tempur (battleships) yang baru memenangkan perang melawan Jerman di Samudra Atlantik,.HMS Repulse dan HMS Prince of Wales. Namun, baru menjalani satu misi tempur, kedua kapal perang tersebut tenggelam setelah dihujani bom oleh pesawat-pesawat yang lepas landas dari kapal induk Jepang.

Sejak saat itulah berubah doktrin perang laut modern, dari sebelumnya mengandalkan kapal-kapal tempur berdaya tembak besar dengan meriam-meriam raksasanya, menjadi kapal induk yang mampu melepaskan puluhan pesawat pembom torpedo yang bisa menenggelamkan kapal perang paling besar sekalipun dalam waktu singkat. Sejumlah kapal tempur (battleship) pun diubah menjadi kapal induk oleh negara-negara yang terlibat perang.

Inggris saat ini kembali mengalami trauma seperti dalam Perang Pasifik. Rudal jelajah hipersonik Rusia, Zircon, dianggap sebagai ancaman serius bagi angkatan laut Barat. Jika tidak ada antisipasi yang serius, rudal tersebut bisa membuat kapal-kapal induk dan kapal-kapal perang Barat lainnya menjadi 'barang rongsokan'.

Seperti dilaporkan Daily Mail, 26 Maret lalu, para pakar laut Inggris memperingatkan bahaya rudal jelajah hipersonik Rusia yang bisa menenggelamkan dua kapal induk terbaru Inggris seharga masing-masing £6.2 miliar, HMS Queen Elizabeth dan HMS Prince of Wales.

"Rusia tengah membangun rudal berkecepatan 4.600 mil perjam yang tidak bisa dihentikan," demikian judul tulisan di Daily Mail.

Menurut laporan itu, dengan kecepatan dan daya hancurnya, rudal jelajah Zircon yang terbang dengan kecepatan antara 3.800 mil perjam hingga 4.600 mil perjam, atau lima sampai enam kali kecepatan suara, bisa menenggelamkan kapal-kapal induk manapun dengan sekali tembakan.

Sistem pertahanan laut Inggris saat ini hanya bisa menembak rudal yang terbang dengan kecepatan 2.300 mil perjam, dan karenanya tidak berguna untuk menghadapi Zircon. Demikian tulis laporan tersebut.

Untuk menghindari ancaman Zircon, kapal induk harus berada di luar jangkauannya pada jarak 500 mil, atau sekitar 800 km. Hal ini berarti kapal induk kehilangan daya hancurnya, karena pesawat-pesawat pembom yang diangkutnya tidak dapat menjalankan misi tempur sejauh itu tanpa mengisi bahan bakar di udara.

Pete Sandeman, pakar kelautan Inggris mengatakan kepada media Inggris lainnya 'Sunday People', "Pertahanan kapal menghadapi tantangan besar melawan rudal hipersonik. Hanya ada waktu sempit yang tersisa bila serangan terdeteksi, dan sistem pertahanan yang ada tidak akan cukup. Bahkan jika rudal itu bisa ditembak dan diledakkan oleh sistem pertahanan jarak pendek, energi kinetiknya masih bisa membuat kerusakan hebat."

Rudal Zircon mulai ujicobanya tahun ini dan pada tahun 2018 akan mulai dipasang di kapal jelajah nuklir Pyotr Velikiy, demikian media resmi Rusia melaporkan baru-baru ini.

Rudal Zircon digerakkan dengan mesin 'scramjet', yaitu teknologi yang mencampurkan bahan bakar dengan udara. Dengan teknologi ini memungkinkan rudal ini terbang dengan kecepatan yang lebih tinggi dari kecepatan peluru.

Sebagai perbandingan, rudal jelajah andalan Amerika, Tomahawk, terbang dengan kecepatan sub-sonic (di bawah kecepatan suara). Sedangkan rudal jelajah Rusia, Kalibr-N, juga terbang dengan kecepatan sub-sonic. Namun saat mendekati sasaran, Kalibr-N melesat dengan kecepatan mendekati 3 kali kecepatan suara, membuatnya lebih sulit untuk dideteksi sekaligus membawa energi kinetik yang lebih besar.(ca)

1 comment:

kasamago said...

Zircon adlah jawaban rusia utk mengatasi ketertinggalanya dr barat dlm hal pengembangan kapal induk..

Zircon akn lebih mematikan jka mmmpu di lesatkan dr pesawat T-50..