Saturday, 24 August 2013

ARMAGEDDON TENGAH MENGINTIP SYRIA


Baru beberapa hari yang lalu saya membaca tentang armageddon (perang akhir jaman) yang tengah mengintip Syria yang ditulis setidaknya oleh 2 orang analis politik internasional, salah satunya Gordon Duff dalam artikelnya di Press TV berjudul "Armageddon watch over Syria".

Dalam tulisan tersebut disebutkan bahwa telah terjadi perang rahasia yang sangat serius antara Israel dengan Syria yang dipicu oleh keputus-asaan Israel atas kondisi lapangan konflik Syria yang tidak menguntungkan Israel serta tuntutan internasional untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina yang membawa konsekuensi tidak menguntungkan Israel, yaitu kewajiban meninggalkan wilayah-wilayah Palestina yang diduduki serta memberikan hak kembali bagi para pengungsi Palestina di luar negeri. Disebutkan oleh Gordon Duff bahwa Israel telah menembakkan beberapa rudal nuklir taktis (daya ledak terbatas dan tidak meninggalkan radioaktif, seperti ledakan bom Bali) ke beberapa sasaran militer Syria, sementara Syria dengan senjata-senjata canggih yang dipasok Rusia termasuk rudal S-300, telah menenggelamkan kapal selam nuklir dan pesawat F-16 Israel.

(Gordon Duff bukan ahli nuklir karenanya tidak bisa memastikan bahwa ledakan-ledakan yang terjadi di Syria, termasuk di gudang senjata di Latakia bulan Juli lalu adalah ledakan nuklir. Namun dari beberapa ahli nuklir yang menganalisa dampak ledakan, termasuk bentuk ledakan yang seperti jamur (mushroom), bisa dipastikan ledakan tersebut adalah ledakan nuklir).

Aksi Israel tersebut membuat Rusia semakin serius untuk memberikan perlindungan kepada Syria, dengan mengirimkan senjata-senjata paling canggihnya ke Syria, termasuk dengan mengaktifkan kembali satuan Armada Laut Tengah yang telah dibekukan paska runtuhnya Uni Sovyet. Di sisi lain, perkembangan tersebut mengantar dunia pada titik terdekat terjadinya perang akhir jaman.

Perlu menjadi perhatian kita semua, di luar konflik Syria, Rusia kini tengah terlibat dalam "Perang Dingin" jilid II dengan Amerika Cs. Dalam waktu dekat Amerika dan NATO telah merencanakan menggelar latihan perang besar-besaran di Norwegia dan Laut Hitam yang secara vulgar memberi tanda tentang langkah agresif Amerika dan sekutu-sekutunya. Setelah penggelaran sistem pertahanan udara di Eropa Timur serta kehadiran pasukan-pasukan Amerika di berbagai pangkalan di sekitar Rusia, hal itu memberi tanda yang sangat jelas kepada Rusia bahwa Amerika Cs. berniat untuk membekuk Rusia di negerinya sendiri.

Namun Rusia di bawah kepemimpinan Vladimir Putin bukanlah lawan yag mudah ditekuk. Tahun 2008 dunia menyaksikan sikap tegas Putin menghentikan upaya provokasi yang dilakukan Amerika, yang menggunakan tangan Georgia, untuk menduduki kawasan "protektorat" Rusia di Ossetia Utara. Putin pula yang berhasil merebut kembali wilayahnya yang memisahkan diri, Checnya, dari tangan para ekstremis "muslim" dukungan Amerika dan NATO. Selain itu di bawah Putin, Rusia juga sangat agresif berupaya mengembalikan kekuatan militernya yang runtuh paska kejatuhan Uni Sovyet. Berbeda dengan Amerika yang dalam waktu 10 tahun terakhir tidak melakukan langkah signifikan untuk memperkuat militernya, yang bahkan justru semakin berkurang dengan kebijakan penghematan yang dilakukan Barack Obama.


Tidak lama setelah menduduki kembali jabatan Presiden Rusia, Vladimir Putin langsung mengumumkan rencana pengembangan kekuatan militer Rusia dengan membangun armada kapal selam bertenaga nuklir, yang kini dunia mengetahuinya sebagai kapal selam Borey Class yang diberi nama "Vladimir Monomakh". Inilah kapal selam tercanggih di dunia yang mampu menyelam hingga kedalaman 1.200 kaki nyaris tanpa suara yang bisa dideteksi peralatan sonar paling modern. Namun yang menggentarkan Amerika adalah kapal selam ini dilengkapi dengan 20 rudal balistik jarak jauh berdaya jangkau hingga 9.000 km bernama "Bulava". Setiap rudal ini memiliki 20 kepala nuklir yang bisa mencari target sendiri-sendiri dengan daya ledak mencapai 150 kiloton per-kepala nuklir.

Rusia juga telah mengumumkan tengah mengembangkan rudal balistik jarak jauh berbobot 10 ton yang diklaim "mampu mengatasi semua sistem pertahanan udara lawan". Namun itu belum semuanya. Rusia juga telah mengembangkan armada udara yang diperkuat oleh pesawat tempur "generasi V" yang jauh lebih canggih dari pesawat tercanggih Amerika, F-22 Raptor.

Kembali ke konflik Syria. Amerika dan sekutu-sekutunya kini tengah melakukan tekanan terhadap Syria dan sekutu-sekutunya dengan menggulirkan kembali isu serangan senjata kimia yang dituduhkan dilakukan oleh regim Syria. Di luar beberapa fakta mencurigakan seperti masuknya pasukan komando dan inteligen Amerika dan sekutu-sekutunya dari Jordania tidak lama sebelum terjadinya insiden "serangan senjata kimia" di sekat Damaskus, secara logika sederhana saja tuduhan penggunaan senjata kimia oleh regim Syria sangat tidak masuk akal. Syria tengah berada di atas angin setelah kemenangan gemilang di al Qusayr, Homs dan terakhir di Latakia. Syria sama sekali tidak membutuhkan senjata kimia untuk mengalahkan pemberontak, apalagi jika dilakukan saat adanya tim pemeriksa senjata kimia PBB di Syria. Bukankah itu sama saja dengan bunuh diri?

Terlepas dari itu semua, tampaknya tidak akan ada lagi "titik balik" dari rencana campur tangan militer Amerika dan NATO atas Syiria yang telah direncanakan sejak lama. Selain ribuan pasukan Amerika dan NATO yang sudah siap perang di Yordania, Israel, Turki, Afghanistan dan negara-negara Teluk, Amerika juga telah mengerahkan armada lautnya mendekati Syria.

Namun Syria bukanlah Libya atau Irak, atau Afghanistan. Rakyat dan militernya telah bersatu padu untuk melawan setiap intervensi pasukan asing. Selain itu berkat dukungan Rusia, saat ini Syria juga memiliki persenjataan yang jauh lebih canggih dari negara manapun di Timur Tengah, yang mampu menenggelamkan kapal selam nuklir dan menembak jatuh setiap pesawat terbang Israel di atas udaranya sendiri. Selain itu Syria juga telah mendapatkan jaminan dukungan tanpa batas dari Hizbollah, Rusia, Iran dan milisi-milisi bersenjata Shiah Irak.                

Amerika dan NATO gagal mengalahkan Irak dan Afghanistan meski telah mengerahkan seluruh kekuatannya selama 10 tahun lebih. Lalu bagaimana mereka bisa berharap untuk memenangkan perang di Syria?



REF:
"Hundreds Dead In Syrian Chemical Attack As Even Impartial Experts Allege “False Flag”";  Tyler Durden ; Zero Hedge; 21 Agustus 2013

"Armageddon watch over Syria"; Gordon Duff; Press TV

2 comments:

Unknown said...

Naaaah...klu arrmagedon yg ini ane stuju Boss tpi klu arrmagedon yg diafganistan seperti yg ente tulis ane kurang setuju dn bacanya ane sampe guling2 dilantai saking lucunya itu baca artikel. krna bukit magedo itu adanya di tanah palestin yg skrng dikuasai bani israhell....!!! trus biji mane kite langkeh selanjutnye....???

abu bakar said...

bagaimana dengan artikel di veteran today- israel mencari imam mahdi