"Mandela mengalahkan apartheid namun ia dikalahkan neoliberalisme. Inilah rahasia gelap yang menjadikannya sebagai "orang suci"."
Itu adalah kesimpulan yang diambil oleh wartawan Asia Times Pepe Escobar dalam salah satu artikelnya tentang Nelson Mandela yang meninggal beberapa hari lalu berjudul "The hijacking of Mandela's legacy".
Saya tidak ingin menjadi orang yang berfikiran negatif tentang Mandela. Saya masih menganggapnya sebagai orang baik, pengacara yang jujur, petinju tangguh, kepala keluarga yang ramah dan bertanggungjawab, dan semua aksi-aksi kekerasan yang dilakukan organisasi yang dipimpinnya (African National Congress) bukan atas perintahnya.
Namun tetap saja hal itu tidak bisa mengubah fakta bahwa Mandela tidak lebih dari "boneka" dari kepentingan global yang menginginkan sumber daya alam Afrika Selatan yang melipah mengalir ke kantong para kapitalis global, orang-orang yahudi penyembah setan yang tamak.
Apa yang bisa dilakukan oleh ANC yang para pemimpinnya (Mandela, Sisulu dll) yang tidak mengetahui bahwa harimau tidak ada di hutan-hutan Afrika. (Dalam buku biografinya Mandela menyebutkan bahwa ia pernah berdiskusi semalaman dengan teman-temannya sesama tahanan politik tentang keberadaan harimau di Afrika. Padahal para petualang kulit putih yang baru datang dari Eropa telah menjelajahi semua pelosok Afrika dan tidak pernah menemukan harimau). Jika tidak ada orang-orang kulit putih, Afrika Selatan hampir pasti tidak akan pernah bisa beranjak dari kelas negara terbelakang sebagaimana tetangga-tetangganya.
Tanpa harus bersikap inferior, orang Indonesia dan Afrika Selatan harus bersikap adil dengan menghargai semua warisan positif yang ditinggalkan Belanda (kebetulan sebagian besar orang kulit putih Afrika Selatan adalah keturunan Belanda). Merekalah yang mengajarkan orang Indonesia dan Afrika Selatan mengenal sepatu (kala Belanda pertama kali datang Indonesia para saudagar Islam dan ulama mungkin sudah mengenal sepatu. Tapi sebagian besar rakyat Indonesia hingga raja Mataram yang merupakan raja paling kuat di Indonesia, masih telanjang kaki), bersisir hingga bersiul. Jangan dikata tentang teknik sipil, mekanik hingga budidaya pertanian. Jangan dikata tentang administrasi dan keuangan. Jangan dikata tentang seni musik, drama dan tari.
Lalu mengapa ANC harus mengobarkan perang teroris terhadap orang-orang kulit putih? Tidak lain karena ada segolongan orang yang tidak pernah tenang hidup dalam perdamaian. Sekelompok orang yang hidupnya bersumber dari kekacauan dan peperangan. Sekelompok orang yang sejak ribuan tahun yang lalu telah dikenal di seluruh dunia sebagai orang-orang yang jahat. Sekelompok orang itu adalah orang-orang yahudi penyembah setan.
Orang-orang itulah, Joe Slovo dan Arthur Goldreich, 2 orang yahudi yang selama ini mengendalikan Mandela. Yang pertama adalah pemimpin gerakan komunisme Afrika Selatan dan yang kedua adalah anggota kelompok teroris Haganah yang telah membunuhi dan mengusir ratusan ribu rakyat Palestina dari negerinya selama perang tahun 1948.
Afrika Selatan setelah berkuasanya ANC sebagai partai penguasa merupakan tragedi bagi orang-orang kulit putih meski media massa menyembunyiannya. Untuk bertahan hidup mereka harus mempersenjatai diri karena setiap saat orang-orang kulit hitam mengincar harta dan properti mereka dan tidak segan-segan membantai mereka demi memdapatkan harta benda mereka. Sementara para pemimpin ANC tidak pernah lepas dari semangat permusuhan rasialnya dan seruan "Bunuh orang-orang kulit putih!" masih terus mereka perdengarkan di depan umum. Di sisi lain layanan sosial dan kualitas hidup rakyat Afrika Selatan terus mengalami penurunan tajam setelah terusirnya orang-orang kulit putih dari berbagai jabatan birokrasi.
Insiden "penerjemah palsu" dalam upacara pemakaman Nelson Mandela baru-baru ini bisa menggambarkan dengan jelas betapa amburadulnya sistem birokrasi dan politik Afrika Selatan saat ini. Dalam insiden ini, seorang penerjemah bahasa isyarat kulit hitam yang bertugas menterjemahkan pidato para pemimpin dunia ke dalam bahasa isyarat bagi orang-orang tunarungu, diketahui tidak memiliki kualifikasi yang seharusnya. Singkat kata, ia sebenarnya bukan seorang penterjemah yang sesungguhnya dan gerakan-gerakana isyarat serta mimik wajah yang dilakukannya tidak dikenal dalam standar bahasa isyarat umumnya. Dengan kata lain ia mengarang sendiri bahasa isyarat itu.
Padahal ia telah menjadi "penterjemah bahasa isyarat" bagi ANC selama bertahun-tahun. Dan karena ANC adalah partai penguasa, orang yang tidak memiliki kualifikasi itu pun diangkat sebagai penerjemah resmi even sepenting pemakaman Nelson Mandela yang dihadiri para pemimpin dari seluruh dunia.
"Apa yang baru saja terjadi akan menyatukan Nelson Mandela dengan komunitas bisu tuli sedunia selamanya, berkat penerjemah palsu itu," kata Braam Jordaan, anggota organisasi masyarakat bisu tuli sedunia (World Deaf Federation).
REF:
"Mandela memorial sign language interpreter accused of being a fake"; Alexandra Topping; Guardian.co.uk; 11 Desember 2013
"The hijacking of Mandela's legacy"; Pepe Escobar; Russia Today; 8 Desember 2013
No comments:
Post a Comment