Friday, 3 June 2016

Goenawan Mohammad, Antara Kebohongan dan Pengkhianatan

Indonesian Free Press -- Baru-baru ini saya mendapatkan komentardari seorang teman Facebook yang juga teman lama saya di SMA tentangtuduhan Goenawan Mohammad sebagai keturunan komunis.

Saya ketahui sebagai kerabat dekat Goenawan Mohammad, teman saya ini menulis:

"Keliru kalau menyatakan Z Moehamad (orang tua Goenawan Mohammad;blogger) seorang komunis. Beliau memang berhaluan kiri yaitu SarekatIslam terhadap kolonialisme Belanda. Beliau tokoh 'Keroesoehan Koedoes' th 1908 dan putra dari keturunan Sunan Kudus,  Kyai Nurhadi Kudus. Jasa dalam pendidikan di Batang adalah SD pertama kali di Kecamatan Batang. Dan juga aktivis Muhamadiyah sampai di eksekusi 1947 oleh Belanda, dimana sebelumnya dibuang sebagai tahanan politik ke Boven Digoel."

Saya asumsikan saja bahwa Kiai Z Moehamad adalah benar-benar seorang aktifis Sarekat Islam, bukan Sarekat Islam Merah yang telah disusupi komunis. Apalagi karena beliau meninggal sebagai aktifis Muhammadiyah dan oleh pemerintah telah ditetapkan sebagai seorang pahlawan. Lalu, dimana ke-'kiri'-an beliau seperti diklaim Goenawan Mohammad dalam wawancara di majalah Playboy Indonesia?

Dalam terminologi ilmu politik, istilah 'kiri' adalah merujuk pada kelompok-kelompok yang mengklaim memperjuangkan rakyat jelata, yaitu orang-orang sosialis dan komunis. Di kutub yang bersebarangan, istilah 'kanan' merujuk pada kelompok-kelompok politik yang membela kepentingan pemodal. Meski saya tidak setuju sepenuhnya, kelompok-kelompok nasionalis dan agamawan juga dimasukkan ke dalam kelompok 'kanan'. Ini tentu berdasarkan data empirik yang tidak bisa dibantah, bahwa kelompok-kelompok agamawan dan nasionalis selalu menjadi sasaran permusuhan kelompok 'kiri'.


Kita melihat bagaimana orang-orang 'kiri' di Spanyol berusaha menghancurkan kaum agamawan dan tentara nasionalis, sehingga memicu terjadinya perang saudara tahun 1930-an. Ditambah lagi, perang saudara di Spanyol ini juga menarik kelompok-kelompok 'kiri' dan 'kanan' untuk melibatkan diri. Rusia yang komunis 'kiri' mendukung kelompok-kelompok 'kiri' Spanyol, sementara Jerman dan Italia yang dipimpin regim 'kanan' fasis membantu kaum agamawan dan tentara Spanyol.

Demikian juga di Rusia, kaum komunis menghancurkan kaum agamawan dan nasionalis kanan yang umumnya terdiri dari birokrat, tentara dan pengusaha serta para pemilik lahan. Hal yang sama terjadi di seluruh negara komunis seperti Kamboja di bawah Khmer Merah, Vietnam, Cina, Kuba hingga Indonesia. Beruntung bangsa Indonesia berhasil selamat dari kekuasaan komunisme sehingga jutaan rakyat terlepas dari pembantaian massal.

Permusuhan abadi kaum komunis kepada kaum agamawan tidak bisa dilepaskan dari 'falsafah' hidup komunisme yang serba 'materialisme'. Agama yang serba 'ghaib' hanya dianggap sebagai candu yang harus dimusnahkan.

Jadi, dimana ke-'kiri'-an orang tua Goenawan Mohammad sebagaimana diklaimnya?

Sepajang sejarah banyak orang-orang yang 'menjual' darah ayahnya demi keuntungan pribadi. Ada mantan Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri yang menjual darah ayahnya, Rafiq Hariri demi meraih kekuasaan. Bahkan di INdonesia, ada sekelompok orang rela menjual murah nama 'ahlul bait' untuk memenuhi nafsu berkuasanya dengan mendukung pemimpin kafir yang dzolim.

Maka jangan terlalu kaget jika seorang Goenawan Mohammad juga rela menjual ayahnya demi memenuhi kepentingan pribadinya.(ca)