Friday 22 June 2018

Pejuang Yaman Tegaskan Masih Kuasai Bandara Strategis Hudaydah

Indonesian Free Press -- Pejuang Yaman kembali menegaskan keberhasilan mereka menggagalkan serangan koalisi Saudi Arabia untuk menguasai kota strategis Hudaydah. Akibat kegagalan itu koalisi Saudi mengalami kerugian hebat.

Sebagaimana dilansir Press TV, kemarin (22 Juni), jubir militer Yaman yang pro pejuang Brigjen Sharaf Luqman mengatakan hari Kamis (21) bahwa koalisi Saudi telah gagal untuk merebut bandara kota Hudaydah dan harus mengalami kerugian besar. Ia juga menyebut keberhasilan para pejuang menghancurkan pasukan koalisi Saudi sebagai suatu 'keajaiban', sembari menunjukkan gambar-gambar kendaraan militer koalisi Saudi yang hancur di Hudaydah.


Para pejuang Yaman, kata Luqman, telah memukul pasukan koalisi di Distrik al-Durayhimi dan kini mengepung pasukan koalisi di kawasan al-Jah.

"Para tentara bayaran (Saudi) itu hanya memiliki dua pilihan, menyerah atau mati," katanya tentang pengepungan pasukan koalisi Saudi.

Pernyataan ini sebagai respon atas klaim koalisi Saudi melalui jubirnya, Brigjen Abdul Salam al-Shehi pada hari Rabu (20 Juni) tentang keberhasilan pasukannya menguasai penuh bandara Hudaydah.

Jubir pejuang Mohammed Abdulsalam menyebut offensif koalisi Saudi di Hudaydah sebagai 'bunuh diri massal' meski mereka memiliki keunggulan pasukan dan peralatan militer. Koalisi juga didukung oleh angkatan udara dan propaganda media massa.

"Rakyat Yaman tidak akan pernah menyerah pada segala tekanan," kata Abdulsalam.

Secara terpisah pemimpin pejuang Houthi Mohammad al-Bukhaiti merilis video yang membuktikan bahwa klaim Saudi tentang penguasaan bandara Hudaydah sebagai 'kebohongan'. Menurutnya para pejuang telah mengusir pasukan koalisi Saudi sejauh delapan mil dari bandara.

Di kawasan al-Duraihimi, sebut Bukhaiti said, sebanyak 20 kendaraan lapis baja koalisi berhasil dihancurkan dan 10 lainnya dirampas pejuang.

Bandara Hudaydah terletak sekitar 8 km dari kota Hudaydah yang merupakan kota pelabuhan penting di tepian Laut Merah, Yaman. Kota ini merupakan pintu masuk sebagian besar bantuan kemanusiaan dan kebutuhan vital ke seluruh wilayah Yaman. PBB telah mengingatkan bahwa serangan koalisi Saudi ke kota ini mengancam krisis kemanusiaan yang lebih hebat di Yaman, yang sejak invasi koalisi Saudi bulan Maret 2015 lalu telah menewaskan puluhan ribu warga sipil dan memaksa jutaan warga Yaman lainnya mengalami kelaparan.

Pada hari Kamis media berbahasa Arab Yaman al-Masirah merilis laporan yang menunjukkan keberhasilan para pejuang menembak jatuh drone milik koalisi Saudi di Provinisi Sa'ada. Selain itu sebuah pesawat mata-mata milik Uni Emirat Arab juga berhasil ditembak jatuh di wilayah Jizan di dekat perbatasan Saudi. Dua pilot pesawat ini dikabarkan tewas.

Koalisi Saudi berkekuatan ribuan personil dan milisi yang loyal pada bekas pemimpin Yaman Mansour Hadi dan dengan didukung oleh pesawat-pesawat pembom Saudi dan Uni Emirat Arab, serta dukungan senjata dan inteligen dari negara-negara Barat dan Israel, mulai offensif ke Hudaydah pada 13 Juni lalu. Akibat offsensif ini PBB menyebut sekitar 5.200 keluarga harus mengungsi.

Sementara wartawan senior Finian Cunningham menyebut serangan koalisi Saudi di Hudaydah sebagai 'genocide' atau pembantaian massal. 

"Dengan adanya peringatan dari PBB tentang jutaan warga yang terancam meninggal karena kelaparan akibat pengepungan militer terhadap kota Hudaydah (Hodeida), tidak ada kata lain untuk menyebutkan apa yang tengah terjadi sebagai 'genocide'," tulis Cunningham di situs Strategic Culture, 18 Juni lalu.(ca)

No comments: