Thursday 29 August 2013

PELAJARAN DARI HUNGARIA

PENGANTAR:

Berita "running text" TV One dan Metro TV hari Rabu (28/8): cadangan devisa Indonesia $90 miliar.

Sekitar 2 atau 3 bulan yang lalu sepengetahuan saya cadangan devisa Indonesia mencapai $110 miliar. Lalu kemana yang $20 miliar, atau senilai lebih dari Rp200 triliun itu? Apakah untuk membiayai defisit neraca perdagangan atau membayar hutang luar negeri? Kalau yang terakhir yang terjadi, berapa sebenarnya hutang luar negeri Indonesia saat ini? $200 miliar atau $300 miliar? Mengapa tidak juga lunas dan bahkan semakin membesar dari tahun ke tahun, meski Indonesia telah melakukan pembayaran yang jumlahnya lebih besar dari jumlah hutang yang diterima?

Itu semua adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh pemerintah dan otoritas moneter Indonesia.



====================

Setelah Islandia, kini satu lagi negara di dunia yang sadar dengan "konspirasi penguasa kegelapan" yang telah menjerat negara mereka dalam beban hutang tak terbayar yang menguras kekayaan mereka tanpa batas. Negara itu adalah Hungaria.

Sebelum terpilihnya Viktor Orbán sebagai perdana menteri Hongaria tahun 2011, Hungaria telah terjebak dalam hutang luar negeri yang tidak terlunaskan, karena konspirasi pemerintahan-pemerintahan sebelumnya dengan IMF dan mafia perbankan internasional. Menyadari hal itu, Orban pun berikrar akan mengakhiri kondisi itu.

Dan kini janji itu telah dipenuhi. Menurut laporan media berbahasa Jerman “National Journal” baru-baru ini Orbán telah mendepak IMF dan para rentenir internasional dari negerinya. Selanjutnya Orban menerbitkan mata uang baru yang bebas dari bunga. Dampaknya, dalam waktu relatif singkat perekonomian Hongaria kembali pulih dan tengah bergerak dalam kecenderungan positif.

Pada tgl 12 Agustus lalu kementrian ekonomi Hungaria mengumumkan bahwa Hungaria telah melunasi hutang kepada IMF sebesar €2.2 miliar, lebih cepat beberapa bulan dari jadwal semestinya bulan Maret 2014.

Atas keberhasilan itu Orbán mengumumkan bahwa "Hungaria telah mendapatkan kembali kepercayaan dari para investor." Investor yang dimaksud bukanlah IMF dan para rentenir keuangan, atau investor "bodong" yang bergerak di sektor-sektor elit yang tidak banyak memberikan manfaat bagi rakyat banyak, melainkan mereka yang benar-benar bekerja di sektor riel.

Dengan bebasnya Hongaria dari jeratan hutang para rentenir internasional, kini bank sentral Hongaria yang dimiliki pemerintah demi kemaslahatan rakyat --- di Indonesia terjadi pemisahan bank sentral dengan pemerintah, sehingga bank sentral tidak bisa lagi dikontrol oleh publik. Di Libya semasa kepemimpinan Khadafi bahkan semua bank dimiliki pemerintah dan tidak memberikan kesempatan para rentenir untuk menghisap "darah" rakyat. Perbankan di Libya memberikan pinjaman tanpa bunga kepada rakyat. Fungsinya benar-benar murni sebagai penyedia likuiditas, bukan lembaga pencari untung yang proporsi keuntungannya jauh lebih besar dari sektor riel, begitulah seharusnya, memerintahkan IMF untuk menutup kantornya di Hongaria. Sementara itu Kejaksaan Agung mengajukan tuntutan hukum kepada 3 mantan perdana menteri dengan tuduhan konspirasi dan pengkhianatan yang mengakibatkan Hongaria terjerembab dalam hutang.

Kini tinggal 1 langkah lagi yang harus dilakukan Hongaria untuk menghancurkan kekuatan para rentenir, yaitu menerapkan sistem barter dalam transaksi perdagangan internasionalnya sebagaimana Brazil, Russia, India, China dan Afrika Selatan.



REF:
"Hungary Sheds Bankers Shackles"; Ronald L. Lay; American Free Press; 23 AgustUS 2013

1 comment:

mayat said...

Indonesia mencontoh HUNGARIA ????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????