Wednesday, 15 February 2017

Penangkapan Massal Terkait Pizzagate Dimulai

Indonesian Free Press -- Selama bertahun-tahun Amerika dikuasai oleh regim penyembah setan, pelaku pedhopilia dan penebar terror dan perang yang tidak memiliki sama-sekali nilai-nilai kemanusiaan dan religius. Dan ummat Islam adalah korban terbesar dari kejahatan itu. Jutaan ummat Islam, sejak invasi Amerika ke Irak tahun 1990, tewas oleh kejahatan perang Amerika.

Karenanya, kemunculan Donald Trump sebagai presiden seolah-olah memberikan harapan baru bagi Amerika yang lebih baik. Saya pribadi juga sempat terbuai oleh upacara pelantikan Donald Trump, terutama dengan adanya dua wanita cantik kulit putih yang menjadi bintang dalam acara itu: Melanie Trump dan Jacky Evancho. Evancho, seolah hendak mengembalikan industri musik Amerika ke arah yang lebih baik, tidak lagi dikuasai oleh para penyanyi-penyanyi kulit hitam yang dandanan, tingkah dan lirik-lirik lagunya jauh dari ajaran moral. Seperti Beyonce, penyanyi 'lips-sinc' yang dipilih oleh Barack Obama sebagai pembawa lagu kebangsaan Amerika pada upacara pelantikan tahun 2013.

Namun, seperti sudah saya sebutkan di blog ini, Trump tidak lebih dari 'pemberi harapan palsu' yang sengaja diseting untuk menang. Karena sistem politik Amerika sudah tidak mungkin lagi dirubah lagi, kecuali dengan revolusi rakyat. Mundurnya penasihat keamanan Trump, Jendral Flynn, karena alasan sepele yaitu skandal telepon dengan Dubes Rusia.

Flynn secara terbuka menyatakan akan mereformasi inteligen Amerika dan menjalin kerjasama konstruktif dengan Rusia, dan itu tidak disukai oleh 'penguasa balik layar', penyembah setan, pelaku pedhopilia dan penebar terror dan perang yang tidak memiliki sama-sekali nilai-nilai kemanusiaan dan religius. Tanpa sedikitpun pembelaan Trump terhadap Flynn, membuktikan Trump hanya wayang belaka. Sama seperti regim penguasa Indonesia saat ini yang rela membuat kegaduhan beresiko tinggi demi memuaskan syahwat berkuasa sekelompok kecil manusia tamak.

Namun, kebaikan tetap ada di dalam sebuah bangsa yang tengah berjerembab ke jurang kehancuran sekalipun. Dan itu ditunjukkan oleh adanya aksi penangkapan besar-besaran terhadap jaringan pengorganisir pedhopilia di Amerika baru-baru ini.

Seperti dilaporkan media-media internasional terutama media Amerika, akhir Januari lalu kepolisian negara bagian California menangkap ratusan orang yang diduga terlibat dalam jaringan pedhopilia. Sampai saat ini 474 orang telah ditangkap di Los Angeles saja. Sejumlah orang juga ditangkap di Pennsylvania, dan jumlahnya terus bertambah dan kemungkinan besar termasuk sejumlah tokoh publik. (Silakan klik di sini)

"Child Pedophilia Arrests Begin…The Big Names Will Follow," tulis Bix Weir di situs SGT Report.

"Setelah Podesta bersaudara dan Alefantis, akan tiba pada 1/3 anggota Congress, dan juga anggota Democrat dan Republic. Jadi bersiap-siaplah untuk 'Good Ole USA!'," tambahnya.

Hanya beberapa hari menjelang pilpres Amerika lalu Direktur FBI James Comey mengumumkan dibukanya kembali kasus pedhopilia yang melibatkan kandidat presiden Hillary Clinton. Ini menyusul terbongkarnya praktik-praktik pedhopilia dan kemungkinan besar juga praktik kanibalisme yang melibatkan sejumlah orang kuat Amerika termasuk George Soros dan Barack Obama di sebuah kafe Pizza di Washington DC.

Salah satu bukti yang menjadi 'senjata' FBI adalah e-mail Anthony Weiner, politisi yahudi, yang berisi data-data perjalanan Hillary Clinton, termasuk gambar-gambar dan percakapan tidak senonoh yang melibatkan Hillary. Namun, karena tekanan kekuasaan yang terlalu besar, Comey membatalkan niatnya hanya dua hari menjelang hari pemilihan.

Kita memang tidak bisa berharap kasus ini benar-benar bisa menyentuh kalangan elit. Namun, penangkapan massal ini setidaknya menunjukkan masih adanya 'semangat kebaikan' di antara aparat penegak hukum Amerika.

Mudah-mudahan saya bisa menulis lebih lengkap tentang kasus Pizzagate ini.(ca)


Tulisan terkait: https://cahyono-adi.blogspot.com/2017/01/pizzagate-fakta-mengerikan-yang.html#.XoDBd0AzZdg

No comments: