Tuesday, 20 June 2017

Isolasi Qatar Gagal, Saudi Kembali Kalah

Indonesian Free Press -- Saudi Arabia kembali mengalami kekalahan setelah politik isolasi Qatar yang digagasnya menunjukkan tanda-tanda gagal total. Ini menyusul sejumlah kegagalan lain yang dialami Saudi dalam beberapa tahun terakhir, seperti konflik Suriah dan Yaman, dan secara umum adalah kegagalan mengisolir Iran.

Setelah dengan 'gagah berani' mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dan isolasi Qatar bulan ini, koalisi pimpinan Saudi Arabia menunjukkan tanda-tanda mengendur.

Seperti dilaporkan Sputnik News, 15 Juni lalu, Menlu Saudi Adel al-Jubeir mengatakan bahwa blokade 'de facto' yang diterapkan kepada Qatar sebenarnya bukanlah blokade dan Saudi Arabia bersedia untuk mengijinkan pengiriman bahan-bahan makanan dan obat-obatan yang dibutuhkan Qatar.


Sementara itu Menteri Penerbangan Sipil Mesir Sherif Fathy mengumumkan bahwa maskapai Qatari Airlines tidak lagi dilarang terbang ke Mesir, disusul kemudian oleh pernyataan pemimpin Mesir Abdel Fatah al-Sisi yang mengatakan bahwa konflik diplomatik Qatar tidak boleh dibiarkan membesar menjadi perang.

Hal tersebut menyusul sejumlah langkah dan pernyataan sejumlah negara berpengaruh yang menunjukkan dukungannya pada Qatar. Selain Turki dan Iran, Irak, Kuwait, Oman, Maroko dan Yordania menunjukkan dukungannya pada Qatar. Uni Eropa yang menjadi pasar migas Qatar diduga kuat juga telah memberikan dukungannya pada Qatar meski tidak dinyatakan terang-terangan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, misalnya, mengecam langkah Saudi dan koalisinya mengisolir Qatar sebagai 'kesalahan fatal yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam'.

Sementara PM Irak Haider al-Abadi menyebut langkah Saudi tersebut 'hanya mencederai rakyat kecil' dan tidak berpengaruh pada kepemimpinan Qatar.

Namun, tamparan paling keras pada langkah Saudi justru dilakukan Amerika, negara yang awalnya mendukung langkah Saudi. Di tengah konflik diplomatik yang tengah berlangsung, Amerika mengirimkan dua kapal perang ke Qatar untuk menggelar latihan perang bersama tuan rumah. Tidak hanya itu, Amerika dan Qatar juga memastikan kontrak pembelian 36 pesawat F-15QA Eagle senilai $12 miliar.(ca)

3 comments:

Kasamago said...

Semoga menjadi pelajaran terakhir..

Anonymous said...

Sudahlah ini akal amalan Amerika mengeruk uang orang Arab coba kalo tidak beli pesawat 12 milyar sudah bisa hancur Qatar ini akal amalan bandit preman tua tujuannya memeras sudah dapat ya selesai dasar kalo bodoh ya dimakan yg tamak ya ini 12milyar bukan sedikit 156 triliun cuma beli pesawat yg ketinggalan jaman kasian kasian di peras kalo tidak tahta melayang

Anonymous said...

Sudahlah ini akal amalan Amerika mengeruk uang orang Arab coba kalo tidak beli pesawat 12 milyar sudah bisa hancur Qatar ini akal amalan bandit preman tua tujuannya memeras sudah dapat ya selesai dasar kalo bodoh ya dimakan yg tamak ya ini 12milyar bukan sedikit 156 triliun cuma beli pesawat yg ketinggalan jaman kasian kasian di peras kalo tidak tahta melayang