Saturday 22 July 2017

Wapres Irak Tuduh AS Bajak Kemenangan Irak di Mosul

Indonesian Free Press -- Wakil Presiden dan mantan Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki, menuduh Amerika berusaha membajak kemenangan rakyat Irak atas ISIS dalam Perang Mosul.

"Benar, mereka mendukung kami dengan serangan udara, namun andil terbesar diberikan oleh para prajurit Irak, milisi-milisi rakyat, angkatan udara Irak," kata Maliki dalam wawancara dengan media Rusia RIA Novosti, seperti dilansir Veterans Today, 22 Juli.

Maliki, yang bersama dengan Presiden AS George W Bush saat ia dilempar sepatu oleh wartawan Irak Muntadhar al-Zaidi dalam sebuah konperensi pers Desember 2008, menyesalkan dan menolak klaim Amerika atas kemenangan perang pembebasan Mosul.


"Dalam kenyataannya, ini adalah kemenangan Angkatan Perang Irak," kata Maliki lagi seraya menambahkan bahwa lebih dari 20.000 prajurit dan polisi Irak tewas atau terluka dalam operasi militer di Mosul.

Tentang lamanya pertempuran untuk membebaskan Mosul yang mencapai waktu sembilan bulan, Maliki berdalih bahwa pemerintah menghindari kehancuran dan korban sipil yang lebih besar.

"Kami bisa saja mengepung total kota ini (Mosul), tapi warganya akan mengalami kelaparan," katanya.

Menurut Maliki terdapat sekitar 5.000 teroris di Irak, 2.000 sampai 3.000 tewas dalam pertempuran dan sisanya bersembunyi atau menyusup di antara pengungsi. Ia menyebut masih terdapat beberapa 'penghubung' di dalam kota Mosul dan sejumlah 'sel tidur' di seluruh Irak. Mereka kini mengubah taktiknya dengan serangan-serangan bom dan teror setelah tidak mempunyai lagi kemampuan menguasai wilayah.

Maliki menuduh Amerika telah berkontribusi atas kemunculan ISIS dan kini Amerika ingin mendapatkan pijakan wilayah di Irak untuk mempertahankan pengaruhnya setelah kalahnya ISIS.

"ISIS adalah seperti Taliban yang dibentuk Amerika untuk melawan Uni Sovyet di Afghanistan. Dengan cara yang sama ISIS dibentuk untuk melawan sikap Irak yang menolak mendukung Amerika dalam konflik Suriah, menolak zona larangan terbang di Suriah serta menolak keberadaan pangkalan militer.

"Rakyat Irak menentang keberadaan pangkalan militer Asing di negaranya,” kata al-Maliki kepada RIA seraya menambahkan bahwa ia telah lama mengingatkan untuk menolak kembalinya Amerika ke Irak setelah hengkang tahun 2011.(ca)

No comments: