Sunday 24 December 2017

Jangan Biarkan George Soros Tertawa

Indonesian Free Press -- Orang-orang yahudi di seluruh dunia tengah dilanda kemarahan pada rakyat Hungaria, khususnya perdana menterinya, Victor Orban. Setelah berbulan-bulan memimpin kampanye anti-imigrasi dan anti George Soros-Uni Eropa, kini ia bergerak lebih jauh lagi. Ia memasang poster-poster yang berisi pesan sangat spesifik, dan itu dianggap anti-semit.

"Jangan biarkan (George) Soros Tertawa meski untuk terakhir kalinya", demikian bunyi poster tersebut. George Soros adalah 'tetua' bagi orang-orang yahudi di seluruh dunia, dan itu berarti anti-semit.

Organisasi orang-orang yahudi terbersar di Hungaria mengecam kampanye itu dan menyebutnya sebagai 'pesan-pesan beracun yang menyakiti seluruh bangsa Hungaria'. Dubes Israel di Budapest mengecamnya dengan menyebutnya sebagai 'membuka kenangan pahit dan menanamkan benih kebencian serta ketakutan'. Sedangkan George Soros sendiri menyebutnya sebagai 'aksi anti-semit yang nyata'.


Menurut pengamat sosial-politik Irish Savant dalam satu artikelnya di situs The Truthseeker, 19 Desember lalu, seluruh rakyat Hungaria masih merasakan pengalaman pahit berhubungan dengan orang-orang yahudi. Meski minoritas, mereka sangat berkuasa, dan bahkan dua kali Hungaria dipimpin oleh regim yahudi sejak abad 20 hingga pergantian millenium.

Yang pertama adalah regim Bela Kun yang hanya bertahan selama beberapa bulan, namun cukup untuk membuat kehancuran bagi bangsa Hungaria. Setelah memprovokasi negara-negara tetangganya untuk berperang, Menteri Kebudayaan Georg Lukacs melakukana kampanye de-Kristenisasi besar-besaran. Ia mengajarkan pendidikan seks secara vulgar di taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Guru-guru seks diorganisir untuk mengajarkan free seks sembari mencampakkan nilai-nilai moral agama. Ini semua dilakukan bersamaan dengan persekusi secara massif pada orang-orang tua, pendeta dan tokoh-tokoh nasionalis yang menentangnya.

"Anda tidak harus menjadi paranoid untuk mengetahui bahwa yang sama terjadi di semua negara Kristen-kulit putih selama 50 tahun terakhir," tulis Irish Savant.

Regim Bela Kun berakhir bulan Agustus 1919 setelah setelah digulingkan oleh pasukan Rumania dengan dibantu kalangan nasionalis-religius. Namun paska Perang Dunia II Uni Sovyet yang baru menang perang dan menduduki Hungaria, mengangkat regim boneka komunis yang tidak kalah 'brengsek' dibanding Bela Kun. Puncaknya adalah ketika orang-orang komunis-yahudi itu mengusir ribuan warga Hungaria, mulai dari petani hingga kalangan inteleknya, dari rumahnya sendiri untuk ditempati kader-kader komunis dari Rusia dan negara-negara komunis lain. Rakyat pun memberontak pada tahun 1956 dan memaksa Uni Sovyet mengirim 150.000 tentara dan 2.500 tank untuk menumpas pemberontakan.

Seperti ditulis Irish Savant, pada bulan Februari 1957 seorang psikolog dari Cornell University, Dr. Richard M. Stephenson mewawancarai Erika Szalay, gadis muda Hungaria yang melarikan diri ke Amerika setelah pemberontakan. Kepada psikolog yang meneliti akar semangat anti-semitisme di masyarakat Hungaria itu, gadis cantik itu mengatakan:

“Semua pekerjaan penting dikuasai oleh orang-orang yahudi. Saya heran mengapa orang-orang Katholik dan Lutheran tidak bisa mendapatkan pekerjaan-pekerjaan itu. Ada banyak orang-orang yahudi di 'Pápa' (istilah untuk perusahaan-perusahaan yang semuanya dimiliki negara), namun tidak satupun dari mereka yang menjadi buruh dan istri-istri mereka pun tidak bekerja. Para pemimpin di perusahaan-perusahaan ini semuanya bernama Cohen dan Schwarz (nama-nama keluarga yahudi).”(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Apa yg dilakukan rakyat Hungaria semoga menginspirasi seluruh daratan EROPA