Friday, 23 August 2013

OLOK-OLOK PENGUASA KEGELAPAN DI INDONESIA

Sebelumnya saya sudah menulis tentang pencetakan mata uang dollar yang menggambarkan kronologis Serangan WTC tahun 2001 yang dilakukan sejak tahun 1996, atau lima tahun sebelum peristiwa yang sebenarnya terjadi. Hal itu merupakan "tanda" yang sengaja ditinggalkan para "penguasa kegelapan" untuk menunjukkan eksistensinya sembari mengolok-olok manusia yang tidak menyadari kejahatan konspirasi yang mereka lakukan.

Dalam konteks lebih kecil, di Indonesia, kita sebenarnya juga telah berulangkali mengalami fenomena serupa. Kasus-kasus besar yang tiba-tiba menghilang begitu saja adalah sebagian dari "tanda" yang ditinggalkan para "penguasa kegelapan" di Indonesia. Misalnya kasus pencurian ratusan dinamit beberapa waktu lalu yang hingga kini tidak jelas penyelesaiannya, meski kala itu disebut-sebut "istana kepresidenan terancam" oleh peristiwa itu. Kasus-kasus terorisme adalah contoh gamblang lainnya, bagaimana sekelompok pasukan khusus bentukan Amerika dan Australia yang dijalankan oleh sekelompok perwira non-muslim mengobrak-abrik tatanan umat Islam Indonesia. Selanjutnya kasus pembunuhan yang melibatkan ketua KPK Antasari Azhar, kasus Bank Century, mafia pajak, mafia migas, konvensi Partai Demokrat, konperensi diaspora Indonesia (ujung-ujungnya naturalisasi keturunan yahudi ke Indoensia untuk menguasai aset-aset strategis), fenomena naturalisasi pemain bola (tujuannya menghancurkan nasionalisme), fenomena kerusuhan di penjara, fenomena penembakan polisi (terkait isu terorisme) dan lain sebagainya.

Terakhir yang saya lihat adalah iklan promosi investasi di televisi oleh Bupati Sidoarjo yang mengenakan baju batik bergambar logo Bintang Daud (simbol Israel), membuat saya berfikir bahwa kasus Lumpur Lapindo merupakan kejahatan konspirasi. Apalagi dengan begitu besarnya anggaran yang dihabiskan pemerintah untuk menangani bencana tersebut, namun tidak pernah ditujukan untuk menuntaskannya.

Kali ini saya ingin memberikan sedikit pendapat tentang kasus pembunuhan wanita cantik Francisca Yofie di Bandung beberapa waktu lalu.

Ketika pertama mendengar berita pembunuhan Sisca yang di luar nalar, yaitu diseret dengan sepeda motor di siang bolong, saya langsung curiga adanya konspirasi tersembunyi di balik peristiwa ini. Apalagi dengan adanya "bocoran" di TVOne yang menayangkan rekaman CCTV penyeretan Sisca di jalanan (TVOne sudah lama saya curigai "komplisit" dengan berbagai konspirasi yang melibatkan aparat kepolisian seperti terorisme). Dan dari waktu ke waktu kecurigaan tersebut semakin bertambah seiring beberapa peristiwa yang menyertainya. Mulai dari penyerahan diri secara sukarena tersangka pembunuhan, keterangan polisi yang terlalu cepat tentang penyebab kematian, dan tentu saja akal yang tidak bisa menerima begitu saja keterangan polisi yang menyebutkan bahwa Sisca terseret karena rambutnya nyangkut di gir sepeda motor dan motor masih bisa berjalan cepat sejauh 800 meter.

Namun kecurigaan paling kuat tentu saja adalah adanya keterkaitan pembunuhan tersebut dengan seorang oknum polisi, yang ajaibnya sengaja disembunyikan oleh media massa. Sangatlah aneh bahwa TVOne maupun media-media massa Indonesia lainnya tidak pernah berusaha mengorek keterangan tentang siapa oknum polisi tersebut. Apakah ia bekerja untuk inteligen nasional, atau apakah justru untuk inteligen asing?

Lalu apakah tujuan konspirasi itu, jika memang benar adanya?

Setidaknya adalah untuk membuat masyarakat sibuk memikirkan hal-hal yang tidak penting dan melupakan berbagai masalah yang jauh lebih penting, seperti penguasaan asset-asset nasional oleh asing dan antek-anteknya, dominasi asing atas dunia politik, sosial, budaya di Indonesia, pengelolaan negara yang tidak efektif dan efisien yang membuat Indonesia makin tergantung pada asing, dll.

No comments: