by Zeng Wei Jian*
Indonesian Free Press -- Rabu, 22 Februari 2017, air belum surut sempurna. Ribuan korban banjir masi teracam berbagai bakteri. Lumpur menempel di dinding-dinding rumah. Relawan Anies Sandi berjibaku menolong korban banjir. FPI bersiaga di posko-posko banjir. Ahok datang ke arena skateboard Kalijodo. Bawa seribuan massa prohok rasis dan bayaran. Ahoker Iwan Bopeng yang dicari-cari tentara tidak keliatan. Masi ngumpet entah di mana.
Ahok meresmikan taman itu. Simbol kemenangan pemelintiran rasio dan Sinarmas. Megawati Sukarnoputeri dan Duta Besar Singapura hadir. Janggal, upacara taman dihadiri Ketua Partai besar dan seorang duta besar. Pasti ada signifikansi di balik acara ini.
Proyek aneksi alamiah dan kolonialisme bertahap sedang berlangsung. Klik Ahok terbuka bilang hendak "meng-singapura-kan" Jakarta. Peresmian Taman Kalijodo semacam peletakan batu pertamanya. Mereka sukses galang opini. Bahwa penggusuran adalah benar.
Singapuranisasi tidak berarti proyek kota modern dengan beton. Banyak kota modern selain Singapura. Jauh lebih indah dan modern infrastrukturnya. Tokyo, London, Shanghai, Washington DC dst. Singapuranisasi berarti aneksasi alami dan gradual.
Di masa lalu, Singapura bernama Tamasek. Masuk orbit kerajaan Palembang dan Sriwijaya. Pengaruh Majapahit juga terasa. Sekitar abad 14, ketika Sang Nila Utama jadi raja, belum banyak orang Tionghoa di sana.
Pelan-pelan, orang Tionghoa masuk. Saat ini jumlahnya 75%. Melayu jadi minoritas. Apalagi India Keling. Tionghoa menguasai ekonomi dan politik. Saking kuatnya dominasi Tionghoa, Malaysia harus melepas Singapura menjadi negara sendiri tahun 1965. Para penguasa Malaysia tidak berkutik. Mereka tidak ingin dominasi Tionghoa meluas menguasai seluruh semenanjung Malaya.
Proses aneksasi alami dan gradual colonisation juga akan terjadi dengan proyek reklamasi. Pelan tapi pasti, beberapa generasi yang akan datang, Tionghoa akan menguasai Jakarta. Menguasai ibukota sama saja menguasai seluruh negeri. Bila daerah lain menolak ya rapopo. Minimal Jakarta bisa dikuasai. Pulau reklamasi bisa tampung 2,5 juta orang. Ahok yang dibeking 5% Tionghoa lokal saja sanggup sedot 40% suara. Apalagi ada 2,5 juta manusia dari Tiongkok dengan reserve finansial besar. Their network kuasai Pasific Rim. Terlalu banyak komprador pribumi yang sudi jadi tukang jagal mereka. Iwan Bopeng contohnya. Dia bilang, "tentara aja gua potong, apalagi elo!"
Persis zaman kolonial Belanda. VoC tidak datang untuk menjajah di fase awal. Mereka datang mencari rempah-rempah dan berdagang. Lama kelamaan, berkat bantuan komprador pribumi, mereka menguasai politik, ekonomi dan peradaban. Pribumi jadi jongos. Inferior sub stratum. Jangan biarkan NKRI dijajah kedua kalinya. Penjajahan itu dibuka dengan slogan pluralisme dan keberagaman. Jangan tertipu.
THE END
*Aktifis media sosial.
No comments:
Post a Comment