Indonesian Free Press -- Israel semakin menegaskan keberadaannya di balik konspirasi internasional memunculkan kelompok teroris ISIS. Kepala inteligen militer Israel menyebutkan bahwa Israel tidak ingin ISIS kalah dalam perang yang melanda Suriah dan Irak.
Seperti laporan Veterans Today, Rabu (22 Juni), Kepala Inteligen Militer Israel Mayor Jendral Herzi Halevy, 'menyatakan secara terbuka bahwa Israel tidak ingin ISIS kalah dalam perang Suriah'.
Dikutip oleh situs berbahasa yahudi NRG yang adalah bagian dari media Maariv, Halevy menyampaikan pandangaannya atas situasi perang Suriah saat ini, dimana dalam beberapa bulan terakhir ISIS menghadapi situasi paling sulit.
Para pejabat Israeli telah berkali-kali menyampaikan pendapatnya yang menyukai keberhasilan ISIS menguasai Suriah, daripada pemerintahan Bashar al Assad yang bersekutu dengan Iran. Israel juga diketahui telah memberikan banyak bantuan kepada para pemberontak, terutama mereka yang terluka. Di sisi lain, kemenangan pemerintahan Bashar al Assad akan menempatkan Israel dalam posisi sulit.
"Kita akan melakukan apapun untuk menghindari diri dari situasi ini," tambahnya.
Pemberontak Gunakan Gas SarinSementara itu pemberontak Suriah kembali dilaporkan menggunakan senjata gas sarin untuk menghambat kemajuan pasukan Suriah di wilayah Ghouta Timur, Damaskus.
Ini merupakan pengulangan insiden penggunaan gas sarin tahun 2013 yang dijadikan alasan bagi intervensi Amerika ke Suriah. Namun, jika kala itu terdapat laporan-laporan yang bertolak belakang tentang siapa yang menggunakan senjata terlarang itu, kali ini tidak ada lagi perbedaan laporan.
Laporan penggunaan gas sarin ini mulai muncul tanggal 15 Juni di Al-Masdar News. Disebutkan, para pemberontak yang mulai putus asa menghadapi serangan pasukan Suriah di kawasan Ghouta Timur di luar kota Damaskus, mulai menggunakan gas sarin untuk menghambat kemajuan pasukan Suriah.
Sumber militer Suriah mengatakan kepada Al-Masdar News bahwa pemberontak menembakkan mortir yang berisi gas sarin hingga membuat sejumlah tentara mengalami luka serius.
"Sejumlah prajurit mengalami kesulitan bernafas setelah serangan itu sehingga harus segera dibawa ke rumah sakit militer. Syukur, semuanya telah kembali stabil kondisinya," kata sumber tersebut.
Dalam insiden tahun 2013, 280 warga sipil tewas dan ribuan lainnya terluka karena serangan bom gas sarin. Menuduh pelakunya adalah pasukan pemerintah, Amerika nyaris menggelar intervensi ke Suriah sebelum dicegah oleh Rusia yang memberikan solusi penyerahan semua senjata kimia Suriah kepada PBB.
Pada tahun yang sama puluhan tentara Suriah tewas akibat senjata yang sama dalam pertempuran di Khan al-Assal, di dekat Aleppo.
Dalam laporan Al-Masdar tanggal 20 Juni lalu disebutkan bahwa pasukan Suriah menyerbu wilayah yang dikuasai kelompok Jaish al-Islam di sekitar Bahariyah di timur Ghouta, beberapa kilometer dari Damascus. Serangan ini membuat pasukan Suriah berhasil menguasai tempat-tempat strategis di kawasan itu.
Pasukan Suriah juga menyerang wilayah Mayda’a dan Hawsh al-Farah dan merebut sejumlah posisi penting, sebelum pemberontak menghambatnya dengan gas beracun yang dilarang dalam semua pertempuran.(ca)
No comments:
Post a Comment