Saturday 1 April 2017

Israel Bersiap Serang Lebanon?

Indonesian Free Press -- Tidak ada saat paling menarik bari Israel untuk menyerang Lebanon selain saat ini, ketika Hizbollah tengah berdarah-darah berperang di Suriah membela regim Bashar al Assad.

Diperkirakan sekitar 5.000 pejuang Hizbollah tengah berperang di Suriah dengan korban mencapai puluhan atau ratusan jiwa. Jumlah itu sangat signifikan bagi Hizbollah sehingga pertahanan Hizbollah di Lebanon jauh berkurang untuk menghadapi Israel yang selalu mengincar Lebanon.

Ditambah dengan kasus korupsi yang tengah menjerat Perdana Menteri Benjamin Natanyahu yang membutuhkan isyu besar pebagai pengalih perhatian, para analis dan media massa memprediksikan bakal terjadinya Perang Lebanon 3 (Perang Lebanon 1 terjadi tahun 1982 setelah Israel menginvasi Lebanon untuk melucuti persenjataan para pejuang Palestina, sedang Perang Lebanon 2 terjadi tahun 2006 ketika Israel berusaha menghancurkan persenjataan Hizbollah).

"The Coming Clash: Why Israel Seeks a Third War on Lebanon?," demikian tulis media Iran Fars News, 13 Maret lalu.

"War in Lebanon Coming to a Theatre Near You," tulis Veterans Today 27 Januari.

“Are Israel and Hezbollah headed for war?”, Matthew RJ Brodsky, Russia Today.

"Israel preparing to utterly destroy Lebanon?," tulis Veterans Today, 21 Maret.

Spekulasi ini bertambah kuat setelah media Israel Debka File minggu lalu mengeluarkan laporan yang dianggap sebagai 'dalih' bagi Israel untuk menyerang Lebanon. Dalam laporan tersebut diklaim bahwa kelompok ISIS dan Al Qaida tengah bergerak ke Lebanon utara untuk membangun basis baru, setelah terdepak di Suriah.

"Pada saat dimana Hezbollah secara jelas berperang melawan ISIL dan Al-Qaeda di Suriah, regim zionis Israel mengatakan perang melawan Lebanon kini tengah mendekat," tulis FARS News.

Tulisan FARS ini menanggapi pernyataan Menteri Pendidikan Israel Naftali Bennett tentang prospek perang di Lebanon mendatang, dimana Bennett menyebut perang tersebut akan jauh lebih besar dari perang tahun 2006. Hal ini karena Israel menganggap semua kelompok di Lebanon, termasuk pemerintahnya, sebagai lawan yang boleh dihancurkan.

Ini untuk membedakan dengan perang tahun 2006 dimana Israel hanya menganggap Hizbollah sebagai sasarannya. Perubahan sikap Israel ini adalah sebagai respon atas pernyataan Presiden Lebanon Michael Aoun bulan Januari lalu, yang menyebut Hizbollah sebagai bagian integral pertahanan Lebanon dalam menghadapi ancaman Israel. Sementara pada tahun 2006 pemerintah dan militer Lebanon menyatakan netral dan tidak mendukung Hizbollah yang berperang melawan Israel.

Perang Hizbollah-Israel sebenarnya telah berlangsung di Suriah. Minggu lalu, pesawat-pesawat tempur Israel menyerang konvoi militer Hizbollah di Suriah yang direspons Suriah dengan meluncurkan rudal-rudal anti-pesawat S-200 yang oleh Suriah diklaim berhasil merontokkan sebuah pesawat F-16 Israel. Pada Januari 2015 Israel menyerang konvoi militer Hizbollah dan Iran di dekat perbatasan Golan, menewaskan sejumlah komandan Hizbollah dan Garda Revolusi Iran. Hizbollah membalas dengan melancarkan serangan lintas perbatasan Lebanon-Israel, menewaskan 2 prajurit Israel dan melukai sejumlah prajurit lainnya.

Sejak insiden tersebut Israel dan Hizbollah seolah menemukan kesepakatan untuk membiarkan perbatasan Lebanon-Israel dalam kondisi status quo. Namun, seiring kegagalan rencana Israel dan Amerika untuk melemahkan Suriah dan bahkan militer Iran dan Rusia telah bercokol di Suriah, Israel tentu berfikir untuk melakukan rencana pengimbang, yaitu menyerang Hizbollah dan Lebanon, terutama pada saat sebagian kekuatan Hizbollah berada di Suriah.(ca)

No comments: