Saya sebenarnya tengah menulis artikel tentang Mesir dengan judul "MESIR MEMBARA, MILITER ANCAM MOERSI" sebagai perhatian saya terhadap apa yang tengah terjadi di salah satu negara Islam paling berpengaruh itu. Namun perkembangan ternyata begitu cepat. Setelah memberi ultimatum selama 2 hari kepada Presiden Moersi, menyusul krisis kepercayaan publik terhadap Moersi yang memicu berbagai aksi kerusuhan berdarah, militer Mesir tidak membuang waktu dan langsung melakukan tindakan nyata: mengkudeta Moersi pada Rabu malam (5/7) dan menyerahkan kekuasaan kepresidenan untuk sementara kepada Ketua Mahkamah Agung untuk memimpin pemerintahan sementara hingga penyelenggaraan pemilu mendatang.
Tidak pada tempatnya lagi untuk mempertanyakan keabsahan tindakan militer Mesir tersebut. "Demokrasi" hanya alat yang diciptkaan manusia untuk memberikan kebaikan bagi semua orang. Ketika "demokrasi" hanya menimbulkan kerusakan, maka untuk sementara bisa disingkirkan. "Demokrasi" bukan ciptaan Tuhan yang diturunkan kepada manusia melalui malaikat, sebagaimana ajaran-ajaran agama samawi.
Hampir sepanjang sejarah manusia bahkan tidak pernah mengenal "demokrasi" sebagai satu perangkat aturan kenegaraan dengan beberapa kaidah dan institusinya seperti pemilu berkala, eksekutif, legislatif, yudikatif, konstitusi dan sebagainya. "Demokrasi" modern seperti sekarang ini baru muncul setelah Revolusi Amerika tahun 1774. Saat itu Amerika bahkan nyaris menjadi negara kerajaan dan para pendiri bangsa Amerika sama sekali tidak pernah berfikir membentuk negara "demokrasi" modern seperti sekarang. Hanya karena mereka gagal membujuk Charles III, pewaris tahta Inggris yang tersingkir dan menjadi seorang pengasingan di Italia untuk menjadi raja Amerika, maka ide membentuk negara demokrasi itupun muncul.
Maka bagi saya adalah sangat naif, ketika ada orang yang berpendapat, misalnya, bahwa Indonesia harus menerapkan "demokrasi" seluas mungkin, termasuk melaksanakan pilkada secara sporadis di segala tingkatan pemerintahan dan di seluruh pelosok tanah air, meski harus menguras keuangan negara dan menimbulkan keretakan ikatan sosial masyarakat.
Apa yang akan terjadi di Mesir jika militer tidak melakukan kudeta dan membiarkan Moersi tetap bertahan adalah satu pertumpahan darah besar-besaran di seluruh pelosok Mesir. Sampai saat ini saja tercatat setidaknya telah 34 orang tewas dalam berbagai aksi bentrokan di Mesir antara massa anti dan pro-Moersi, 16 di antaranya adalah massa pendukung Moersi yang ditembak orang tidak dikenal dalam satu insiden di Kairo pada hari Selasa (4/7).
Tidak lama setelah penggulingan Moersi, militer Mesir pun melakukan serangkaian aksi pengamanan, di antaranya menahan Moersi dan para pimpinan Ikhwanul Muslimin serta memberangus media-media massa pendukung Moersi seperti televisi Al Jazeera Mesir dan televisi Egypt 25 yang merupakan pendukung utama Moersi. Sebagaimana kita ketahui Al Jazeera adalah media massa corong politik penguasa Qatar yang merupakan penyandang dana utama gerakan Ikhwanul Muslimin di seluruh dunia. Adapun Egypt 25 adalah media massa milik Ikhwanul Muslimin.
Yang paling menarik tentunya adalah bagaimana kelanjutan dari aksi kudeta militer tersebut serta apa dampaknya bagi peta politik Timur Tengah yang terus membara. Namun bisa saya (blogger) pastikan, peristiwa di Mesir ini akan memberikan dampak besar, khususnya, bagi Turki, negara yang sama-sama diperintah oleh Ikhwanul Muslimin dan tengah menghadapi masalah ketidakpercayaan publik yang besar terhadap pemerintahnya.
Apakah PM Turki Tayyep Erdogan akan segera menyusul Moersi? Yang pasti Moersi telah menyalip Erdogan untuk menyusul Hoesni Mubarak.
2 comments:
setelah dia lengser gimana bro? berapa orang mati ditembak militer, tapi di mata anda ratusan nyawa mereka mungkin ga berharga, karena mereka pro moersi, pro pemimpin yg low profile, sederhana, tapi anti didikte kepentingan asing. Kalo mau elegan mestinya singkirkan dia lewat pemilu yg jujur sebagaiman dia jg memenangkannya. Disitu anda baru bisa membuktikan jika yg anti dgn dia lebih banyak dari yg mendukungnya, bukannya menjilat ludah sendiri dgn mengecualikan tindakan anti demokrasi krn alsan yg subjective. Lebih aneh lagi kenapa hanya Mesir & Turki? padahal diluar sana sangat banyak negara2 yg sudah biasa membunuh rakyatnya, dimana protes anda terhadap Myanmar, China, Thailand, termasuk Amerika & Israel
Sy tidak memihak militer ataupun Moersi. Faktanya adalah ada 22 juta penandatangan anti-Moersi dan Moersi telah banyak mengkhianati rakyat Mesir dan saudara-saudaranya di Palestina dan negara-negara Islam lain. Ia membebani rakyatnya dengan hutang IMF. Ia tidak low profile, sebaliknya ia adalah takfiri yang menghalalkan darah saudara-saudara sesama muslim, yaitu orang Shiah. Anti asing? Ia adalah produk Amerika, pernah bekerja di Amerika dan dikukuhkan dengan sikap politiknya yang pro-Amerika dan Israel. Mana kebijakannya yang pro-Palestina dan anti-Israel/Amerika? Jangan emosional memandang sesuatu hanya karena se-mazhab atau partai.
Sy tentu lebih perhatian terhadap Mesir karena perannya yang besar terhadap dunia Islam daripada negara-negara non-Islam yg Anda sebutkan.
Post a Comment