Indonesian Free Press -- Aksi-aksi serangan teroris yang terjadi akhir-akhir ini di Eropa dan Amerika telah sampai pada tahap 'sengaja mempertontonkan kepalsuan'. Ini adalah tahap terakhir dari upaya para 'penyembah dajjal' untuk menciptakan ketidak-percayaan publik pada otoritas, serta kekacauan.
Lalu, setelah tahap ini, apa tahap berikutnya yang diupayakan oleh para penyembah dajjal? Mereka akan menciptakan kekacauan dan kehancuran massal yang jauh lebih hebat, seperti serangan teroris dengan menggunakan bom nuklir yang memicu perang dunia ketiga. Mereka percaya bahwa hanya dengan itu semua, maka sang Messiah akhir jaman yang mereka tunggu-tunggu, akan muncul, sebagaimana ditulis dalam kitab Bibel.
Beberapa tahun lalu saya mengenal sekelompok 'aktifis Islam' yang menamakan diri 'Forum Arimathea'. Awalnya aktifitas kelompok ini adalah melakukan acara-acara dialog antar agama dan kemudian merekamnya dan menjualnya dalam bentuk DVD. Terakhir aktifitasnya berubah, yaitu memprovokasi ummat Islam untuk percaya bahwa perang dunia ketiga sudah dekat. Belakangan saya sadar bahwa kelompok ini hanyalah agen dari kaum 'penyembah dajjal' untuk mendorong ummat Islam terlibat dalam permainan 'perang akhir jaman' dan secara otomatis memenuhi misi mereka demi turunnnya sang messiah.
Penggunaan nama "Arimathea' sendiri sudah mencurigakan karena tidak dikenal dalam khasanah Islam, dan justru dikenal dalam khasanah Kristen dan Yahudi. Arimathea adalah nama seorang tokoh yahudi yang dalam Bibel disebut-sebut sebagai orang yang mengijinkan jenasah Yesus dikebumikan di tanah miliknya. Keterangan yang lain menyebutkan bahwa ia adalah saudara kandung Yesus sendiri.
Ketika kedok kelompok ini terbuka dalam kasus 'tuduhan palsu' terhadap ustadzah Irine Handono, kelompok ini pun menghilang begitu saja.
Perlu diketahui bahwa salah seorang konglomerat INdonesia yang menjadi pendukung regim Jokowi-Ahok adalah seorang aktifis sekte zionis-kristen yang percaya pada mitos 'perang akhir jaman' tersebut.
Seperti dilaporkan oleh banyak media massa dan media sosial, aksi terror di London Ahad lalu (4 Juni) merupakan aksi rekayasa oleh otoritas Inggris sendiri. Sebuah video (
Lihat disini: http://www.thetruthseeker.co.uk/?p=152664), misalnya, menunjukkan dengan jelas bagaimana polisi berpura-pura menjadi pelaku pemboman bunuh diri setelah melakukan aksi 'ganti baju' di belakang mobil van.
Setidaknya dua media Inggris sendiri, ITV dan Metro.co.uk
mendukung laporan itu dengan menyebutkan bahwa 'pelaku' aksi serangan itu mengenakan rompi bom palsu.
"Para tersangka serangan terror London yang menewaskan setidaknya enam orang mengenakan rompi bom palsu," tulis ITV News, hanya beberapa jam setelah insiden serangan. Foto yang menunjukkan tersangka yang identitasnya identik dengan gambar video terkait di atas, juga ditampilkan.
Hal yang sam dilaporkan oleh Metro.co.uk. "Para pelaku mengenakan pakaian yang tampak seperti rompi bom, namun kemudian diketahui pakaian itu palsu," kata jubir kepolisian London seperti dikutip Metro.co.uk.
Dari ketiga laporan terkait tersebut bisa disimpulkan bahwa aksi serangan itu adalah rekayasa otoritas sendiri. Polisi mengganti pakaian, termasuk rompi bom, kemudian bersandiwara sebagai pelaku peledakan bom. Setelah video dan foto-foto beredar di media sosial, polisi tersebut diamankan di tempat tersembunyi dengan aman.(ca)
No comments:
Post a Comment