Wednesday 27 December 2017

Dipermalukan di PBB, AS Gelar Pesta 'Persahabatan'

Indonesian Free Press -- Pemerintah Amerika menggelar 'pesta persahabatan dengan mengundang negara-negara yang tidak menentang Amerika dalam Sidang Umum PBB yang membahas pengakuan Amerika atas Jerussalem sebagai ibukota Israel. Namun, 128 negara, termasuk sekutu-sekutu utama Amerika, dipastikan tidak menghadiri pesta tersebut.

Seperti dilaporkan sejumlah media internasional, JUmat lalu (22 Desember) Dubes Amerika untuk PBB Nikki Haley mengadakan 'pesta persahabatan' dengan mengundang negara-negara yang menolak, abstein ataupun yang tidak menunjukkan sikap dengan tidak hadir dalam Sidang UMum PBB pekan lalu yang mengecam Amerika atas langkahnya untuk mengakui Jerussalem sebagai ibukota Israel.

Tidak disebutkan, negara mana saja yang datang dalam pesta itu. Namun, dipastikan mayoritas negara anggota PBB tidak datang dalam pesta itu.


Hal ini dilakukan setelah sebelumnya Amerika dipermalukan di depan Sidang Umum PBB dengan 128 negara menolak dan mengecam langkah Amerika itu, sementara hanya 9 negara yang mendukung Amerika, termasuk Amerika dan Israel. Yang menyakitkan Amerika adalah bahwa negara-negara sekutu utama Amerika sendiri, termasuk Inggris, Perancis, Jerman dan Jepang, termasuk di antara negara yang menolak klaim Amerika atas Jerussalem.

Padahal sebelum sidang, Amerika telah bersuara keras kepada negara-negara yang menentang langkahnya itu. Nikki Haley, warga keturunan India bernama asli Nimrata Randhawa itu mengancam bahwa Amerika akan 'mencatat' negara-negara yang menolak klaim Amerika atas Jerussalem.

"Di PBB kami selalu diminta untuk bertindak dan memberikan lebih dari yang lain. Maka, ketika kami membuat keputusan atas nama rakyat Amerika, tentang dimana kami harus menempatkan kantor kedutaan kami, kami tidak mengharapkan mereka yang telah kami bantu untuk menentang kami," tulisnya di Twitter.

Presiden Trump juga telah melakukan hal yang sama. Dalam pertemuan kabinet sebelum sidang ia mengancam akan menghentikan bantuan kepada negara-negara yang menentang Amerika.

“Semua negara-negara itu, yang telah mengambil uang kami dan kemudian menentang kami di Dewan Keamanan PBB maupun di Sidang Umum PBB, mereka telah mengambil ratusan juta dollar atau bahkan miliaran dollar dari kami. Kami akan mencatat mereka. Biarkan mereka menentang kami, namun kami akan bisa berhemat. Kami tidak peduli,” kata Trump.

Sementara itu, terkait dengan kalahnya Amerika di PBB, anggota parlemen Lebanon dari Hizbollah, Mohammad Raad mengatakan bahwa kini adalah saatnya Amerika tidak lagi jumawa dan tidak ada negara yang berani menolak kemauan Amerika. Dalam sebuah acara di kota Mlikh, Minggu (24 Desember), Raad mengatakan bahwa rencana Amerika dan Israel di Timur Tengah telah mengalami kegagalan.

“Dalam perkembangan ini (berkaitan dengan kekalahan Amerika di PBB) kami mengajak kepada semua negara mitra, yang selama ini berseberangan dengan kami, untuk bijaksana mengambil kebijakan, karena mereka yang dianggap kuat ternyata tidak lebih dari yang lain.”

Di sisi lain, sebut Raad, kekuatan blok 'perlawanan' yang selama ini berjuang menentang dominasi zionisme, terus bertambah besar dan bisa menggagalkan rencana zionisme.

“Kita telah berhasil mengatasi masa-masa yang berbahaya dalam sejarah bangsa ini (Lebanon). Kita telah menjadi negara berdaulat setelah diduduki dan dijajah Israel. Kita telah berubah dari negara yang lemah dan terpecah belah menjadi negara negara yang bersatu dan kuat.”(ca)

No comments: