Indonesian Free Press -- Kabar tentang keberadaan manusia raksasa sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Kitab-kitab suci, buku-buku kuno, mitos dan legenda-legenda masyarakat di berbagai negara banyak menyebutkan keberadaan mereka.
Dalam Kitab Ramayana yang diimani oleh orang-orang Hindu terdapat bangsa raksasa yang dipimpin oleh raja bernama Rahwana, mereka tinggal di negeri di seberang lautan.
Dalam kitab Perjanjian Lama yang diimani oleh orang-orang Kristen dan Yahudi ada sosok manusia-manusia raksasa yang disebut 'Nephilim', 'Goliath', 'Og King of Bashan', dan 'Anakim'. Dalam Injil Terjemahan King James disebutkan bahwa tinggi 'Goliath' mencapai 2,75 meter.
Sejarahwan Yahudi yang bekerja untuk Romawi, Flavius Josephus, dalam bukunya yang terkenal "Antiquities of the Jews" yang ditulis tahun 93 M, menyebutkan tentang manusia-manusia raksasa 'Amorites' yang tinggal di Hebron:
"Karena alasan tertentu mereka pindah ke Hebron; dan ketika mereka berhasil merebut kota ini, mereka membantai seluruh penduduk (Hebron). Pada saat itu tinggallah manusia-manusia raksasa yang memiliki tubuh sangat besar dan bentuknya sama sekali berbeda dengan manusia umumnya, sehingga mengejutkan siapa pun yang melihatnya dan menakutkan siapapun yang mendengar suaranya. Kerangka manusia-manusia raksasa ini masih banyak ditemukan pada saat ini."
Dalam Al Qur'an juga disebutkan tentang keberadaan manusia raksasa:
“Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang Jabbarin (orang-orang yang berbadan besar), sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.”(QS. Al-Maidah: 22)
Para ulama juga percaya bahwa Kaum Ad' yang disebut-sebut dalam Al Qur'an adalah orang-orang yang berbadan raksasa.
"Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum Ad' (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri lain." (QS: Al Fajr 89: 6-8)
Al Qur'an juga menyebut tentang manusia raksasa bernama Jalut, yang mati setelah diketapel oleh Daud. Kemungkinan, Jalut ini adalah bangsa 'Amorites' seperti disebutkan oleh Flavius Josephus. (Josephus, Antiquities of the Jews, Book 5, Chapter 2, Number 3, Antiquities of the Jews: Book 5, Retrieved: 15 March 2013).
Banyak temuan arkeologis juga menunjukkan hal yang sama. Namun, ada upaya sistematis untuk menghancurkan bukti-bukti keberadaan manusia raksasa itu demi mendukung 'cerita' yang dipromosikan sebagai satu-satunya kebenaran asal-muasal manusia di muka bumi, yaitu 'teori evolusi' yang baru muncul pada abad 19.
Sebagaimana dilaporkan oleh sejumlah media independen termasuk situs The World News Daily Report pada 13 Juni lalu, Mahkamah Agung Amerika (Supreme Court) telah memerintahkan Smithsonian Institution, sebuah organisasi gabungan pusat-pusat penelitian arkeologi dan museum ternama, untuk membuka kembali laporan-laporan penelitian mereka sejak awal tahun 1900-an, untuk membuktikan bahwa kelompok ini tidak melakukan 'cover up' atau upaya menutup-nutupi bukti-bukti tentang keberadaan manusia raksasa.
Menurut laporan tersebut Smithsonian Institution diduga kuat telah menghancurkan ribuan tengkorak manusia raksasa yang ditemukan di seluruh Amerika sejak awal tahun 1900-an demi mendukung teori 'mainstream' evolusi manusia.
Dugaan tersebut dikemukakan oleh kelompok American Institution of Alternative Archeology (AIAA), yang oleh Smithsonian Institution diberikan respon dengan menuntut AIAA atas tuduhan 'defamation' terhadap organisasi yang telah eksis selama 168 tahun itu.
Selama proses persidangan, demikian laporan The World News Daily Report, terungkap sejumlah kesaksian dari sejumlah 'mantan orang dalam' Smithsonian Institution yang mengakui memiliki bukti-bukti kuat bahwa lembaga itu telah menghancurkan puluhan ribu tengkoran manusia raksasa yang tingginya berkisar antara 6 kaki (1,8 meter) sampai 12 kaki (3,6 meter).
Para arkheolog 'mainstream', termasuk dari Smithsonian Institution, mengatakan bahwa Amerika pertama kali dihuni oleh manusia yang datang dari Asia (Indian) melalui Selat Bering, sekitar 15.000 tahun yang lalu. Meski faktanya adalah ditemukan juga adanya kuburan-kuburan kuno berisi kerangka raksasa dengan benda-benda logam yang umurnya jauh lebih tua dan diakui oleh para Indian telah ada sebelum kedatangan nenek moyang mereka.
Pada tahun 2011 para peneliti American Association for Alternative Archeology (AAIA) menemukan tulang femur (tulang paha) berukuran 1,3 meter. Inilah yang menjadi bukti kuat tuntutan (AAIA).
Namun yang menarik adalah temuan tersebut bukan berasal dari proses penggalian, melainkan dari gudang simpanan Smithsonian Institute sendiri. Ya, tulang raksasa itu adalah hasil curian yang dilakukan oleh kurator organisasi itu sendiri pada tahun 1930-an. Oleh kurator itu, tulang tersebut disimpannya sepanjang hidup, dan kemudian membukanya melalui pengakuan tertulis menjelang kematiannya.
"Ini adalah hal yang sangat buruk yang dilakukan terhadap rakyat Amerika. Kami telah menyembunyikan kebenaran tentang nenek moyang manusia, para pendahulu kita, para raksasa yang berkeliaran di muka bumi seperti disebutkan dalam Kitab Injil dan kitab-kitab kuno di seluruh dunia," demikian bunyi sebagian pesan tersebut.
Menurut laporan itu, dokumen-dokumen tentang manusia raksasa yang disembunyikan Smithsonian Institution itu harus dibuka pada tahun ini.
"Pembukaan dokumen-dokumen ini akan membantu para arkheologis dan sejarahwan untuk mengevaluasi teori-teori tentang evolusi manusia dan membantu kita untuk lebih memahami budaya 'mound builder' di Amerika dan di seluruh dunia," kata Direktur AIAA Hans Guttenberg.
"Akhirnya, setelah lebih dari seabad kebohongan, kebenaran tentang para pendahulu manusia-manusia raksasa itu akan terbuka di hadapan dunia," tambahnya lagi.(ca)
No comments:
Post a Comment