Lupakan sejenak gonjang-ganjing dunia saat ini, Erdogan dan SBY yang kelabakan setelah orang-orang terdekatnya terindikasi korupsi, Mohammad Moersi yang sebentar lagi menghadapi pengadilan yang mengancamnya dengan hukuman yang sangat berat, atau wacana pembongkaran konspirasi Serangan WTC yang kini disampaikan secara resmi oleh para anggota legislatif Amerika, atau pencitraan Jokowi, Dahlan Iskan dan Gita Wirjawan yang semakin lebay. Mari kita sedikit bernostalgia, ke era Saddam Hussein di Irak.
Antara tahun 1985 sampai 1990 (Perang Iran-Irak terjadi tahun 1980-1988) sebanyak 771 ijin ekspor disetujui Amerika, untuk mempersenjatai Irak. Pada saat yang sama CIA menggelontorkan informasi-informasi inteligen pentingnya ke Irak, dan agen Mossad yang beroperasi di Amerika, Gerald Bull, membantu regim Irak membangun proyek ambisius berupa senjata meriam raksasa yang diberi nama Babyllon.
Space Research, perusahaan yang dikelola Gerald Bull untuk membangun Babyllon (Konon jika sudah jadi, senjata ini bisa menembak satelit di angkasa. Belum terbukti kebenarannya. Boleh jadi Mossad dan orang-orang yahudi mengibuli Saddam Hussein sembari menguras uangnya. Mossad terkenal dengan kelicikan seperti itu) dimiliki oleh keluarga Bronfman yang terkenal sebagai pengusaha zionis sejati. Cerita tentang keluarga Bronfman sangat menarik untuk difilmkan. Pendahulu mereka adalah big boss para mafia Amerika Utara, namun kini usahanya meliputi semua sektor dari perbankan, minyak, media massa, produser film, penerbitan buku, properti, makanan hingga kosmetik. Salah seorang dari mereka, Edgar Bronfman, pernah menjadi Ketua Kongres Yahudi Se-dunia (World Jewish Congress) dan mengepalai proyek "holocoust industry" pada tahun 1990-an yang berhasil memeras para bankir Eropa senilai miliaran dollar dengan menggunakan isu korban holocoust. Keluarga Bronfman sendiri merupakan salah satu "operator" dari keluarga Rothschild yang legendaris.
Gerald Bull terlibat dalam konflik di Afrika selama era Perang Dingin tahun 1980-an dengan mempersenjatai kelompok teroris UNITA di Angola dan RENAMO di Mozambique, di bawah pengawasan Kepala CIA di Angola, James Potts. Bull diperkenalkan dengan para pemimpin Irak oleh pedagang senjata keturunan Armenia Sarkis Soghanalian, juga agen CIA-Mossad, yang telah mempersenjatai Irak dengan helikopter-helikopter Bell.
Inilah "cerdas"-nya para kapitalis penguasa global: menciptakan koflik komunis - kapitalis sekaligus konflik apartheid - anti-apartheid di Afrika, padahal semua pihak yang bertikai berada di bawah kendali (setidaknya dalam keuangan) para kapitalis global. Dalam konflik di Angola kita melihat bagaimana pasukan dan penasihat militer Kuba dan Uni Sovyet membantu gerilyawan komunis anti-apartheid UNITA dalam pertempuran sengit melawan pasukan komando Amerika, Inggris dan regim apartheid Afrika Selatan di hutan pedalaman Afrika.
Ketika Deputi Perdana Menteri Belgia Andre Cools menemukan memo yang mengungkap keterlibatan Bull dengan CIA dan Mossad, kedua badan inteligen itu memutuskan untuk membunuh Andre Cools dan Gerald Bull sekaligus.
Dalam menjalankan proyek Babyllon, Bull mendapat bantuan dari Bank BCCI senilai $72 juta untuk menyelundupkan komponen propelan dari Belgia ke Irak. Uang sebesar itu ditransfer BCCI ke Banca Nacionale de Lavaro (BNL). BNL memiliki kantor cabangnya di Peachtree Center, Atlanta. Antara tahun 1983-1989 BNL sibuk mendanai proyek persenjataan regim Saddam Hussein bersama bank Iraqi Central Bank dan Rafidain Bank of Iraq, yang memiliki sejumlah rekening di Bank of America, Bank of New York, Chase Manhattan and Manufacturers Hanover Trust. Agen kliring BNL untuk semua transaksi proyek tersebut adalah Morgan Guaranty Trust. Ketika Saddam Hussein gagal mengembalikan pinjamannya, semua bank-bank itu tetap mendapatkan keuntungannya yang dibayar dari pajak rakyat Amerika senilai $347 juta.
BNL adalah bank terbesar di Italia yang awalnya bernama Bank of Italy dan dimiliki oleh keluarga Rothschild. Sebuah laporan Senat Amerika menyebutkan bahwa BNL membiayai program senjata Irak dan cabangnya di Atlanta Amerika dijalankan oleh beberapa lingkaran mafia industri militer Amerika. Biasanya dalam penyaluran dananya ke Irak menggunakan Bank BCCI, dimana para pejabat inteligen Saudi juga menggunakannya untuk mencuci uang dari hasil perdagangan obat-obatan terlarang milik kartel Medellin Kolumbia.
Di antara anggota Dewan Konsultasi untuk Kebijakan Luar Negeri BNL adalah Henry Kissinger dan bosnya, David Rockefeller, sang bigboss dari Rockefeller Group. Jika kekayaan keluarga Bronfman sudah bisa membuat kekayaan Bill Gates tampak seperti tikus dibandingkan singa, maka kekayaan keluarga Rockefeller adalah seperti ikan paus. Ini jika Anda tidak terlalu na'if untuk memercayai "Daftar Orang Terkaya di Dunia" versi majalan "Forbes" atau media massa pengalih perhatian lainnya. Jangan ditanyakan kekayaan keluarga Rothschild, beberapa "thruther" meyakini kekayaannya lebih dari 1/2 total kekayaan dunia. Negara-negara di seluruh dunia menanggung hutang senilai hingga $50 triliun (Indonesia menanggung lebih dari $200 miliar) dan bunga yang harus dibayarkan mencapai triliunan dollar atau "Rp puluhan ribu triliun", sekali lagi "Rp puluhan ribu triliun" setiap tahun, sebagian besarnya masuk ke pundi-pundi kekayaan keluarga Rothschild.
Sebagai pejabat BNL antara tahun 1985 sampai 1991, Kissinger mendapat kan bonus sebesar $10.000 (lebih dari Rp 100 juta) setiap masuk kantor. Jumlah sebesar itu hanya remah-remah kecil tak berarti bagi keluarga Rockefeller atau Rothschild, namun sudah sangat besar bagi sebagian besar manusia di bumi.
Pada tahun 1984 Kissinger membentuk US-Iraq Business Forum di Houston. Pada tahun 1989 Kissinger diangkat menjadi anggota Dewan Penasihat Kebijakan Luar Negeri pada pemerintahan George Bush Sr. Bersama Kissinger, di US-Iraq Business Forum juga duduk sebagai penasihat adalah mantan Menlu Inggris Lord Carrington yang juga pernah menjadi Sekjen NATO dan Presiden Royal Institute of International Affairs (RIIA) serta anggota senior Bilderberger Group.
Carrington juga duduk sebagai Dewan Penasihat Hollinger Corporation yang dipimpin oleh zionis pemilik Jerusalem Post dan London Daily Telegraph, Conrad Black. Black yang termasuk salah satu manusia terkaya di Kanada itu menjalankan kerajaan bisnisnya di Toronto. Ia juga memiliki Toronto Globe & Mail dan menjadi pelanggan setia Toronto Jockey Club yang dimiliki keluarga Bronfman. Pada tahun 2007 Black menjadi terdakwa kasus pelanggaran hukum.
(Bersambung)
REF:
"Saddam’s Banker In Atlanta"; Dean Henderson; Veterans Today; 12 Desember 2013
No comments:
Post a Comment