Wednesday 6 June 2018

Hezbollah dan Iran Tetap di Suriah Sampai Kondisi Kembali Pulih

Indonesian Free Press -- Iran dan Hizbollah akan tetap berada di Suriah hingga kedaulatan negara ini dipulihkan. Demikian kata tokoh Shiah dan Ketua DPR Lebanon Nabih Berri menanggapi spekulasi tentang hengkangnya kedua kekuatan pro-Suriah ini seperti banyak dikabarkan media-media Israel.

"Bagi Hizbollah, Suriah adalah seperti negaranya sendiri. Jika tidak ada Hizbollah, maka ISIS sudah menguasai Lebanon," kata Berri kepada media Rusia Sputnik News, Rabu (6 Juni).


Berri menegaskan bahwa Suriah dan Lebanon adalah 'negara kembar' karena keberadaan 1,5 juta warga Suriah di Lebanon.

"Kami tidak menganggap mereka (orang Suriah) sebagai orang asing. Segala hal yang terjadi di Suriah akan berdampak ke Lebanon," kata Berri lagi.

Berri juga menegaskan bahwa keberadaan pasukan Iran di Suriah adalah atas undangan pemerintah Suriah yang sah, sebagaimana Rusia. Dan Suriah tidak akan menyuruh mereka pergi sebelum kedaulatannya kembali dipulihkan. Hal ini berbeda dengan pasukan Turki dan Amerika yang tidak diundang pemerintah Suriah dan karenanya status mereka adalah ilegal.

"Pasukan ini (Iran) tidak akan ditarik sebelum seluruh Suriah berhasil dibebaskan dan integritas wilayahnya dipulihkan," tambah Berri.

Sebelumnya sejumlah media utama Israel berspekulasi tentang hengkangnya pasukan Iran dari Suriah, setelah sejumlah serangan Israel atas lokasi-lokasi pasukan Iran dan Hizbollah di Suriah yang membuat pemerintah Suriah dan Rusia mulai menganggap pasukan Iran dan Hizbollah sebagai faktor penghambat perdamaian.


Suku-Suku Suriah Bentuk Pasukan Gabungan Hadapi Amerika
Sementara itu Sputnik News juga melaporkan, Senin (4 Juni), puluhan kepala suku atau kabilah di Suriah utara telah membentuk pasukan gabungan untuk mendukung pemerintah Suriah dan melawan kekuatan Amerika dan sekutu-sekutunya.

"Lebih dari 70 kabilah di Suriah telah menegaskan dukungan kepada Presiden Bashar al Assad dan mengumumkan pembentukan sebuah front perlawanan melawan Amerika, Perancis dan Turki di wilayah Suriah," tulis Sputnik News.

Sementara kantor berita Perancis AFP menulis, "Para kepala suku berkumpul di Dayr Hafer dekat Aleppo pada hari Sabtu (2 Juni) untuk apa yang mereka sebut sebagai “Suku-suku Suriah melawan intervensi asing dan keberadaan Amerika di tanah Suriah.”

Para kepala suku tersebut berasal dari wilayah-wilayaha Hasakah, Aleppo, dan Raqqah, menyatakan kebulatan tekad untuk membela negara Suriah, kedaulatan wilayah dan berjanji untuk membentuk pasukan gabungan untuk mengusir pasukan dan militan asing, demikian tulis Sputnik News.

"Para kepala suku mengumumkan pembentukan pasukan rakyat yang akan bertempur bersama pasukan Suriah demi membebaskana wilayah Suriah dan mengusir seluruh pasukan asing di Suriah," tulis Al-Masdar News. 

Pasukan baru ini akan langsung berhadapan dengan pasukan Amerika dan kelompok militan Kurdi dukungan Amerika, Syrian Democratic Forces (SDF) di Suriah Timur. 

"Berdasarkan kekuatan suku-suku ini, mereka akan menimbulkan masalah serius bagi kelompok Syrian Democratic Forces (SDF) di utara Suriah, terutama jika mereka mendapat dukungan pasukan Suriah,” tulis Al Masdar lagi.

Saat ini terdapat sekitar 2.000 pasukan Amerika di wilayah timur-laut Suriah yang dihuni warga Kurdi. Selain itu juga terdapat ratusan pasukan khusus Perancis.

Dalam suatu pernyataan minggu lalu, Bashar al Assad mengatakan kepada Russia Today bahwa Amerika telah menggunakan SDF sebagai kartu truf setelah kelompok-kelompok pemberontak mengalami kekalahan. Maka selanjutnya Suriah telah memiliki dua pilihan terhadap SDF. 

"Pertama kami akan memulai perundingan, karena mayoritas dari mereka adalah warga Suriah yang pastinya masih memiliki kecintaan kepada negerinya dan tidak ingin menjadi wayang dari kepentingan asing," kata Assad.

"Namun, jika gagal kami akan membebaskan wilayah-wilayah yang mereka kuasai dengan kekuatan senjata. Kami tidak punya pilihan lain."(ca)

No comments: