Amerika dan Saudi Arabia sama-sama bangkrut secara moral dan politik. Tapi setidaknya Amerika masih bisa berkoar-koar tentang demokrasi, sedang Saudi tidak memiliki apapun yang bisa dibanggakan.
Demikian kesimpulan Prof. Rodney Shakespeare dalam artikelnya di media Iran Press TV berjudul "Al Saud morally, politically bankrupt" tgl 9 Agustus lalu.
"Ini karena Saudi tidak mempunyai visi, prinsip atau ide," tulis Shakespeare.
Menurut Shakespeare Saudi hanya sebuah negeri yang dipimpin sekelompok orang kaya tak bermoral yang melakukan apapun dengan kekayaannya untuk membuat orang lain melakukan kemauan mereka. Ia mencontohkan langkah terakhir yang dilakukan Saudi dengan menawarkan kontrak senjata miliaran dolar kepada Rusia dengan imbalan Rusia meninggalkan sekutu dekatnya Syria. Padahal Saudi pulalah yang telah membantu pemberontak dan teroris Chenchya memerangi pemerintah Rusia dan Rusia mengetahui hal itu dengan jelas.
Pernyataan Shakespeare itu sejalan dengan pernyataan analis politik Timur Tengah Zayd al-Isa dalam wawancara dengan media yang sama sehari kemudian.
"Sebagai kaki tangan Amerika, Saudi Arabia menyediakan bantuan keuangan dan militer kepada al-Qaeda untuk menjerumuskan kawasan ini ke perang sektarian dan kekacauan," kata Isa.
Menurut Isa, Amerika kini memberikan peran utama bagi Saudi sebagai ekskutor kepentingannya di Timur Tengah setelah menghentikan peran yang sebelumnya dilakukan Qatar dan Turki yang dianggap gagal. Ia pun menunjuk pada langkah yang dilakukan Saudi yang menggelontorkan bantuan keuangan kepada regim militer Mesir yang baru saja mengkudeta pemerintahan demokratis di sana. Namun yang patut menjadi perhatian, tutur Isa, adalah peran Saudi pada semua kelompok teroris di kawasan seperti kelompok Jabhat al-Nusra di Syria, yang merupakan bagian dari kelompok teroris yang lebih dahulu eksis, Al Qaida.
“Apa yang kita dengar dari pemimpin Al Qaida Irak Abu Bakr al-Baghdadi, yang mengatakan bahwa Jabhat al-Nusra merupakan kepanjangan dari al-Qaeda di Iraq,” tambah al-Isa.
Akibat dukungan Saudi itulah kita menyaksikan berbagai aksi teorisme yang tidak pernah terjadi sebelumnya, tidak saja di Syria namun juga Irak. Selama bulan Ramadhan lalu saja diperkirakan lebih dari 1.000 orang tewas oleh aksi-aksi terorisme di Irak. Menurut laporan PBB selama bulan Juli lalu lebih dari seribu warga Irak tewas dan 2.326 lainnya mengalami luka-luka karena aksi terorisme. Selama tahun 2013 jumlah penduduk Irak yang tewas mencapai lebih dari 4 ribu orang. Itu semua belum termasuk lebih dari 100.000 warga Syria yang tewas akibat konflik yang dipicu oleh pemberontakan yang didukung Saudi dan kelompok-kelompok terorisnya.
RENCANAKAN PEMBUNUHAN WAPRES IRAK YG BURON
Sementara itu media Arab Al-Medina dan Al-Awamiyah beberapa waktu lalu merilis laporan rencana pembunuhan wapres Irak yang buron, Tariq al-Hashemi, oleh inteligen Saudi. Rencana tersebut didasarkan kekhawatiran Saudi bahwa yang bersangkutan akan membongkar keterlibatan Saudi dalam serangan-serangan teroris yang terjadi di Irak jika yang bersangkutan tertangkap dan dihadirkan dalam persidangan.
Hashemi kini menjadi buron pemerintah Irak dan interpol karena keterlibatannya dalam aksi-aksi terorisme di Irak. Termasuk aksi terorisme itu adalah pemboman yang terjadi bulan November 2011 yang mentargetkan PM Nouri al-Maliki sebagai sasarannya. Hashemi juga dituduh terlibat dalam pembunuhan 6 orang jaksa.
Pada tgl 19 Desember 2011, sebuah komite penyidik yang dibentuk pemerintah Irak mengeluarkan surat penahanan atas Hashemi setelah tiga orang pengawal pribadinya mengakui menerima perintah langsung dari Hashemi untuk melakukan serangan-serangan terorisme. Menghindari penangkapan, Hashemi pun melarikan diri ke wilayah otonomi Kurdi, sebelum terbang ke Qatar, dan akhirnya tinggal di Turki hingga saat ini.
Pada bulan Mei 2012 Interpol juga mengeluarkan perintah penahanan bagi Hashemi dengan tuduhan keterlibatannya dalam kegiatan terorisme.
REF:
"Saudi Arabia supports al-Qaeda to incite sectarian war in region"; Press TV; 10 Agustus 2013
"Al Saud morally, politically bankrupt"; Rodney Shakespeare; Press TV; 9 Agustus 2013
"Saudi Arabia planning to assassinate fugitive Iraqi VP Tariq al-Hashemi"; Press TV; 9 Juli 2013
No comments:
Post a Comment