Saturday, 26 May 2018

Media Israel: Pertikaian Mulai Muncul antara Rusia dan Iran di Suriah

Indonesian Free Press -- Media Israel Jerussalem Post, melaporkan, Selasa (22 Mei), bahwa pertikaian kini muncul antara Rusia dan Iran berkaitan dengan koflik Suriah. Rusia menginginkan Iran hengkang dari Suriah, sementara Iran bersikukuh tetap berada di Suriah.

Hal ini berbuntut panjang di lapangan, ketika Rusia pura-pura tidak mengetahui ketika Israel menyerang posisi-posisi Iran di Suriah yang menimbulkan korban bagi Iran.


"Menurut sebuah laporan dari sumber yang dekat dengan Kementrian Luar Negeri Rusia, Rusia telah mengetahui kedatangan serangan Israel terbaru terhadap Iran di Suriah, namun tidak meresponsnya," tulis Jerussalem Post (JP).

Pada tanggal 10 Mei lalu Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap sejumlah pangkalan militer Iran di Suriah.

"Retakan kecil hubungan antara Iran dan Rusia terkait dengan Suriah muncul ke permukaan dalam dua hari berurutan pada hari Selasa (22 Mei), setelah sumber-sumber Rusia mengungkapkan bahwa Rusia menolak untuk menggunakan senjata-senjatanya canggihnya terhadap pesawat-pesawat tempur Israel yang menyerang Iran," tulis JP lagi.

Menurut sejumlah sumber, Rusia tidak menginginkan terjadi perang habis-habisans antara Iran dan Israel karena mengancam upaya damai yang diupayakan Rusia di Suriah. Dan karena hal inilah, maka Rusia tidak menginginkan Iran membangun kekuatan militer di Suriah sehingga memancing Israel untuk menyerang.

"Moscow tidak menyukai Iran yang kurang percaya dengan solusi politik dan ingin melanjutkan penyelesaian militer, beda dengan Turki yang telah menerima penyelesaian damai dan mendesak sekutu-sekutunya untuk menerima negosiasi dan konsesi,” tambah JP.

Sebelumnya, pada hari Senin (21 Mei), Jubir Kemenlu Iran Bahram Qasemi menolak permintaan Rusia agar semua tentara asing ditarik dari Suriah.

“Tidak ada yang bisa memaksa Iran untuk melakukan hal apapun, Iran adalah negara berdaulat yang bisa menentukan langkah-langkahnya sendiri," kata Qasemi.

Qasemi berdalih bahwa keberadaan pasukan Iran di Suriah adalah atas permintaan Suriah yang adalah negara berdaulat, untuk memerangi terorisme dan menjaga keutuhan wilayah Suriah. Ia menunjuk Amerika dan negara-negara lain yang tidak diundang oleh Suriah, yang harus pergi.

Pada hari Kamis (24 Mei), setelah pertemuan diam-diam dengan Presiden Suriah Bashar Assad di Sochi, kota peristirahatan di tepi Laut Hitam, Presiden Putin mengatakan, “Kami berpendapat, sehubungan dengan kemenangan signifikan dan keberhasilan militer Suriah dalam memerangi terorisme, demi memperlancar proses politik, pasukan-pasukan asing akan ditarik dari wilayah Suriah.”

Assad diketahui terbang ke Rusia pada akhir pekan lalu (18 Mei).

Sehari setelah pernyataan Putin tersebut, Dubes Rusia untuk Suriah Alexander Lavrentiev, menjelaskan bahwa yang dimaksud 'pasukan asing' oleh Putin adalah seluruh pasukan asing di yang berada Suriah, termasuk Turki, Amerika, Iran dan Hezbollah. Ia juga menyebutkan bahwa pernyataan Putin tersebut sebagai 'pesan politik' dan bukan langkah politik.

Israel telah berbulan-bulan menuduh Iran telah membangun basis-basis militer di Suriah dan bersumpah akan menghentikan hal itu. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga telah berkali-kali menemui Putin untuk mendesak Iran menarik pasukannya dari Suriah.(ca)

1 comment:

abu bakar said...

Membantu Dan mengapi perlu sekali donk, Iran Yang tidak mahu damai anih sekali