Thursday 1 June 2017

Hassan Nasrallah Kecam KTT Arab-Amerika yang Dihadiri Jokowi

Indonesian Free Press -- Pimpinan Hizbollah mengecam keras pertemuan yang disebut KTT Arab-Amerika yang berlangsung di Saudi Arabia baru-baru ini. Pertemuan ini juga dihadiri Presiden jokowi.

Dalam pidatonya menyambut pembebasan Lebanon Selatan dari pendudukan Israel, 25 Mei lalu, Nasrallah menyebut pertemuan KTT Arab-Amerika itu sebagai 'skandal' dan 'kebohongan untuk mengintimidasi gerakan perlawanan anti-Israel' yang dimotori oleh Iran, Hizbollah, Palestina, Yaman, Irak dan Suriah.

"Tujuan ketiga dari pertemuan itu adalah untuk mengintimidasi Iran dan Gerakan Perlawanan, dengan mengatakan: “Awas Iran, Syria, Hezbollah dan Hamas”," demikian Nasrallah dalam pidatonya.


Tujuan utama lainnya dalam pertemuan itu, menurut Nasrallah hanyalah 'mengelu-elukan Presiden Donald Trump' dan memperkuat koalisi Amerika-Saudi dan negera-negara Teluk demi memperkuat agenda zionis.

"Kita harus melihat dengan cermat, mendebatnya dan mengkritiknya adalah kesepakatan yang dihasilkan, apa yang dijanjikan kepada Amerika dan apa imbalan yang diberikan Amerika untuk kawasan ini. Itu yang serius, yang lainnya hanyalah pidato-pidato, kata-kata, pernyataan sikap, makan malam, upacara, makan malam, fashion show, semua yang Anda inginkan," kata Nasrallah lagi.

Menurut Nasrallah, pertemuan itu pada dasarnya hanyalah pertemuan bilateral antara Amerika dan Saudi, dan yang lain hanyalah 'penggembira'.

"Silakan catat tentang pertemuan di Riyadh itu. Pertama, dikatakan bahwa itu adalah pertemuan tingkat tinggi Amerika-Arab dan Negara-negara Muslim, namun kenyataannya adalah pertemuan antara Saudi Arabia dan Amerika, antara Presiden Trump dan Raja Salman beserta delegasinya.

"Pertemuan yang disebut-sebut sebagai US-Arab-Islamic Summit, dengan mengumpulkan pemimpin dari 55 atau 56 negara (termasuk jokowi) tidak lain hanyalah pemberian penghormatan kepada Presiden Trump, dan itu bukanlah pertemuan atau konperensi sama sekali. Tidak ada panitia persiapan, tidak ada material yang dibagikan kepada delegasi-delegasi, tidak ada pertemuan awal para menteri luar negeri atau menteri pertahanan, tidak ada draft deklarasi, tidak ada debat, tidak ada negosiasi, tidak ada sama sekali.

Mereka membawa para presiden dari seluruh dunia, kebanyakan dari negara-negara Arab dan Muslim, kemudian Raja Salman berpidato, Presiden Trump berpidato, kemudian dua atau tiga pidato lagi, dan selesai. Para delegasi pun kembali ke negara masing-masing. Ini diskripsi yang sebenarnya. ADa sejumlah delegasi bahkan yang mengeluh tidak ada panitia yang menemani mereka ke bandara. Dan kemudian semuanya terkejut dengan adanya apa yang disebut-sebut 'Deklarasi Riyadh," kata Nasrallah.

Nasrallah kemudian menunjukkan foto kopi 'Deklarasi Riyadh' yang menurutnya hanyalah pernyataan bersama Amerika-Saudi dan negara-negara lainnya tidak mengetahuinya.

"Ini adalah skandal!" kata Nasrallah lagi seraya menambahkan bahwa para delegasi baru mengetahui adanya deklarasi itu melalui media massa.

Menurut Nasrallah, apa yang terjadi di Riyadh adalah menunjukkan 'kemarahan dan kelemahan Saudi-Amerika', sama seperti yang terjadi dengan konperensi koalisi anti-terorisme yang digelar Saudi dua tahun lalu. Kewalahan menghadapi perlawanan rakyat Yaman, Saudi berusaha meningkatkan moral koalisi yang digalangnya dengan menggelar kegiatan serupa dengan mengumumkan 'Koalisi Militer Negara-negara Islam'.

"Bayangkan, suatu deklarasi yang bahkan tidak diketahui oleh negara-negara anggotanya dan mereka baru mengetahuinya melalui media massa. Ini bukan hal baru bagi Saudi. Jadi pertemuan itu sebenarnya adalah pertemuan bilateral Amerika-Saudi."

Nasrallah juga mengecam Presiden Trump yang disebutnya sebagai 'penghina Islam dan negara-negara Islam'. "Ia adalah presiden pertama Amerika yang masuk ke Gedung Putih dengan membuat deklarasi melarang warga negara dari 8 negara Arab dan Islam masuk ke Amerika. Ia adalah presiden Amerika yang paling dekat dengan Israel, sekutu terbesar Israel."

Dan, tentu saja, Nasrallah juga mengecam Saudi, yang di satu sisi melarang penghormatan dan perayaan kelahiran Nabi Muhammad, namun menghormati Donald Trump dan berjoged bersamanya.

"Mari singkirkan perbedaan tafsir (tentang larangan peringtan kelahiran Nabi), namun secara logika, masuk akalkah?" kata Nasrallah.(ca)

No comments: