Monday 19 June 2017

Suriah Timur Makin Panas, Amerika Tembak Jatuh Pesawat Suriah

Indonesian Free Press -- Pesawat tempur Amerika menembak jatuh pesawat pembom Suriah di wilayah Raqqa, Minggu (18 Juni), menandai semakin panasnya konflik di Suriah timur setelah pemberontak terusir dari Aleppo dan kota-kota di barat Suriah.

Seperti laporan Reuters, 19 Juni, Amerika mengklaim menembak jatuh pesawat Suriah setelah pesawat itu membom pasukan milisi dukungan Amerika. Namun Suriah mengklaim pesawatnya ditembak jatuh saat tengah menjalankan misi menyerang ISIS.

Dalam pernyataan yang disiarkan televisi negara, militer Suriah menyebutkan bahwa selain pesawatnya jatuh, pilotnya juga hilang. Pesawat tersebut jatuh di dekat Desa Rasafah.


Ini adalah insiden pertama Amerika menembak jatuh pesawat Suriah selama konflik Suriah yang berlangsung sejak tahun 2011. Namun, minggu lalu pesawat tempur Amerika juga menembak jatuh sebuah drone tempur Suriah di timur negara itu.

Menyebut aksi Amerika itu sebagai 'flagrant attack', Suriah mengatakan hal itu merupakan upaya Amerika untuk menghancurkan militer Suriah sebagai satu-satunya kekuatan yang efektif dalam memerangi terorisme di Suriah.

"Insiden ini terjadi pada saat militer Suriah dan koalisinya tengah melakukan gerak maju dalam perang melawan kelompok teroris Daesh (Islamic State),” tambah militer Suriah.

Sementara U.S. Central Command dalam pernyataannya mengatakan bahwa pesawat Suriah jenis SU-22 ditembak jatuh sebagai aksi 'bela diri' atas pasukan koalisi pimpinan Amerika, Syrian Democratic Forces (SDF), di dekat Tabqah. Suriah dituduh sebelumnya telah menyerang posisi SDF di selatan Tabqa dan mengusir SDF dari kota itu.

Amerika menembak pesawat Suriah itu dengan menggunakan pesawat F/A-18E Super Hornet, demikian pernyataan US Central Command. US Central Command juga mengatakan bahwa sebelum penembakan itu telah memberitahu Rusia tentang insiden itu untuk mencegah konflik menjadi tidak terkendali.

"Koalisi kami tidak ingin memerangi pemerintah Suriah, Rusia atau pasukan pro-pemerintah Suriah, namun kami tidak akan ragu-ragu untuk mempertahankan pasukan koalisi kami dari semua ancaman," tulis US Central Command.

Reuters juga melaporkan bahwa Amerika dan koalisi pimpinannya dalam minggu-minggu terakhir meningkatkan kampanye pemboman di utara Suriah dan Provinsi Raqqa. Milisi-milisi pro-Amerika kini tengah mengepung kota Raqqa yang menjadi ibukota ISIS dan telah merebut sejumlah wilayah di sekitarnya dari kelompok itu. Sementara pasukan Suriah dan koalisinya juga bergerak ke arah Raqqa setelah berhasil mengusir pemberontak dari Aleppo. Dalam langkah ini sejumlah ladang minyak yang selama bertahun-tahun dikuasai ISIS berhasil direbut kembali.


Amerika Gelar Artileri Jarak Jauh
Sementara itu kantor berita AFP melaporkan pada hari yang sama bahwa Rusia melancarkan protes pada Amerika yang telah menggelar sistem senjata artileri jarak jauh HIMARS yang ditujukan kepada pasukan Suriah.

Dalam sebuah pernyataan, Kemenhan Rusia mengatakana bahwa "Amerika telah memindahkan dua peluncur roket HIMARS dari Yordania ke pangkalan pasukan khusus Amerika di al-Tanaf, yang ditujukan kepada pasukan pemerintah Suriah'.

“Menggelar setiap jenis senjata asing di wilayah Suriah… harus mendapat persetujuan dari pemerintah yang berdaulat,” kata Kemenhan Rusia dalam pernyataannya.

Dalam pernyataan itu disebutkan bahwa Amerika telah berulang kali melancarkan serangan terhadap pasukan Suriah yang tengah memerangi ISIS di Suriah timur. "Maka tidak sulit untuk menebak bahwa serangan semacam itu akan kembali terjadi dengan menggunakan HIMARS.”

Veterans Today menyebut perkembangan ini mencerminkan upaya serius Amerika dan koalisinya untuk menguasai perbatasan Irak demi memotong jalur suplai dari Iran dan Irak ke Suriah. Selain merebut al Tanf, koalisi Amerika juga telah membangun pangkalan militer di timur laut kota itu. Sementara Iran juga telah memperlihatkan keseriusannya untuk mempertahankan wilayah itu dengan melancarkan serangan rudal jarak jauh ke posisi pemberontak di Suriah timur.

Medan perang di Suriah timur dipastikan bakal menjadi ajang konflik panas selanjutnya setelah pemberontak terusir dari Aleppo dan kota-kota di barat Suriah. Demikian analisis Veterans Today.(ca)

1 comment:

Anonymous said...

Tinggal apakah Rusia punya nyali kalo Iran sudah menunjukkan kekuatan dan keakuratan rudalnya dan ahli Rusia pun tercengang sehingga Amerika buru buru memindahkan pesawat tempurnya ke luar suriah bagi Iran hal mudah untuk menghancurkan pasukan Amerika di banding Tomahawk yg tak ada artinya baru pembalasan lunak cukup 6rudal yg mempunyai keakuratan yg tinggi