Saturday 9 June 2018

REGIM JOKOWI DAN CSIS

Saudaraku Tionghoa Nasionalis menulis :
1. Sudah banyak fakta dan bukti terungkap bahwa CSIS yg didirikan pada 1 Sept 1971 Pastor Jesuit Katolik, Ali Moertopo, Harry Tjan Silalahi, dkk adalah Kelompok Radikal Ultra Kanan Anti Islam.
Fakta CSIS Dkk Dalang Penghancuran Islam.
@albertpanjaitn - https://t.co/UIqqKJaHIB
2. Sudah banyak fakta mengenai siapa sesungguhnya Pater Beek, apa misinya di Indonesia, bagaimana dia mengendalikan CSIS dan seluruh kader (Benny Moerdani, Harry Tjan, Jusuf / Sofyan Wanandi, dll sampai Hasto Kristianto) menghancurkan politik Islam RI
https://t.co/7ubdnmfteE

3. Sudah banyak fakta bahwa rezim Jokowi menggunakan strategi yg sama, merangkul - memukul, terhadap politik dan umat Islam Indonesia sejak dia berkuasa.
Jokowi juga menggunakan jargon/isu yg sama dgn CSIS:
- Radikal
- Intoleran
- Anti Pancasila
- Anti Bineka Tunggal Ika, Dst
4. Dukungan CSIS kepada Jokowi - JK melalui mobilisasi jaringan Washington DC & Vatikan, sehingga Jokowi JK memenangkan Pilpres 2014, dibayar Jokowi - JK dgn mengembalikan posisi CSIS sebagai perumus kebijakan Pemerintah (think tank) dan penempatan tokoh2 CSIS di posisi strategis.
5. Sofyan Wanandi pentolan CSIS ditunjuk menjadi Kepala Staf Wakil Presiden RI.
Rizal Sukma Direktur CSIS ditunjuk menjadi Dubes RI untuk Inggris
CSIS ditunjuk menjadi penasihat politik & perumus kebijakan pemerintah.
Hasilnya? Umat Islam dijadikan musuh pemerintah/negara
6. Terorisme yg selama 10 tahun terakhir menghilang, mendadak marak kembali di era Jokowi.
Kecurigaan, tuduhan, fitnah, persekusi hingga kriminalisasi terhadap umat Islam, ulama Islam, tokoh Islam dan segala sesuatu berentitas Islam yg sdh lama hilang kini muncul kembali
7. Indonesia kembali terjerumus ke dalam situasi dan kondisi tegang, mencekam, saling curiga, saling bermusuhan satu sama lain. Rakyat di adu domba: antar agama dan sesama agama.
Situasi kondisi ini membahayakan dan merugikan semua, tidak hanya umat Islam Indonesia saja.
8. Bagi kelompok minoritas, situasi dan kondisi bangsa hari ini seperti bom waktu yg dapat meledak kapan saja. Jika bom waktu ini nanti meledak, pihak yg menjadi korban paling menderita adalah kelompok minoritas yg akan jadi sasaran kemarahan rakyat
9. Misi CSIS menghancurkan politik Islam yg diadopsi dan diterapkan rezim Jokowi tidak akan pernah berhasil.
Kondisi dulu (1971-1988) dengan sekarang jauh berbeda. Pers makin bebas, sosmed makin berperan, rakyat cerdas-skeptis-kritis, internet melahirkan dunia tanpa batas dst
10. Pemerintah tdk lagi pemegang monopoli arus informasi dan kebenaran. Segala jenis rekayasa, operasi deception dan intelijen, penciptaan kisah dan bukti fiksi, kebohongan dan tipu daya, pencitraan dan penggiringan opini dll, sangat cepat terungkap.
Sudahlah. Hentikan semua itu.
11. Apakah rezim Jokowi tdk sadar bahwa segala bentuk intimidasi, teror, persekusi dan kriminalisasi tidak efektif? Sdh terbukti gagal total. Bukannya membungkam, malah sebaliknya makin meningkatkan perlawanan dan kebencian rakyat terhadap rezim. Jokowi harus singkirkan CSIS sgra.
12. Lihat contohnya apa yg terjadi pada Ahok. Betapa hebat masif pencitraan Ahok dibangun. Berapa banyak media, LSM, tokoh, ormas, partai, pendukung dll dikerahkan utk melindungi citra semu Ahok, tetap saja percuma.
Rakyat cepat tahu siapa Ahok sebenarnya dan bgmn karakternya.
13. Bangkai busuk dibungkus ditutup rapat, disimpan di lemari besi pun lama kelamaan baunya tercium juga. Apalagi di era informasi sekarang. Secanggihnya pemerintah menutupi, tetap saja terungkap fakta Ahok dan CSIS sesungguhnya adalah kelompok radikal yg memusuhi mayoritas Islam.
14. Upaya rezim Jokowi mengintimidasi, meneror, menuduh, menfitnah, melakukan stigmaisasi terhadap mayoritas Islam adalah percuma. Sia2 belaka. Malah makin membesarkan dan mempersatukan umat Islam menentang rezim Jokowi.
Era 70an dan 80an sangat berbeda dgn sekarang Abad 21.
15. Jika terjadi chaos akibat dari kemarahan rakyat memuncak dan tak terbendung lagi, korban pertama dan utama, terbesar dan terbanyak, paling menderita adalah kelompok minoritas. Bukan elit penguasa atau elit politik yg menjadi dalang dan penyebab munculnya chaos tsb.
16. Upaya rezim menuduh mayoritas Islam sbg radikal, anti pancasila, anti bineka tunggal ika, intoleran dsj, tdk akan efektif. Percuma..
Karena tuduhan itu tdk berdasar, tdk terbukti, hanya provokasi dan propaganda. Rakyat melihat fakta sebenarnya di depan mata kepala sendiri
17. Provokasi, propaganda, fitnah, pembentukan opini dll dilakukan rezim terhadap mayoritas Islam yg tidak berdasar akan menghasilkan dampak sebaliknya: Rezim Jokowi rakyat dinilai radikal dan intoleran, anti pancasila dsj karena berada di kelompok yg sama dgn Ahok dan CSIS
18. Kalaulah benar mayoritas Islam radikal, intoleran seperti dituduhkan rezim Jokowi, pasti sdh lama orang seperti saya, kelompok minoritas tionghoa dan non muslim sdh lama dihabisi dari bumi Indonesia. Faktanya, semua aman baik2 saja
Jokowi berkuasa, semua jadi resah gelisah.
19. Pemerintah mustahil bisa melindungi semua kelompok minoritas jika terjadi chaos krna mayoritas Islam hilang kesabaran. Mustahil pemerintah bisa jamin keamanan dan keselamatan kelompok minoritas jika massa menjadikannya sasaran amuk kemarahan.
Jadi, mohon hentikan semua itu
20. Semakin gencar rezim Jokowi menindas mayoritas Islam, semakin terancam kami kelompok minoritas. Padahal kami bukan kelompok minoritas radikal ultra kanan anti Islam seperti Ahok dan pendukungnya atau CSIS. Tapi kami bisa jadi korban. Gegara nila setitik rusak susu sebelanga.
By : Tan Poo Ting (Tionghoa Nasionalis).

No comments: