Wednesday 20 June 2018

Saudi Klaim Kuasai Bandara Hudaydah, Pejuang Yaman Membantah

Indonesian Free Press -- Saudi dan koalisinya mengklaim berhasil menguasai bandara Hudaydah, kota pelabuhan yang strategis di pantai Laut Merah, Yaman. Namun hal ini dibantah para pejuang Houthi.

Seperti dilaporkan Reuters, Rabu (20 Juni), koalisi Saudi menklaim telah menguasai penuh bandara Hudaydah dan melanjutkan serangan ke sejumlah kantong pertahanan Houthi di kota itu.

“Kami ini telah menghancurkan pertahanan Houthi di dekat bandara,” kata jubir koalisi Saudi, Turki al-Maliki kepada media Arab Al Arabiya di Brussels, sembari menuduh kelompok Houthis membangun pertahanan dengan tank-tank di pemukiman warga.


Reuters melaporkan bahwa sejumlah warga mengatakan pertempuran di bandara telah berhenti, namun koalisi melanjutkan pemboman ke posisi-posisi Houthi di Hudaydah.

Para pemimpin koalisi dari Saudi Arabia dan Uni Emirat Arabtelah berjanji akan melakukan serangan 'lembut' untuk merebut kota ini tanpa mengganggu pengiriman bahan-bahan makanan dan obat-obatan melalui pelabuhan kota ini.

PBB telah mengingatkan bahwa serangan koalisi Saudi ini akan memperparah krisis kemanusiaan di Yaman, mengingat Hudaydah merupakan pintu masuk utama bagi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Yaman yang dilanda krisis kemanusiaan sejak serangan koalisi Saudi tahun 2015. Diperkirakan sekitar 22 juta dari 30 juta warga negara Yaman tergantung pada bantuan kemanusiaan dan 8,4 juta dipercaya mengalami kelaparan.

Upaya Saudi dan koalisinya untuk menguasai Hudaydah tanpa pertempuran kota tampaknya mustahil, mengingat kelompok Houthi telah membangun pertahanan kuat di kota ini. Demikian tulis Ruters. Sebagian besar wilayah berpenduduk padat di Yaman yang dikuasai Houthi, termasuk ibukota Sana'a, mengandalkan kota ini sebagai jalur suplai kebutuhan bahan-bahan vital.

Sehari sebelumnya, Selasa (19 Juni), media Iran Press TV melaporkan bahwa koalisi pimpinan Saudi gagal merebut kota ini setelah berkali-kali melakukan serangan intensif.

"Sejak Sabtu (16 Juni), koalisi Saudi telah beberapa kali mengumumkan keberhasilan menguasai bandara, namun setiap kali kemudian terbukti bandara masih dikuasai para pejuang Houthi dan tentara Yaman," tulis Press TV.

Menurut laporan ini, selama berhari-hari koalisi Saudi melancarkan serangan udara ke bandara Hudaydah, sementara milisi loyalis mantan penguasa Yaman dukungan Saudi, Mansour Hadi, melancarkan serangan darat ke lokasi ini. 

Pada hari Selasa, pemimpin wanita pejuang Houthi Ebtesam al-Mutawakel, mengatakan bahwa para pejuang Houthi dan tentara Yaman berhasil memukul mundur milisi loyalis Mansour Hadi dan tentara bayaran koalisi Saudi. Kepada media Lebanon al-Mayadeen ia mengatakan bahwa pertempuran terbatasi di wilayah Doreihami di luar pelabuhan. Di wilayah ini para pejuang berhasil merebut dan membakar gudang senjata milik koalisi.  Para pejuang Yaman juga berhasil memukul mundur milisi koalisi Saudi pada jarak 40 km dari Hudaydah. Selanjutnya ia mengatakan bahwa kehidupan berjalan normal di kota ini.

Sementara itu Mohammed al-Bukhaiti, pemimpin gerakan Ansarullah Houthi, mengatakan bahwa pertempuran terpusat di sebelah selatan bandara. Para pejuang berhasil memukul mundur gerak maju koalisi Saudi di enam medan pertempuran di sekitar kota dan menghancurkan setidaknya 8 kendaraan militer koalisi Saudi di wilayah al-Davvar saja. 

Pada hari Selasa koalisi Saudi melancarkan setidaknya 40 serangan udara, termasuk dengan menggunakan helikopter serbu Apache, untuk membantu milisi Mansour Hadi dan tentara bayaran koalisi.

Pemimpin pejuang Houthi Abdul Malik Badreddin al-Houthi dalam pidato di hadapan warga di Sana'a Desember 2017 lalu mengatakan bahwa serangan koalisi Saudi, yang didukung Amerika, Perancis, Inggris dan sejumlah negara Arab, dilakukan demi kepentingan zionis Israel. Terlebih setelah pengakuan Amerika terhadap Jerussalem sebagai ibukota Israel.

"Regim Saudi adalah 'orang asing' dan pengkhianat ummat Muslim di dunia. Seluruh Rakyat Yaman berdiri bahu-membahu menghadapi agresi Saudi, apapun perbedaan mereka," kata Badreddin al-Houthi saat itu.

Sementara itu seorang ahli strategis Yaman Brigjend Amin Hathit menggambarkan bahwa pertempuran Hudaydah adalah pertempuran yang menentukan dalam sejarah agresi terhadap Yaman, dan memperingatkan bahwa kontrol pasukan musuh atas Hudaydah berarti kontrol Israel atas seluruh Laut Merah.

Amin Hathit mengatakan kepada saluran berita Al-Alam bahwa pertempuran besar di Hudaydah akan menjadi faktor menentukan dalam sejarah agresi terhadap Yaman.(ca)

No comments: