Monday, 18 March 2013

PEMERINTAH SIPRUS RAMPOK DANA TABUNGAN MASYARAKAT

PENUHI TUNTUTAN IMF UNTUK BAYAR HUTANG

 Keterangan gambar: nasabah menggunakan buldozer berusaha mendobrak bank yang tutup guna menarik dana simpanan mereka yang terancam dirampok oleh pemerintah sendiri.



Berapa pendapatan bunga para pemilik bank di seluruh dunia? Silakan diperkirakan sendiri. Sekedar gambaran singkat, Amerika harus membayar sekitar Rp 4 ribu triliun setiap tahunnya kepada para bankir. Indonesia sekitar Rp 100 triliun. Jepang, Jerman, Inggris dan negara-negara maju membayar antara ratusan hingga ribuan trilun rupiah. Secara global pendapatan para pemilik bank di dunia mencapai puluhan ribu triliun rupiah. Sialnya dari jumlah yang "maha besar" tersebut sebagian besarnya mengalir ke segelintir pemilik bank-bank raksasa global: keluarga Rothchild, Rockefeller, Schiff, Lazard, dll. Ingat bahwa sebagian saham bank-bank di Indonesia juga dimiliki oleh mereka, langsung ataupun tidak.

Bagaimana dengan Bill Gates yang dengan kekayaannya yang sekian puluh miliar dollar itu dan disebut-sebut sebagai orang terkaya di dunia? Anda pasti becanda. Kekayaan Bill hanya remahan-remahan kecil dibandingkan para bankir yang telah menumpuk kekayaan turun-temurun selama ratusan tahun itu. Suatu saat Bill bahkan harus mengemis-ngemis kepada IBM agar membeli program Microsoft buatannya, sementara IBM adalah "cucu perusahaan"-nya keluarga Rockefeller.

Namun dunia dan seisinya tidak pernah bisa memuaskan nafsu manusia-manusia tamak. Pendapatan yang "maha besar" itu masih dianggap kurang. Maka sesekali mereka melakukan permainan kecil, mengguncangkan ekonomi suatu negara (Inggris tahun 1987), atau permainan lebih besar, yaitu menciptakan krisis finansial satu kawasan (krisis moneter Asia Timur tahun 1997-1998), atau bahkan yang paling besar (krisis ekonomi dan keuangan global tahun 1920-an dan tahun 2007-2008). Pada tiap permainan itu mereka mendapatkan pemerintah negara-negara meminta bantuan mereka lewat IMF. Mereka memberikan "bantuan" dengan syarat-syarat yang disebut "Letter of Intent" dan sebagainya, seperti menjual aset-aset negara dengan harga murah, membubarkan lembaga-lembaga strategis yang ditujukan untuk kemakmuran rakyat. Pada prinsipnya terjadi transfer kekayaan negara-negara kepada mereka.

Namun terkadang permainan menjadi sangat kasar. Mereka meminta pemerintah negara-negara untuk merampok uang rakyat, sebagaimana terjadi di Siprus saat ini.

Pemerintan Siprus baru saja membuat kesepakatan rahasia dengan IMF untuk merampas sebagian tabungan masyarakat di bank-bank. Jumlahnya mencapai 13% dari total simpanan masyarakat. Perampokan juga melibatkan bank-bank yang memblokir rekening milik masyarakat agar tidak dipindah-pindahkan atau ditarik sebelum hari Selasa (19/3), saat dimana dana-dana simpanan masyarakat dirampas pemerintah.

"Pembatasan-pembatasan telah dilakukan untuk mencegah masyarakat menarik seluruh rekeningnya atau memindahkan mereka ke luar negeri menyusul kesepakatan antara menteri-menteri keuangan Uni Eropa yang memungkinkan simpanan-simpanan masyarakat dirampas untuk pertama kalinya," tulis harian Inggris Daily Mail baru-baru ini.

Daily Mail melanjutkan, "Namun para ahli keuangan mengatakan langkah tersebut, yang dimaksudkan untuk menghentikan Siprus menghancurkan mata uang euro, berpotensial menghancurkan mata uang tersebut melalui gelombang kepanikan di negara-negara Uni Eropa. Jika para penyimpan dana di negara-negara lainnya merasa terancam, mereka akan menarik uang mereka dan menimbulkan bencana bagi bank-bank."

Para birokrat korup Uni Eropa menyebut perampokan ini sebagai "bailout" atau "talangan". Di masa lalu perampokan itu dilakukan diam-diam. Para bankir mengambil dana masyarakat untuk kepentingan mereka sendiri, selanjutnya meminta pemerintah memberikan talangan akibat pencurian yang dilakukan mereka. Pemerintah memberikan talangan, ironisnya biasanya dengan uang pinjaman bank yang dicuri dari masyarakat, dan rakyat harus membayar kembali dana talangan itu melalui pajak. Kini modusnya sudah sangat kasar sebagaimana terjadi di Siprus.

Saat tulisan ini dibuat, bank-bank Siprus menutup kantornya untuk memudahkan operasi perampokan dana nasabah masyarakat, sementara masyarakat yang marah mencoba mendobrak bank. Diperkirakan Siprus bakal mengalami kerusuhan massal sebagaimana Yunani beberapa waktu lalu. Namun dengan cara kasar yang dilakukan pemerintah dan bank, kerusuhan bisa jauh lebih parah dan merembet ke negara-negara lain di Eropa.

Perampokan uang rakyat juga pernah dialami rakyat Indonesia, hanya karena naifnya masyarakat, mereka tidak menyadarinya. Perampokan itu yaitu adalah kasus BLBI, KLBI dan "bailout" Bank Century. Jika saja rakyat Indonesia menyadari mereka akan menuntut para perampok itu untuk digantung, yaitu para pemilik bank, manajemen bank dan lebih dari itu para pejabat departemen keuangan, Bank Indonesia dan di atas mereka adalah presiden.


REF:
"Cyprus government raids private checking and savings accounts as citizens panic"; Mike Adams; Natural News; 18 Maret 2013

2 comments:

Prof. Eungene said...

saya ingin tanya mas cahyono
Bank indonesia itu sebenarnya punya pemerintah atau belanda??

cahyono adi said...

Yg jelas jika Anda menyangka milik pemerintah, berarti Anda sedang bermimpi.