Saturday, 17 June 2017

Dikabarkan Tewas, Siapa Pengganti Al-Baghdadi?

Indonesian Free Press -- Rusia mengklaim telah berhasil menewaskan pemimpin ISIS Abu-Bakr al-Baghdadi melalui serangan udara di kota Raqqa, 28 Mei lalu.

Seperti dilaporkan Veterans Today, 16 Juni, Baghdadi tewas oleh serangan udara Rusia yang menghantam ruangan tempat ia tengah menggelar rapat dengan para petinggi ISIS lainnya. Rapat tersebut membicarakan rencana evakuasi ISIS dari Raqqa melalui 'koridor selatan'.

"Di antara 30 komandan lapangan ISIS dan sekitar 300 militan yang tewas oleh serangan itu terdapat nama Emir Raqqa Abu al-Haji al-Masri, Emir Ibrahim al-Naef al-Hajj yang memimpin wilayah antara Raqqa dan es-Sohne, serta kepala keamanan ISIS Suleiman al-Sawah," tulis Veterans Today.


Meski al-Baghdadi belum pernah mengumumkan calon penggantinya, dua figur kini muncul ke permukaan sebagai calon penggantinya. Mereka adalah Iyad al-Obaidi, yang merupakan Menteri Pertahanan ISIS, dan Ayad al-Jumaili yang merupakan wakil kepala keamanan. Namun keberadaan JUmaili sndiri masih misterius karera ia pun pernah dilaporkan tewas oleh serangan udara bulan April lalu di wilyah al-Qaim, Irak, dekat perbatasan Suriah.

"Maka, kemungkinan besar pengganti al-Baghdadi adalah al-Obaidi," tambah Veterans Today.

Baik al-Jumaili maupun al-Obaidi adalah mantan pejabat keamanan dari Partai Baath di bawah regim Saddam Hussein, dan al-Obaidi dikenal secara de-facto sebagai wakilnya al-Baghdadi.

Pemerintah dan media-media Amerika berusaha menyembunyikan kabar kematian al Baghdadi ini karena mereka tidak lagi memiliki kepentingan dengannya, terutama ketika Amerika dan koalisinya tengah menggempur ISIS di Mosul dan Raqqa dengan menimbulkan korban sipil yang besar, dimana senjata-senjata ilegal seperti bom pospor, digunakan. Demikian tulis Veterans Today.

Media-media Amerika bahkan melaporkan bahwa al-Baghdadi masih hidup dan kini bersembunyi di wilayah antara Raqqa dan Mosul bersama dua orang pengawalnya yang tersisa, setelah melarikan diri dengan truk pickup.

"Senjata-senjata konvensional dan bom 'white phosphorous' digunakan secara massif di kedua kota (Mosul dan Raqqa), dan opini publik dengan lambat berubah menentang intervensi di Iraq dan Syria dengan dalih memerangi terorisme," tambah Veterans Today.

Pada saat yang sama, demikian Veterans Today mengutip laporan media-media Rusia, Amerika justru memberikan jalan keluar bagi para teroris ISIS untuk meninggalkan kedua kota ke arah Deir al-Zor, yang kini menjadi perebutan pasukan Suriah, ISIS dan milisi pro-Amerika.

"Maka, alih-alih melancarkan serangan untuk menghancurkan terrorisme, serangan koalisi AS terhadap Islamic State berubah menjadi upaya memecah belah Suriah seperti Balkan, antara kelompok Kurdi di utara, pemerintah Suriah di barat dan militan Sunni pro-AS di timur yang kaya minyak," tulis Veterans Today.(ca)

No comments: