Kita patut menangis melihat tragedi yang terjadi di Mesir. Kementrian kesehatan Mesir kemarin (15/8) merilis angka korban tewas akibat serangan aparat keamanan atas para demonstran pendukung Mohammad Moersi yang jumlahnya mencapai 525 jiwa. Angka itu masih lebih kecil dari klaim Ikhwanul Muslimin yang mencapai ribuan orang.
Namun ini bukan masalah angka, karena ketika nyawa 1 orang manusia dicabut dengan cara yang tidak hak, sebagaimana perkataan Nabi Muhammad S.A.W, pada hakikatnya sama dengan membunuh semua manusia di muka bumi yang dosanya lebih besar daripada menghancurkan Kabah hingga berkeping-keping.
Ironis bahwa "pembantaian" di Mesir ini masih jauh lebih kecil kekejamannya dari apa yang telah dan tengah terjadi di Syria dan Irak. Di Syria selama terjadinya konflik yang dimulai bulan Maret 2011 telah lebih dari 100.000 nyawa melayang. Dan di Irak sepanjang bulan Juli lalu saja telah lebih dari 1.000 tewas dan sepanjang tahun ini telah lebih dari 4.000 orang tewas. Dan orang tidak menaruh kecurigaan bahwa apa yang terjadi di Mesir kini hanya awal dari bencana yang lebih besar sebagaimana di Irak dan Syria yang telah dirancang lama oleh zionis internasional.
Pada tahun 2004 atau setahun setelah berhasil menumbangkan regim Saddam Hussein, tentara Amerika gagal menguasai Irak sepenuhnya dan bahkan cenderung menjadi korban serangan-serangan pejuang Irak. Untuk mengatasi masalah itu Amerika pun mulai membentuk pasukan-pasukan pembunuh yang tujuan utamanya adalah menciptakan kekacauan dan memicu perang saudara antara kelompok sektarian. Sebagian anggota pasukan ini adalah personil militer Amerika sendiri, lainnya adalah personil militer negara sekutu dan milisi-milisi lokal dan anggota Al Qaida.
Pasukan pembunuh ini bertanggungjawab atas sebagian besar serangan teroris yang terjadi di Irak, yang sebagian besar berbentuk serangan "bunuh diri" terhadap sasaran-sasaran sipil. Salah satu di antara modus mereka adalah membayar seorang sopir lokal untuk membawa truk barang ke tengah pasar atau dekat masjid, dan kemudian meledakkan bom di dalam truk itu bersama sopirnya dengan remot kontrol. Setelah kejadian itu media-media terafiliasi zionis akan memberitakannya sebagai "serangan bunuh diri".
Dalam satu misi di kota Basarah tgl 19 September 2005, 2 anggota pasukan pembunuh asal Inggris yang menyamar sebagai warga lokal tertangkap tangan oleh polisi Irak ketika hendak melakukan serangan teroris terhadap orang-orang Shiah. Ketika ditangkap, di dalam mobilnya ditemukan sejumlah besar bom dan senjata laras panjang. Sebelum penangkapan, pasukan pembunuh asal Inggris (pasukan Inggris bermarkas di Basrah) sudah sering melakukan serangan teroris terhadap orang-orang Shiah di kota itu untuk memicu ketegangan antara umat Shiah dan Sunni.
Khawatir penangkapan itu bakal membongkar ulah kaji Amerika dan Inggris, sehari kemudian, atau tgl 20 September 2005, pasukan Inggris menyerbu penjara tempat penahanan kedua pasukannya. Mereka menggunakan tank untuk membongkar tembok tempat penahanan kedua pasukannya dan menyelamatkan keduanya.
Namun aksi teror yang paling terkenal adalah pemboman Masjid Kubah Emas Al Askari di Samarra tgl 22 Februari 2006. Hancurnya masjid yang dihormati kaum Shiah ini kontan memicu kerusuhan sektarian antara orang-orang Sunni melawan Shiah. Serangan tersebut terjadi saat masjid tersebut berada di bawah pengawasan ketat pasukan Amerika yang berada di kota itu, pejabat Amerika dan namun media-media menyalahkan Al Qaida. Anehnya lagi, Al Qaida pun membenarkan tuduhan itu.
Akibat aksi-aksi terorisme itu hingga saat ini Irak masih saja dilanda kerusuhan sektarian yang menewaskan ribuan warganya yang tidak berdosa.
Keberhasilan misi Ford di Irak membuat pemerintah Amerika mengirimnya ke Syria sebagai duta besar untuk melakukan misi yang sama. Tidak lama setelah kedatangan Ford tahun 2011, Syria pun dilanda aksi-aksi kekerasan berdarah.
Modus yang dilakukan pasukan pembunuh Ford di Syria adalah sbb: menempatkan penembak jitu di 2 sisi yang mengapit tempat terjadinya aksi demonstrasi menentang pemerintah. Pada satu kesempatan penembak jitu yang berada di satu sisi melakukan penembakan kepada para demonstran untuk menimbulkan kesan kekejaman aparat keamanan. Selanjutnya penembak jitu di sisi yang lain menembaki aparat keamanan sehingga menimbulkan kesan seolah para demonstran melakukan kerusuhan.
Akankah Ford akan melakukan hal yang sama di Mesir?
Kita akan melihatnya tidak lama lagi.
Mantan pejabat inteligen Amerika Jendral Wesley Clark telah membongkar bahwa Israel telah "membajak" Amerika melalui serangan WTC 9/11 untuk mewujudkan ambisinya "menghancurkan 7 negara Islam dalam waktu 5 tahun" sebagai realisasi dokumen “Clean Break” document yang dibuat Benjamin Netanyahu. Semuanya itu merupakan implementasi dari "Rencana Oded Yinon" yang dibuat zionis internasional bertahun-tahun yang lalu untuk menghancurkan Timur Tengah demi keamanan Israel.
REF:
"US government targeting Egypt for destabilization, eventual destruction?"; Dr. Kevin Barrett; Press TV; 12 Agustus 2013
No comments:
Post a Comment