Saturday 30 June 2018

MEREKA "MENUHANKAN" AHOK...?

Oleh : Azwar Siregar

Saya tentu saja tidak bisa melarang Mas Butet Kartaredjasa mengekpresikan iman baru-nya, katakanlah menganggap Ahok sebagai "tuhan kecil" yang akan memikul salib atas dosa-dosa rakyat Jakarta yang memilih "Penjahat M-anis yang dianggap Gakbener" dan "Pembohong Sandi sebagai Wagakbener".
Sebagai Budayawan Jaman Now yang mulai meredup dan kebetulan beragama Katholik tentu saja Butet berhak memilih "mesias baru" sama seperti saudara-saudara seiman saya yang sedang puber-pubernya dengan konsep Islam Nusantara. Kedua-duanya hampir memiliki kesamaan, sama-sama mengkultuskan tokoh-tokoh lokal pasca kenabian di Al-Quran dan Al-Kitab.

Sayangnya pemujaan baru Butet sekaligus memaksakan tumbal dua orang lain yang tidak bersalah harus menjalani peran jadi Setan. Pola pengkultusan manusia memang mewajibkan yang bersangkutan untuk menyetankan manusia lainnya. Karena baik Koh Ahok, Mas Anies maupun Bang Sandi adalah sama-sama manusia biasa, maka untuk menaikkan satu diantara yang lain, dua orang tersisa wajib dijatuhkan.
Sebenarnya Butet sedang mempraktekkan politik kebencian rasis yang culas dengan dikemas berbingkai seni.
Saya tidak paham juga kenapa mas AHY dan Mpok Sylvi bisa selamat dari kenyinyiran menjijikkan ala Butet dan kawanan tersesatnya ini. Mungkin si Butet takut di gampar Bu Ani Yudhoyono.
Pola pengkultusan kepada Ahok jauh-jauh hari sudah sangat mengusik logika saya. Apakah tidak ada orang lain yang lebih wajar dan masuk akal untuk merepresentasikan Pemimpin tegas?
Orang ini hanya demi kekuasaan berulangkali mengkhianati sahabat-sahabat sampai masternya sendiri ( Ingat, Ahok dan juga Jokowi adalah hasil polesan tangan Prabowo). Jadi Gubernur Jakarta, Ahok membuat udara Jakarta penuh dengan "tai-tai" dan aroma kebusukan lain karena mulutnya yang kotor dan berbisa.
Katanya dia tegas kepada koruptor?
Preetlah..., Kasus Sumber Waras bisa selamat sampai sekarang karena rezim belum berganti. Lihatlah para pengembang di Pulau Reklamasi berulangkali melanggar aturan dengan membangun padahal belum ada izin, tapi Ahok cuma koar-koar didepan liputan televisi dan ujung-ujungnya merasa jadi Pahlawan karena berhasil menambah pundi-pundi keuangan Pemda Jakarta lewat uang denda.
Ukuran ketegasan Pemimpin bukanlah kekasaran dan pamer bisa maki-maki didepan televisi. Karena kalau itu ukurannya, seharusnya Preman Medan yang jauh lebih layak jadi Gubernur Jakarta.
Tegas itu Alexis bisa tutup tanpa mengerahkan pasukan bersenjata. Tegas itu berani menyegel Pulau Reklamsi sampai pengemmbang ikut aturan main.
Kalau ketegasan hanya kepada ibu-ibu yang dituduhnya maling sampai menangis dan pemukiman rakyat miskin yang lemah digusur tidak bersisa, apa hebatnya?
Setelah itu ternyata terbukti Pemda Jakarta malah salah karena kalah dipengadilan, sialan...
Maaf, bagi saya Ahok adalah kisah kelam dimulainya perpecahan anak bangsa dan meraja-lelanya kasus SARA.
Apakah tidak ada yang bagus dari Ahok?
Pasti ada, karena semua orang memiliki nilai lebih dan ada nilai kekurangan. Tapi menggambarkannya sebagai pemikul salib yang akan menebus dosa rakyat Jakarta akibat lebih memilih Mas Anies dan Bang Sandi adalah tindakan kekanak-kanakan.
Dewasalah Mas Butet...!!!

1 comment:

Kasamago said...

Terimakasih ya Allah. Publik dari tahu sosok asli orang ini..