Monday 4 December 2017

Pejabat Gereja Ortodhok Rusia: Kematian Tsar karena 'Pembunuhan Ritual' Yahudi

Indonesian Free Press -- Otoritas Rusia akan melakukan penyidikan atas pernyataan mengejutkan Bishop Tikhon Shevkunov, ketua komisi Gereja Orthodoks Rusia untuk penyelidikan kematian Tsar Nicholas II dan keluarganya. Seperti dilaporkan The Telegraph, 28 November lalu, tokoh gereja Orthodoks yang dikabarkan dekat dengan Presiden Vladimir Putin ini mengatakan bahwa kematian Tsar dan keluarganya disebabkan oleh pembunuhan bermotif 'ritual' oleh orang-orang Yahudi.

"Otoritas akan melakukan penyidikan atas sebuah teori anti-semit yang menyebutkan bahwa kematian Tsar Nicholas II adalah suatu 'pembunuhan ritual', menyusul komentar dari seorang bishop yang dekat dengan Vladimir Putin," demikian tulis The Telegraph dalam laporannya.


Sebelumnya, Bishop Tikhon Shevkunov, mengatakan kepada para wartawan, hari Senin (27 November), bahwa banyak anggota komisi penyelidikan kematian Tsar NIcholas II yang dibentuk Gereja Orthodoks Rusia, percaya bahwa kematian Tsar adalah sebuah 'pembunuhan ritual'.

“Pembunuhan ritual adalah sebuah teori lama yang menyebutkan bahwa Tsar terakhir telah menjadi konspirasi yahudi, karena Yakov Yurovsky (komandan pasukan komunis yang ditugaskan mengawal Tsar dan keluarganya, namun kemudian justru membantai mereka semua) adalah keturunan yahudi," tambah The Telegraph.

Pernyataan tersebut sontak memicu kemarahan komunitas yahudi Rusia. Rabbi Boruch Gorin, juru bicara orang-orang yahudi mengatakan kepada kantor berita Interfax bahwa tuduhan Gereja Orthodoks tentang pembunuhan ritual itu merupakan bentuk 'kebodohan kuno' yang dipropagandakan selama berabad-abad.

Sementara itu dalam konperensi tahunan Gereja Orthodoks pada hari Rabu (29 November) yang dihadiri Vladimir Putin, Pemimpin Gereja Orthodoks Rusia Patriarch Kirill mengatakan bahwa ia mamiliki 'pertanyaan sulit' tentang penyelidikan pembunuhan Tsar Nicholas II yang dibuka kembali pada tahun 2015. Namun, ia meminta otoritas untuk tidak tergesa-gesa menanggapi hal ini karena tuduhan 'pembunuhan ritual' ini bisa memicu kemarahan kalangan ultranasionalis Rusia.

Patriarch Kirill menambahkan bahwa Gereja Orthodox Rusia belum mengambil sikap atas kematian Tsar Nicholas II dan keluarganya, meski uji DNA telah membuktikan identias Tsar dan keluarganya.

Terkait dengan isyu ini, Michael Hoffmann, mantan pejabat tinggi Jerman yang masuk Islam, menulis di 'Contrary', 30 November, bahwa tuduhan 'anti-semit', 'hate', 'bigotry', 'libel' dll terhadap upaya pengungkapan kebenaran atas kematian Tsar Nicholas II adalah bentuk upaya 'cuci otak' yang keji.

"Mereka memaksa kita percaya pada mitos holocoust, namun melarang kesaksian Katolik tentang pembunuhan ritual,” tulis Hoffmann.

Hoffman pun merujuk pada karya tulis Prof. Ariel Toaff, putra mantan pendeta yahudi di Roma, berjudul 'Blood Passover' yang bisa diakses secara online di sini:

https://bloodpassover.com/xbp.pdf.

Blog ini pun sudah cukup banyak menulis tentang 'pembunuhan ritual' orang-orang yahudi, termasuk kasus 'Damascus Affair' yang terkenal. Silakan lihat di sini: http://cahyono-adi.blogspot.co.id/2009/03/pembunuhan-ritual-yahudi-1.html#.WiV8z9J941I

Adapun tentang kematian Tsar Nicholas II, silakan klik di sini: http://cahyono-adi.blogspot.co.id/2010/05/komunis-yahudi-para-pembunuh-alami.html#.WiV9QNJ941I .

Kasus ini akan menjadi pembuktian bagi Presiden Vladimir Putin. Apakah ia benar-benar pemimpin yang jujur dan amanah dengan membongkar pembunuhan-pembunuhan jutaan warga Kristen Orthodok Rusia oleh orang-orang yahudi-komunis, atau ia hanyalah seorang 'penipu'. (ca)

1 comment:

Kasamago said...

Semoga penyelidikan ini membuahkan hasil yang sesuai dengan kebenaran..

Keluarga Romanov perlu dipulihkan kembali hak hak nya setelah berabad abad di lenyapkan oleh komunisme..