Tuesday, 5 March 2013

Bila Sarah Palin Bicara Teori Konspirasi

"Kita sudah habis. Kita akan hancur suatu saat nanti, dan itulah sebabnya pemerintah menumpuk peluru untuk menghadapi kerusuhan!"

Jika yang mengatakan kalimat di atas adalah seorang David Duke atau para "pecinta kebenaran" lainnya, tentu hal itu tidak terlalu mengejutkan. Namun lain halnya jika yang mengatakan adalah mantan gubernur Alaska dan kandidat wapres Sarah Palin.

Pernyataan Palin tersebut dimuat di akun resmi "Facebook" miliknya baru-baru ini menanggapi kebijakan keuangan pemerintahan Barack Obama dalam mengatasi beban hutang pemerintah Amerika. Sebagaimana diketahui Obama telah mengurangi APNB sebesar $90 miliar demi mengurangi beban defisit anggarannya yang terus membengkak. Meski tidak disebutkan oleh Palin dan juga media-media massa Amerika, saat ini hutang pemerintah Amerika telah mencapai $16 triliun dengan cicilan bunga yang harus dibayarkan tiap tahunnya mencapai $300 - $500 miliar (setara hampir Rp 5.000 triliun).

"Unek-unek" Palin tersebut mendapat telah di"share" oleh 12.000 orang, mendapat 60.000 ‘like’ dan lebih dari 4.500 komentar.

Departemen Keamanan Dalam Negeri (The Department of Homeland Security disingkat DHS, lembaga inkonstitusional yg didirikan paska Serangan WTC 2001) dikabarkan telah menumpuk 2 miliar peluru tahun lalu ditambah pembelian 7.000 senjata serbu September tahun lalu.  DHS kini dipimpin oleh seorang lesbian zionis bernama Janet Napolitano.

Meski media-media massa mapan meremehkan aksi borong senjata tersebut, akibatnya telah dirasakan oleh masyarakat Amerika dengan langkanya persediaan peluru di toko-toko senjata dan amunisi. Selain itu perhatian publik juga muncul setelah akibat adanya "sasaran tembak" bergambar orang-orang yang selama ini harus dihindari oleh aparat keamanan, yaitu wanita hamil, orang tua, dan anak-anak. Sasaran tembak untuk latihan personil DHS itu diproduksi oleh Law Enforcement Targets Inc, satu perusahaan kontraktor keamanan. Dalam sasaran tembak itu tertulis kata-kata dan gambar yang memerintahkan personil DHS untuk tidak ragu-ragu menembak wanita hamil, orang tua dan anak-anak.

Yang menarik adalah komentar media-media massa tentang keprihatinan publik Amerika terhadap fenomena "borong senjata" oleh DHS. Mengakui fenomena tersebut media-media massa mapan Amerika umumnya berupaya menggulirkan opini publik bahwa kekhawatiran tersebut sebagai "tidak beralasan" atau "paranoid". Media sebesar Washington Post hanya menelan mentah-mentah penjelasan pemerintah, yaitu bahwa senjata dan peluru yang diborong tersebut hanya digunakan untuk latihan.

Kekhawatiran tentang munculnya kerusuhan-kerusuhan akibat krisis ekonomi sangat beralasan belajar pada aksi-aksi kekerasan yang terjadi di Eropa akhir-akhir ini.

Seorang jurnalis investigasi Greg Palast pada tahun 2001 berhasil membongkar praktik busuk lembaga-lembaga bantuan keuangan internasional IMF yang diistilahkannya dengan "IMF Riot". Dengan modus menciptakan kondisi krisis ekonomi yang memicu kerusuhan-kerusuhan sosial, IMF pada akhirnya berhasil menguasai asset-asset strategis negara sasaran. Hal inilah yang menimpa INdonesia selama dan paska Reformasi dan Krisis Moneter 1997-1998.


REF:
"Sarah Palin: Feds Are Stockpiling Bullets For Civil Unrest"; Paul Joseph Watson; Propagandamatrix; 28 Februari 2013

No comments: