Indonesian Free Press -- Milisi Irak Hashd al-Sha’bi mengancam akan menyerang balik Amerika setelah Amerika menyerang pasukan mereka dan menewaskan sejumlah besar personil.
Editor Veterans Today Ian Greenhalgh, dalam tulisannya tentang insiden itu menulis:
"Ada kekhawatiran yang tumbuh di Iraq dan Iran bahwa Amerika bermaksud untuk menciptakan konflik di Iraq ketika perang melawan ISIS hampir berakhir. Serangan terhadap milisi Hashd Irak, pasukan yang dibentuk dan disuplai oleh Iran, sangatlah mencurigakan. Saya tidak ragu bahwa serangan ini disengaja."
Seperti dilaporkan media Iran ABNA, 9 Agustus lalu, komandan milisi Hashd al-Sha’bi, Karim al-Nouri, menuduh Amerika telah sengaja menyerang pasukannya. Ia juga mengungkapkan, Amerika sebelumnya telah mengancam akan menyerang pasukannya di al-Tanf, Suriah.
"Amerika mulanya mengancam pasukan Hashd al-Shaabi (di al Tanf) dan kemudian benar-benar menyerangnya, kemudian menuduh ISIS sebagai pelaku serangan, karena takut dengan opini publik di Iraq, di Amerika dan dunia,” kata Karim al-Nouri kepada kantor berita al-Mayadeen. Selasa (8 Agustus).
Menurut Karim, sangat mustahil Amerika tidak mengetahui pasukan yang diserangnya adalah milisi Hashd al-Shaabi karena kecanggihan peralatan telekomunikasi mereka.
Sumber-sumber Hashd al-Shaabi mengakui sebanyak 36 anggota milisinya tewas dalam insiden yang terjadi hari Senin (7 Agustus) itu. 80 lainnya terluka. Mereka diserang dengan artileri di perbatasan Irak-Suriah di Distrik al-Rutba, Provinsi Anbar, Irak.
Mayat para korban diangkut ke Baghdad pada Senin malam.
Sementara itu kantor media Alsumaria melaporkan, Brigade Sayyid al-Shuhada yang merupakan bagian dari milisi Hashd al-Shaabi, dalam pernyataanya hari Senin bersumpah akan membalas serangan itu.
"Kami menyatakan bahwa serangan ini tidak akan dibiarkan tanpa balasan," demikian pernyataan Brigade Sayyid al-Shuhada sembari menyebut Amerika sebagai 'pasukan kriminal' dan mengklaim yang dilakukan pasukannya adalah mengamankan perbatasan Irak-Suriah.
Hashd al-Shaabi beranggotakan orang-orang Sunni dan Shiah, meski dibentuk dan dipersenjatai oleh Iran setelah munculnya ISIS di Irak tahun 2014. Pasukan inilah yang berperan besar membebaskan Mosul pada 10 Juli lalu, melalui sembilan bulan pertempuran sengit.(ca)
No comments:
Post a Comment