Fakta bahwa pemberontak Syria telah mengalami kejenuhan dan kehilangan legitimasi tidak bisa disembunyikan lagi meski media-media barat berusaha kuat untuk menyembunyikannya. Mundurnya Bassma Qodmani sebagai pejabat Syria National Council (organisasi payung gerakan pemberontakan Syria) telah memperlihatkan itu dengan jelas. Namun dua berita berikut ini menggambarkan lebih jelas lagi kondisi sebenarnya yang terjadi di Syria yang memperlihatkan dengan jelas gambaran sebenarnya tentang pemberontak Syria.
Berita pertama oleh kantor berita Iran "Press TV" tgl 30 September lalu menggambarkan bagaimana para pemberontak berubah menjadi gerombolan kriminal yang saling membunuh karena perselisihan pembagian harta rampokan. Sedang berita kedua oleh "Intifada Palestine" tgl 29 September lalu menunjukkan bagaimana para pemberontak mengalami krisis legitimasi sehingga beramai-ramai melakukan pembelotan.
Menurut laporan "Press TV" tgl 30 September lalu, seorang komandan pemberontak tewas ditembak oleh anak buahnya akibat perselisihan tentang pembagian harta rampokan. Peristiwa itu terjadi di barat-daya kota Dara'a, 114 km selatan Damaskus, hari Sabtu (29/9).
Komandan tersebut, Rabea Swaidan, diketahui telah memimpin banyak aksi penjarahan atas rumah-rumah dan kendaraan, perampokan bersenjata, penculikan dan pemerasan terhadap penduduk sipil di Dara'a.
Sementara itu "Intifada Palestine" melaporkan pernyataan sekelompok pemberontak yang membelot ke kubu pemerintah, Rabu (26/9), dalam sebuah konperensi pers di Damaskus. Konperensi pers tersebut diorganisir oleh kelompok-kelompok oposisi progressif (anti pemberontakan) yang tengah mendadakan konperensi untuk memecahkan krisis di Syria melalui dialog dengan pemerintah.
Komandan kelompok pemberontak tersebut mengatakan bahwa "jalan telah terbuka", dan mengajak pamberontak lain untuk bergabung dengannya. Kelompok pemberontak tersebut terdiri dari 3 perwira, 3 prajurit/bintara serta 6 orang milisi sipil bersenjata. Semuanya menyatakan kini mendukung pasukan pemerintah.
"Kami telah memutuskan untuk kembali ke tentara nasional Syria dan bekerjasama dengan pemerintah," kata Letkol Khaled Abdel Rahman al-Zamel pemimpin pemberontak yang membelot tersebut.
"Kami semua rakyat Syria, kami menolak revolusi yang diwarnai dengan pertumpahan darah," tambahnya di tengah tepukan tangan hadirin.
"Pemecahan masalah tidak bisa dicapai dengan mengangkat senjata, meledakkan bom, melakukan sabotase atau membunuhi warga sipil tak berdosa, melainkan dengan menahan diri dari perbuatan yang salah serta dengan melalui jalur politik yang benar," tambahnya.
Sebelumnya Al-Zamel adalah seorang perwira berpangkat Kapten dalam angkatan bersenata Syria sebelum memberontak. Ia menjadi komandan pasukan pemberontak di wilayah selatan Syria dan bertindak sebagai wakil ketua dewan militer pemberontak.
Konperensi oposisi yang digelar di Damaskus sendiri diikuti oleh 30 kelompok oposisi yang bertujuan mencari solusi damai dengan melalui dialog dengan pemerintah. Pertemuan itu dihadiri oleh dubes Rusia dan Iran serta wakil dari pemerintah Cina.
Konperensi juga diikuti oleh beberapa mantan pemberontak lainnya. Di antaranya Yaser al-Abed yang merupakan komandan pasukan pemberontak di Provinsi Aleppo. Dalam konperensi itu al-Abed menyerukan para pemberontak untuk meletakkan senjata dan menyerah.
"Gunakan pikiran Anda dan sadarilah bahwa mengangkat senjata tidak lain kecuali perbuatan melawan akal sehat dan kebebasan. Syria adalah rumah kita dan kehormatan kita, namun mereka ingin membakarnya. Target utama mereka adalah agama kita, negara kita dan tahan air kita. Saya mengetahui itu semua, dan itulah sebabnya saya memutuskan untuk meletakkan senjata dan menjadi orang yang mencintai sesama yang mencari kebaikan dan kemanusiaan," kata al-Abed.
Konperensi oposisi tersebut menghasilkan seruan kepada pemerintah dan pemberontak untuk segera mengakhiri kekerasan melalui rencana perdamaian internasional.
Pada saat konperensi berlangsung terjadi dua serangan bom mobil oleh pemberontak yang ditujukan kepada markas militer pemerintah di Damaskus serta satu serangan lainnya yang menewaskan 4 aparat keamanan dan melukai 14 lainnya. Pada hari itu juga penembak jitu pemberontak menembak mati wartawan Iran dari kantor berita "Press TV" bernama Maya Nasser yang tengah melaporkan peristiwa serangan bom tersebut. Atasan Maya Nasser mengalami luka berat akibat serangan yang sama. Pembunuhan terhadap jurnalis merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional.
Sementara itu Rusia dan Amerika terlibat perdebatan keras di Dewan Keamanan PBB yang membahas krisis Syria. Menlu Rusia Sergei Lavrov mengutuk keras pemerintah-pemerintah barat yang terlibat dalam krisis Syria.
"Negara-negara yang mendorong para pemberontak untuk menolak gencatan senjata dan dialog seraya menuntut pemerintah Syria untuk mundur, bertanggungjawab atas terjadinya pertumpahan darah yang terus berlangsung. Pendekatan semacam itu adalah tidak realistis dan mendorong terjadinya terorisme yang dilakukan para pemberontak," kecam Lavrov.
Sementara menlu Amerika menuduh pemerintah Syria telah menumpahan darah rakyatnya sendiri dan menuduh Rusia dan Cina telah menyabot upaya damai yang digelar oleh Dewan Keamanan PBB.
Ref:
"Syrian insurgent commander killed by his own men in Dara’a"; Press TV; 30 September 2012
"Syrian Rebels Defect To Government Forces"; Intifada Palestine; 29 September 2012
1 comment:
Alhamdulillah klu ada sebagian yg di beri hidayah oleh ALLAH untuk kembali ke jln yg benar dan berjuang dengan jln yg benar untuk mencapai cita2nya tampah harus membunuh yg tdk bersalah dan sedari dulu pemerintah telah membuka tangan2 lebar2 menawarkan solusi diplomasi untuk itu..tapi mereka masih dipengaruhi sihir jahat hasutan musuh..tapi memang jaman modern seperti ini di mana informasi sudah sangat cepat di mana kita bisa memilah2 mana yg sekira2nya baik dan mana yg buruk..hanya orang bodoh tak bepikir dan mencari tau yg dapat tertipu dengan segala pembodohan ini..lain zaman dulu di mana susah mencari kebenaran suatu berita apalagi di seberang benua jadi maklum klu fitnah2 langsung di telan mentah2..mereka bisa sadar setelah mengalaminya..mudah2an banyak lagi yg sadar tampah harus mengalami masa2 sulit seperti mereka..Amin..bersatulah..bersatulah..jangan mau di adu domba..itu politik usang jaman dulu..jangan mau di tipu lagi..kita yg sendiri yg rugi setan tertawa..
Post a Comment