Saturday 15 April 2017

LSM Swedia Diancam karena Bongkar Kejahatan White Helmets

Indonesian Free Press -- Organisasi sosial asal Swedia, SWEDHR, menerima ancaman setelah membongkar kejahatan kelompok White Helmets di Suriah. Demikian kantor berita Sputnik News melaporkan, 12 April 2017.

Pada awal Maret lalu SWEDHR merilis artikel yang menyebutkan bahwa White Helmets melakukan pembunuhan terhadap korban senjata kimia yang masih hidup, melalui 'penanganan palsu' terhadap korban serangan kimia.

"Termasuk dengan cara 'intracardiac injection', yaitu dengan memasukkan 'empty syringe', yang membunuh anak jika ia masih hidup karena serangan," tulis Sputnik News.


Menurut laporan Sputnik, ancaman terhadap SWEDHR dilakukan oleh seseorang atau sejumlah orang yang menyembunyikan identitasnya.

“Ancaman yang saya terima adalah anonymous (tidak diketahui identitasnya), sesuatu yang tidak begitu jelas. Saya menerimana melalui 'Twitter', di media-media sosial. Teman-teman saya juga mengalami hal yang sama. Saya merasa sangat tidak nyaman karenanya. Namun, saya harap artikel saya, mesksi adanya ancaman-ancaman ini, akan dilihat oleh masyarakat,” kata aktifis SWEDHR Professor De Noli kepada media Rusia Rossiya 24.

Ia manambahkan bahwa pihaknya akan tetap berusaha menyebarkan laporan tentang Suriah dan menjadikannya sebagai fakta, melalui cara-cara terbuka dan jujur.

Meski Rusia menyerukan dilakukannya penyelidikan terlebih dahulu atas serangan kimia di Idlib, Suriah, pada tanggal April 6 Amerika justru melakukan serangan terhadap Suriah terhadap pangkalan udara Ash Sha’irat, Homs.

Sebelumnya pada 4 April terjadi 'serangan senjata kimia' di Idlib yang menurut WHO menewaskan 84 orang, termasuks 27 anak-anak. Rusia dan Suriah mengklaim serangan itu terjadi karena adanya gudang senjata berisi bahan-bahan kimia milik pemberontak meledak karena serangan udara.

Pada tahun 2013 Suriah bergabung dengan Convention on the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) setelah terjadinya insiden serangan kimia di East Ghouta untuk menghancurkan semua senjata kimia yang dimilikinya. Pada Januari 2016 OPCW mengumumkan bahwa seluruh senjata kimia Suriah telah dihancurkan.

Pemerintah Suriah sendiri dengan tegas membantah memiliki senjata kimia. Pada 5 April atau sehari setelah insiden Jubir Kemenlu Rusia Maria Zakharova mengatakan bahwa tuduhan serangan senjata kimia yang dilaporkan oleh kelompok White Helmets atau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) tidak bisa dipercaya. Media-media independen seperti Veterans Today menuduh White Helmets dan SOHR sebagai agen inteligen Amerika dan negara-negara Barat.(ca)

No comments: