Sunday 3 June 2018

Qatar Berterima Kasih pada Iran, Hubungan dengan Palestina Menguat

Indonesian Free Press -- Emir Qatar menyatakan terima kasih kepada Iran atas dukungannya selama menghadapi krisis hubungan dengan Saudi dan negara-negara Arab.

Dalam percakapan via telepon dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, pertengahan bulan lalu, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani secara pribadi menyatakan terima kasihnya kepada Iran dan berniat untuk meningkatkan hubungan bilateral kedua negara. Demikian seperti dilaporkan Press TV, Jumat (18 Mei).

"Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, pada hari Kamis secara pribadi berterima kasih kepada Presiden Hassan Rouhani atas dukungan Iran selama Krisis Doha, dimana Qatar diboikot oleh negara-negara tetangganya. 


Dalam percakapan telepon kedua pemimpin juga mendiskusikan berbagai cara untuk meningkatkan hubungan antara kedua negara, demikian menurut pernyataan dari Qatar News Agency," tulis Press TV.

Seperti telah diberitakan berbagai media internasional, Iran dan Turki menjadi pendukung utama Qatar saat negara ini diblokade dan dikucilkan oleh Saudi dan negara-negara tetangga Arabnya, bulan Juni tahun lalu. Aksi pengucilan ini juga membawa berkah bagi Iran yang mengalami peningkatan pesat perdagangannya dengan Qatar hingga $250 juta dalam setahun terakhir.

Dalam percakapan telepon tersebut dikabarkan juga bahwa Iran menawarkan Pulau Kish sebagai tempat latihan dalam turnemen Piala Dunia tahun 2022 yang bakal digelar di Qatar.


Kecam Saudi sebagai 'Negara Ketiga yang Berbahaya'
Sementara itu Deputi Perdana Menteri sekaligus Menhan Qatar, Khalid bin Mohammad al-Attiyah, mengecam Saudi Arab sebagai 'negara berbahaya' dengan upayanya mendorong Amerika untuk menyerang Iran.

Seperti dilaporkan Press TV, Minggu (3 JUni), Mohammad al-Attiyah mengatakan hal ini dalam konperensi '17th Asian Security Summit of the IISS Shangri-La Dialogue' di Singapura, hari Minggu.al-Attiyah menyebutkan bahwa 'negara ketiga' yang menyerukan Amerika dan Israel untuk menyerang Iran adalah negara 'berbahaya', dan menegaskan negaranya tidak akan terlibat dalam ide tersebut.

"Apakah bijaksana untuk menyerukan Amerika dan Israel untuk memerangi Iran? 

Siapapun negara ketiga yang mencoba mendorong kawasan atau beberapa negara untuk memerangi Iran, ini adalah tindakan berbahaya. Meski tidak menyebut nama, al-Attiyah sebenarnya menunjuk Saudi Arabia yang berkali-kali memprovokasi Amerika untuk menyerang Iran, demikian tulis Press TV.


Hubungan dengan Hamas Saat Ini Paling Dekat 
Di sisi lain, pejabat tinggi kelompok pejuang Palestina Hamas, Musa Abu Marzouk menyebut bahwa hubungan kelompoknya dengan Iran tengah berada di titik 'paling dekat' sejak krisis Suriah mencuat tahun 2011.

Pernyataan tersebut disampaikan Marzouk akhir Maret lalu melalui LSM terkemuka 'Meir Amit Intelligence and Terrorism Information Center' (MAITIC). Demikian dilaporkan Jerussalem Post.

Abu Marzouk menambahkan bahwa tidak ada yang berhak untuk mengecam organisasinya yang saat ini tengah berkuasa di Gaza, karena telah menerima bantuan Iran.Lebih jauh dalam laporan bulan Januari lalau MAITIC menyebutkan bahwa telah terjadi kecenderungan meningkatnya hubungan Hamas dengan Iran yang ditandai dengan banyaknya kunjugan pejabat-pejabat Hamas ke Iran serta pernyataan publik pejabat-pejabat Hamas tentang 'pentingnya dukungan militer Iran'. 

Laporan itu juga menyebutkan bahwa langkah Amerika mengakui Jerussalem sebagai ibukota Israel sebagai 'kesempatan Iran untuk meningkatkan hubungan dengan Hamas'. Mengikuti langkah Amerika itu, panglima pasukan khusus Iran IRGC Quds Force, Jendral Qassem Suleimani mengatakan kepada para pejabat Hamas dan Jihad Islam tentang kesiapan Iran mendukung Palestina dalam segala hal.

Menurut MAITIC, kebijakan Iran membantu Hamas dan kelompok perjuangan Palestina dengan senjata seperti roket telah menciptakan tekanan terhadap Israel untuk menahan diri dari menyerang Gaza.

Tidak bisa dibantahkan bahwa Iran adalah negara yang paling kuat mendukung Palestina. Setelah Revolusi Iran tahun 1979, Iran memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Israel dan menggantinya dengan Palestina. Kedubes Israel di Teheran pun berubah menjadi Kedubes Palestina.

Pada tahun 2002 Israel menangkap kapal Karine A yang mengangkut 50 ton persenjataan dari Iran untuk para pejuang di Gaza. Menurut Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dalam sebuah pernyataan, "Hamas dibiayai oleh Iran. Mereka mengklaim dibiayai oleh sumbangan, namun sumbangan yang diterima berbeda dengan yang diberikan Iran. Iran juga memberikan senjata militer, termasuk rudal Fajr-5, M-75, dan M-302 hingga drones."

Menyusul kemenangan Hamas dalam pemilu tahun 2006 Palestina, Amerika dan sekutu-sekutunya termasuk negara-negara Arab melakukan embargo ekonomi terhadap Palestina sehingga Otoritas Palestina nyaris bangkrut. Saat inilah Iran mengulurkan bantuan finansialnya.(ca)

No comments: